Elang Bersama Sayap Yang Patah
Elang Mahesa, ketua geng motor Black Angel, selalu membuat kerusuhan di lingkungan masyarakat atau kampus. Seperti pagi ini, Elang dengan santai berdiri di ruang dosen.
Dosen tersebut hanya berdecak menatap Elang, langganan ruangan dosen. Selain Elang yang selalu datang telat, yang lain hanya datang saat mereka meminta bantuan tentang tugas.
"Astaga, Elang, apa kamu gak bosan berurusan dengan saya?" tanya Maria, si dosen pendamping angkatan Elang.
"Ya, mau bagaimana lagi, saya sudah semaksimal mungkin datang tepat waktu." Elang membuat alasan agar tak dapat hukuman.
"Ke ruang perpustakaan, baca buku tentang etika! Itu hukuman kamu, Elang!" kata Maria dengan tegas.
Elang berdecak dengan kesal, tanpa berkata apa pun dia berangsur pergi meninggalkan ruang dosen tersebut.
Terhitung hampir setiap hari Elang datang terlambat, tetapi nilai yang didapat di semua mata kuliah selalu memuaskan. Entah apa yang dia lakukan di rumahnya sehingga ia kerap kali datang terlambat. Setelah keluar dari ruang dosen, Elang berjalan menyusuri gedung Manajemen menuju ruang perpustakaan.
Dia berjalan gontai menuju tempat koleksi buku-buku kampus karena ini masih cukup pagi untuk melakukan hal serius seperti membaca. Lagipula belum banyak mahasiswa yang datang, batang hidung mereka hanya bisa dihitung dengan jari.
Elang mengembuskan napas pelan, ia memutuskan untuk mendekam di perpustakaan sampai jam kuliah berakhir.
Di dalam kelas.
"Ke mana Elang? Kok, dia gak ada?" tanya Falisha pada Kevin dengan berbisik.
"Gue bukan nyokapnya," ketus Kevin, membuat Falisha kesal dan menendang kursi yang diduduki Kevin.
"Yang di belakang, tolong jangan ribut!" seru dosen.
"Maaf, Pak," sahut Falisha.
Mereka kembali mengerjakan tugas yang diberi dosen, beliau sudah terbiasa dengan ketidakhadiran Elang di pagi hari.
Pukul sembilan, Elang keluar dari perpustakaan, dia menuju kantin untuk memanjakan perut yang sudah minta diisi.
"Elang," pekik seorang gadis, yang tak lain adalah Falisha.
Elang hanya berdecak dengan kesal, dengan langkah cepat dia menjauh meninggalkan Falisha.
"Elang ... tunggu aku! Kenapa kamu ninggalin aku, sih!" teriak Falisha, di belakang gadis itu ada dua temannya yang ngos-ngosan.
"Fali, Elang pasti ke kantin ... Hah, capeknya ...," keluh Kamila.
"Benar, dia pasti ke kantin. Ayo, cepat jangan lelet," perintah Falisha, kini dia tak lari lagi karena sudah tahu tujuannya ke mana.
Benar saja, Falisha melihat Elang yang tengah menyantap makanannya bersama keempat sahabatnya.
"Liat tuh, cewek lo nyusul," bisik Daffa pada Elang.
"Sekali lagi lo bilang dia cewek gue, gue colok mata lo!" ancam Elang tak suka.
"Elah, biasa aja kali. Gue, kan, cuma bercanda." Daffa mendengkus, sementara yang lain hanya tertawa.
Falisha duduk di hadapan Elang, dia tanpa malu terus menempeli Elang. Hal itu tentu saja membuat pemuda tersebut risi.
"Bisa minggir, gak lo?" ucap Elang dengan dingin.
"Gak bisa, aku kangen sama kamu," rengek Falisha. Ucapan barusan membuat Daffa, Kevin, Raka, dan Reno ingin muntah.
"Udah-udah, kita balik aja ke kelas. Sebentar lagi jam kuliah dimulai," ujar Raka.
Elang pun tanpa banyak kata melenggang pergi meninggalkan kantin. Hari ini mata kuliah Manajemen jadi dia harus hadir.
"Makanya jadi cewek, tuh, jangan murah," cibir Daffa.
"Sialan, awas aja. Kalau gue jadian sama Elang, gue bakal bikin kalian semua jadi budak gue," kesal Fali--sapaan akrab Falisha.
Jam pembelajaran kuliah Manajemen selesai tepat pukul satu siang. Elang memilih menuju basecamp bersama anggota Black Angel yang lain.
"Lang, lo tadi diapain sama Miss Maria?" tanya Kevin, pasalnya dia belum sempat bertanya saat di kantin tadi.
"Kepo," sahut Elang, membuat Kevin memutar bola matanya, saking sudah terbiasanya dengan sikap dingin Elang dan bicaranya yang sangat irit kata.
