..."Sikap seseorang tergantung bagaimana orang lain memperlakukan nya."...
...----------------...
Pagi ini adalah hari senin, dimana akan ada upacara yang akan dilakukan di SMA STARLIGHT. Maka dari itu, banyak siswa yang akan datang lebih awal agar mereka tidak terlambat datang ke sekolah dan nantinya akan mendapat hukuman.
Termasuk ketiga gadis yang saat ini sudah terlihat rapih dan bersiap untuk berangkat sekolah. Mereka telah menyelesaikan kegiatan sarapan mereka dan sekarang ketiganya berjalan menuju pintu keluar rumah ini.
Salah satu pelayan dirumah itu membukakan pintu untuk mereka bertiga, meskipun begitu ketiganya selalu menghargai dan menghormati para pelayan disini meskipun para pelayan itu selalu menganggap ketiganya terutama Hazel sebagai Nona Muda mereka.
Tepat saat pintu dibukakan, seorang pria yang memakai seragam yang sama dengan mereka telah menunggu dibalik pintu. Kedatangan pria yang bernama Devandra itu membuat ketiganya terperanjat kaget karena tiba-tiba saja pria itu ada didepan pintu rumah milih Hazel.
"ASTAGA GUE PIKIR SIAPA"
Vania berteriak kaget dan membuat kehebohan di rumah itu. Hazel meringis melihat Devandra yang ada di rumahnya dan membuat kedua sahabatnya ini pasti akan meledeknya lagi.
"Ouuuuuwww mau jemput Hazel ya??"
Lihat, benar saja apa yang dipikirkan Hazel karena sekarang Riri sudah menyengir tidak jelas dengan nada suara yang meledek ke arah Hazel.
"Btw Dev, lo jadian sama sahabat kita tapi lo nggak mau kasih apa-apa gitu sama kita??"
Giliran Vania yang kini berulah dan mengejek pasangan baru tersebut. Hazel mencubit kedua lengan sahabatnya yang malah dihadiahi cekikikan dari si empunya.
"Awww anjir gue dicubit dong"
"Iya tau Dev, lo harus kasih hadiah ke kita atau kita nggak akan restuin hubungan lo sama Hazel"
Devandra menganggukan kepalanya menanggapi apa yang diucapkan oleh Riri dan Vania. Sementara Hazel hanya mendegus melihat mereka bertiga sekarang.
"Boleh, lo sebut aja mau hadiah apa nanti gue yang beliin"
Mendapat respon seperti itu membuat Riri maupun Vania bersemangat dan terlihat sangat senang.
"Menyala Kakak ipar, hahaha"
Riri mengacungksn jempolnya, mendapatkan lampu hijau dari kedua sahabat dari pacarnya itu membuat Devandra juga senang, apalagi mendengar Riri memanggil Devandra dengan sebutan "kakak ipar" membuat Devandra menjadi besar kepala.
Hazel memijat kepalanya yang seketika pening melihat ketiganya, ini baru tiga orang tapi sudah membuat kepala Hazel pening lalu bagaimana jika disekolah nanti, saat semua orang bahkan sudah mengetahui hubungan Devandra dan Hazel.
"Gue mau berangkat bareng Hazel. Lo berdua nggak keberatan kan??"
Ujar Devandra yang langsung disambut anggukan oleh Riri dan juga Vania.
"Bolehhhh, bawa aja bawa"
Vania menarik Hazel dan mendorong pelan tubuh Hazel ke arah Devandra. Hazel menatap keduanya dengan kesal karena tarikan tiba-tiba dari Vania membuat tubuhnya hampir saja oleng dan terjatuh ke dada bidang milik Devandra.
"Lo berdua naik apa?"
Hazel kini menatap keduanya dan bertanya kepada keduanya. Riri maupun Vania menjawab dengan antusias bersamaan.
"Amaaannnn, Kita bisa pake mobil lo"
Jawab keduanya sambil mengangkat kedua jempolnya.
"Jaga Tuan Putri kita ya Dev"
Lanjut Vania yang kini menarik Riri untuk segera menaiki mobil milik Hazel dan meninggalkan pasangan tersebut berdua.
Devandra kini beralih menatap Hazel yang menatap kedua sahabatnya yang sudah menaiki mobilnya dan mulai melakukan mobilnya. Devandra menyentuh pipi Hazel agar mata Hazel beralih menatap dirinya.
Hazel menatap Devandra datar dan pergi melengos lebih dulu dari hadapan Devandra. Ia sangat kesal dengan Devandra yang tiba-tiba datang tanpa memberi tahu kan dirinya terlebih dahulu.
Devandra memegang pergelangan tangan Hazel, Dia mengerti bahwa gadisnya sedang merajuk saat ini. Devandra tersenyum tipis melihat Hazel yang membuang muka dan tidak ingin menatap nya.
"Marah, hmm??"
Devandra menangkup kedua pipi Hazel dan membuat Hazel mau tidak mau menatap dirinya. Hazel hanya diam memperhatikan pria dihadapannya ini.
"Maaf, gue cuma mau kasih surprise sama lo"
Kini Devandra menempelkan keningnya pada kening Hazel dan membuat jaraknya dengan Hazel sedekat mungkin.
Berada sedekat ini dengan Devandra selalu membuat degup jantung Hazel berdetak semakin cepat dan tidak karuan, apalagi wangi parfum Devandra yang menyeruak masuk dalam penciumannya membuat Hazel semakin jatuh dalam pesona pria itu.
Hazel berdehem untuk menetralkan rasa gugup yang menghinggapi dirinya, ia pun menganggukan kepalanya untuk memaafkan Devandra, lagipula tidak ada yang harus dimaafkan sebenarnya karena Devandra juga tidak bersalah.