Anggota Black Angel, meraungkan motor mereka lalu melesat cepat membelah jalanan Kota Kembang. Meskipun mereka ngebut, tetapi tak pernah sekalipun mereka ugal-ugalan. Terlebih lagi, Elang dan teman-temannya justru rajin membantu orang yang sedang susah atau mengawal mobil ambulans yang sedang membawa pasien. Walau terlihat berandal di luar, tetapi sungguh mereka baik hati dan peduli sesama.
Sementara itu di tempat lain ...
"Sudah selesai?" tanya sang ayah.
"Sudah, Pa. Besok mungkin aku langsung mengajar. Tapi katanya aku dijadikan dosen pendamping," kata Aiyla.
Adskhan, ayah Aiyla, menghela napas pelan. Dia hanya ingin sang anak membantunya di perusahaan keluarga.
"Kalo butuh sesuatu katakan pada Papa."
"Iya, Pa," jawab Aiyla.
Dia mematikan sambungan video dengan sang ayah. Aiyla memang tidak tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya. Dia tinggal di apartemen pemberian sang ibu, karena jaraknya dengan kampus tempat dia bekerja lebih dekat.
Aiyla tersenyum sangat lebar, impiannya untuk jadi dosen akan segera terkabul, walaupun dia lulusan Psikolog, tetapi dia akan buktikan pada sang papa bahwa dia bisa.
"Aku pasti bisa, Pa," gumamnya tersenyum sendiri.
Aiyla pun berniat memasak untuk makan malam, tetapi sayangnya dia kehabisan bahan makanan dan memutuskan pergi ke supermarket yang berada di bawah gedung apartemen.
Saat akan menyeberang jalan, dia dikejutkan dengan suara motor yang memekakkan telinga pendengarnya.
"Astaga .... Anak muda zaman sekarang, bisanya cuma ugal-ugalan," keluh wanita paruh baya di samping Aiyla.
Aiyla pun membenarkan pernyataan itu. Dahulu saat dia masih sekolah, tidak ada siswa yang seperti itu, Aiyla hanya menggeleng melihat kelakuan anak muda yang baru saja melintas.
Elang dan anggota Black Angel terus melesat menuju tempat mereka biasa nongkrong sepulang kuliah. Tak jauh dari situ, hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit mereka sudah sampai di basecamp.
"Lain kali kita balapan lah," usul Reno.
"Boleh, udah lama kita gak balapan di jalan lalu dikejar polisi," ucap Kevin sambil terkekeh, membuat semua tertawa. Hanya Elang yang tersenyum tipis dan langsung merebahkan diri di sofa, dia mencoba memejamkan mata walaupun di luar ramai sekali.
Suasana menjadi heboh saat Falisha dan kawan-kawannya mendadak datang ke basecamp tersebut. Hal itu membuat para pemuda lain berdecak kesal.
"Ngapain, sih, mereka nyusul?" tanya Raka pada Kevin yang sedang sibuk memetik gitar.
"Mana gue tahu," jawabnya dengan acuh.
"Paling dia mau nempel lagi sama Elang," sahut Reno sambil membawa empat kaleng minuman dingin yang baru dia ambil dari dalam.
Basecamp mereka memang lumayan komplit, terdapat kulkas untuk menyimpan minuman dingin, kompor portabel, dan benda-benda lainnya yang bisa digunakan jika sewaktu-waktu mereka ingin memasak.
"Hai, guys," pekik Falisha.
"Aku bawa makanan, nih, buat kalian." Falisha meminta Kamila dan Mila untuk menyimpan makanan yang dia beli di hadapan teman-teman Elang.
"Thanks, Fal, tapi lo gak perlu repot-repot bawain kita makanan segala," celetuk Raka.
Falisha hanya bisa mencebik, dia tidak peduli pada ocehan sahabat Elang itu. Fokusnya saat ini adalah mencari sang pujaan hati, siapa lagi kalau bukan Elang.
"Dimana Elang?"
"Dia tidur, jangan ganggu," ujar Kevin yang sudah seperti tangan kanan Elang. Kevin mengurus hampir di setiap ada masalah dalam geng motor, dia akan selalu maju paling depan.
Rata-rata setiap ada balapan motor pun selalu diwakilkan oleh Kevin atau Raka, Elang jarang turun ke lapangan, dia hanya mengamati dengan tatapan tajam dalam diam. Dia bisa tahu semuanya. Tak salah jika orang tuanya memberikan nama 'Elang' untuk anaknya.
Bersambung...
Selamat datang di karya aku, yang kesekian hihihi jangan pernah bosan ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak 🙏💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-09-15
0
Syahria Ria
Hadirr,,, kak othor 👍
2023-08-29
1
Ayuna
mampir
2023-08-19
0