"Ayo"
Devandra menggenggam salah satu tangan Hazel dan membawa Hazel menuju motor kesayangan miliknya. Hazel menurutinya kali ini tanpa ada drama lagi. Hazel mulai patuh pada Devandra sekarang yang kini berstatus menjadi pacarnya dan miliknya.
Setelah sampai didepan motor milik Devandra, Devandra pun memasangkan sebuah helm berwarna baby blue kepada Hazel. Devandra baru saja membeli helm itu tadi saat perjalanan menuju rumah Hazel karena ia ingin Hazel memiliki helm miliknya sendiri saat ia sedang bersamanya menaiki motornya.
Hazel menatap helm tersebut dan tersenyum kecil karena perlakuan Devandra yang menurutnya manis sekarang.
"Gue pilihin warna baby blue karena gue tau lo suka warna biru kan?"
Senyuman di bibir Hazel semakin mengembang karena mengetahui fakta bahwa Devandra ternyata memperhatikan hal-hal kecil yang ada didalam diri Hazel termasuk apa yang ia sukai.
Setelah memasangkan helm tersebut, Devandra merogoh sesuatu didalam kantong celananya. Dia mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dan membukanya dihadapan Hazel.
"Kemarin gue nembak lo tanpa sesuatu yang romantis kan? Maaf tapi sekarang semua hal romantis yang ada di dunia ini akan jadi milik lo dan gue pastiin itu."
"Gue nggak sempat beli bunga karena toko bunga buka agak siang dan nggak mungkin lo bawa-bawa bunga ke sekolah kan? maka dari itu gue beliin kalung ini."
"Gue udah nyiapin kalung ini dari lama, dari awal gue suka lo dan sejak gue tau ternyata lo suka segala hal tentang tulip, akhirnya gue pilih kalung ini buat lo"
Devandra menatap dalam kedua mata Hazel yang kini tampak terlihat buliran bening memenuhi mata indah itu.
"Gue tau pernyataan gue kemarin terkesan memaksa lo, tapi sumpah Demi apapun gue cuma nggak ingin kehilangan lo. Ngebayangin lo sama orang lain selalu membuat gue marah dan gue nggak suka itu. Gue sayang lo Hazel Mikhayla Aqueena."
Semua pernyataan yang diucapkan Devandra kepada Hazel membuat pertahanan yang selama ini dibangun oleh Hazel menjadi runtuh. Semua yang diucapkan Devandra benar-benar menembus relung hati Hazel dan mengobrak-abrik perasaan Hazel.
Airmata Hazel akhirnya turun membasahi wajah dan pipi Hazel. Hazel merasa dirinya sangat jahat kepada Devandra selama ini, padahal pria itu selama ini selalu menunjukan sikap bahwa pria itu tulus terhadap Hazel dan lihatlah ternyata pria itu bahkan memperhatikan Hazel sedetail itu.
"Hiks"
Luruh sudah pertahanan Hazel, ia kini menangis dihadapan Devandra tanpa rasa malu lagi. Devandra mengusap airmata itu dan memeluk Hazel dengan erat. Kali ini Devandra bertaruh bahwa seluruh hidupnya hanya untuk Hazel dan ia akan selalu menjaga Hazel dengan seluruh hidupnya.
"Ssttt, mulai sekarang gue disini sama lo. Jangan pernah pendam apapun sendirian lagi. Gue nggak akan biarin lo merasa sendirian lagi mulai sekarang."
Devandra semakin memeluk erat Hazel, ia mengelus rambut panjang Hazel dan menepuk pelan punggung nya.
Ia membiarkan Hazel menangis dipelukan nya sekarang. Ia tidak peduli jika sekarang mereka berdua telat masuk ke sekolah, lagipula sekolah itu milik orang-tua nya dan tidak akan ada yang berani melarangnya untuk masuk ataupun keluar sekolah.
Setelah 15 menit berlalu, tangisan Hazel sedikit demi sedikit mereda. Hazel mengangkat wajahnya dan menatap Devandra tanpa melepaskan pelukanya dari tubuh Devandra.
"Dev, makasih"
Kali ini tidak ada kata-kata ketus yang biasanya diucapkan Hazel, ucapan Hazel terdengar sangat tulus masuk ke telinga Devandra.
Devandra tersenyum sambil mengusap sisa-sisa airmata yang berada di wajah Hazel.
Dia gemas melihat wajah Hazel sekarang, karena meskipun dalam keadaan habis menangis pun Hazel masih sangat cantik di matanya.
"Sekarang ijinin gue buat masangin kalung ini ke leher indah lo"
Hazel mengangguk dengan cepat dan melonggarkan pelukannya. Hazel berdiri dihadapan Devandra yang kini memasangkan kalung dengan simbol bunga tulip itu di leher milik Hazel.
Hazel memegang kalung itu dan tersenyum karena ia sangat menyukai bentuk dari kalung itu.
"Suka?"
Ucap Devandra sembari mengusap sebelah pipi Hazel yang kini tersenyum sangat lebar.
"Bangeeetttt. Makasih yaaaa"
Devandra terkekeh melihat wajah bahagia Hazel yang kini menampilkan senyum lebarnya. Ia mengusap rambut Hazel dengan penuh rasa sayang.
"Yuk kita berangkat"
Devandra kini menaiki motornya dan Hazel pun mengikutinya. Hazel memegang pundak Devandra dan menaiki motor besar itu.
"Pegangan"
Devandra menarik kedua tangan Hazel untuk memeluk pinggang nya dan dengan senang hati Hazel menurutinya. Ia memeluk pinggang Devandra dan menyandarkan kepalanya di pundak pria itu.
Kini Hazel sudah bisa menerima Devandra sepenuhnya. Hubungan mereka akan semakin terikat mulai sekarang.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments