Elang menatap foto Yurika, Frans dan seorang anak kecil. Dia ingin tak percaya, tapi bukti foto ini menunjukan kebenaran semuanya.
"Tidak, mungkin." Batin Elang, terus menatap lekat foto tersebut.
Elang memejamkan mata, tak mengatakan apapun lagi. Dia fokus menatap keluar, memperhatikan jalanan yang dia kenali kemana lagi kalau bukan. Ke rumah milik Louis dan Saras, rumah yang seharusnya menjadi miliknya dan Yurika.
Berpuluh menit kemudian, mereka sudah sampai. Elang menatap rumah, yang ditinggalkan beberapa tahun lalu. Masih sama tak ada yang berubah, mungkin bagian dalam yang berubah.
"Ayo, Mama mu sudah menunggu mu." Kata Louis. Namun, Elang tak menjawab enggan memanggil Saras dengan sebutan Mama.
Untuk pertama kalinya, Elang masuk ke dalam rumah masa kecilnya dulu. Tadi dia menatap bagian samping, tidak ada bunga-bunga seperti dulu Yurika menanamnya. Tiba di ruang tengah pun, foto sudah berubah menjadi foto baru keluarga Louis bukan foto dirinya dan Yurika.
Sakit! Tentu saja Elang sakit hati, karena wanita yang bernama Saras dia kehilangan kasih sayang Louis.
Saras datang bersama Ziva, Saras masih memasang wajah masam pada Elang.
"Kenapa, mengajak dia ke sini?" tanya Saras tak suka, sebelum Louis menjawab Elang lebih dulu bicara.
"Kalau anda lupa, saya memiliki bagian dari rumah ini." Sela Elang memberikan peringatan, pada Saras.
Saras mencebik, lalu duduk di sofa dengan santai. Sementara Ziva dia pamit untuk keluar sebentar.
"Mulai sekarang, Elang akan tinggal di sini." Putus Louis.
"Mas, aku gak setuju." Tolak Saras.
"Terserah, suka atau tidak Elang akan tinggal disini. Dia anakku," ujar Louis, lalu meninggalkan ruang tamu. Sebelum menginjakan kaki di anak tangga, Louis berbalik menatap Elang.
"Kamar kamu masih sama, hanya berubah sedikit saja." Kata Louis, lalu melanjutkan langkahnya.
Elang pun ikut meninggalkan ruang tamu, membuat Saras berdecak dengan kesal.
"Ayah dan anak, sama saja." Kesalnya.
****
Yurika menatap kosong ke depan, kini dia sedang berada di balkon kamar yang menghadap ke arah taman belakang.
"Sayang," panggil Frans. "ayo masuk, kamu belum terlalu sehat."
"Aku masih mau disini," kata Yurika.
"Baiklah, akan aku bawakan minuman dan makanan untukmu."
Yurika hanya mengangguk, di saat seperti ini. Frans harus bersabar menghadapi Yurika dan Elang, dia akan terus berusaha untuk meluluhkan Elang.
Frans kembali dengan segelas susu coklat kesukaan Yurika dan juga cake coklat, Frans menatap Yurika lalu memeluk sang istri.
"Aku akan berusaha, membuat Elang kembali padamu." Bisik Frans, Yurika pun terisak dalam pelukan Frans.
Malam di kediaman Louis, untuk pertama kalinya Elang makan malam dengan keluarga lengkap. Dia menatap Ziva yang tersenyum bahagia, saat Saras memberikan perhatian padanya.
"Makan ini, ini kesukaanmu." Louis meletakan udang, di piring Elang.
Elang tak banyak bicara, dia hanya menimpali seikhlasnya saja.
****
Keesokan harinya, Aiyla berangkat ke kampus seperti biasanya. Dia merasa hampa tanpa adanya Elang, nomornya sudah di blokir oleh Adskhan.
"Nanti Jo, akan menjemputmu." Kata Adskhan, saat sedang sarapan.
"Pa ..."
"Aiyla, sekali saja. Kamu tidak usah banyak protes," ujar Adskhan, karena dia merasa sang anak banyak mengeluh setelah perjodohan itu.
"Maaf." Lirih Aiyla.
"Mulai sekarang, belajar mencintai Jonathan. Dia yang terbaik untukmu, jika pun kamu dengan Elang. Papa tidak akan merestui hubungan kalian berdua," jelas Adskhan, membuat Aiyla terdiam menunduk tajam.
Aiyla menatap parkiran khusus untuk motor, biasanya akan selalu ada Elang menunggunya di sana. Dengan senyum manis, kadang gombalan receh dia keluarkan. Aiyla merindukan moment itu.
"Elang," isal Aiyla, dia masih terdiam di dalam mobil.
Elang sendiri dia menuju apartemen Daffa, dimana Kevin, Raka, dan Reno berkumpul. Mereka akan membahas, siapa yang sudah melakukan fitnah pada black angel.
"Elang, mau kemana?" tanya Louis.
"Ke rumah, Daffa." Sahut Elang.
Louis membuang napasnya dengan kasar, dia sudah meminta Elang untuk ikut ke perusahaan. Agar semua karyawannya mengenal Elang, karena dulu Elang tak pernah di bawa ke perusahaan.
"Pikirkan lagi, permintaan Papa nak!" Kata Louis.
Namun, Elang tak menjawab perkataan Louis. Mungkin dia masih enggan untuk mengelola usaha milik Louis.
"Aku pergi dulu," pamit Elang, meraungkan motor miliknya. Dia melesatkan motornya dengan kecepatan penuh, membuat Louis menggeleng pelan.
30 menit waktu tempuh yang dibutuhkan Elang, dengan menyalip dan mengebut Elang sampai sangat cepat. Dan tak membutuhkan waktu lama, Elang sudah berada di apartemen Daffa. Daffa yang membuka pintu, dia langsung memeluk Elang.
"My Bro, Elang." Seru yang lainnya.
Temannya tahu, bahwa Elang tengah patah hati. Karena wanita, sekarang mereka mulai khawatir karena kisah cinta Elang yang belum mekar. Malah layu terlebih dulu.
"Lang, lo harus bangkit. Jangan lemah karena perempuan," ujar Raka menepuk pundak sang sahabat, dijawab anggukan oleh yang lain.
"Coba, kalo lo diposisi gue. Apa lo bisa? Belum tentu lo, bisa sekuat gue." Cetus Elang, belum sempat Kevin buka suara. Elang lebih dulu bicara.
"Lo semua, gak akan pernah tau, gimana rasanya patah hati." Sambung Elang kemudian, lalu meninggalkan ruang tengah dan duduk sendiri di balkon sambil menyesap rokok. Hal yang tak pernah dia lakukan, setelah mengenal Aiyla.
Mereka semua menghela napas dengan pelan, tak ingin mendebat orang yang sedang patah hati. Lah ... Mereka aja belum punya pacar, gimana mau patah hati begitu pikiran mereka. Dan hanya membiarkan Elang sendir, lalu mulai membicarakan siapa orang yang telah memfitnah black angel.
"Kita harus cari tahu, lebih dulu." Kata Kevin.
"Iya, tapi mulai dari mana?" sahut Reno. "sementara, di basecamp kita gak ada CCTV-nya."
Mereka terdiam, buntu dengan semuanya. Jika Elang baik-baik saja, bisa jadi semuanya akan lebih mudah.
"Oke, begini saja. Kita pantau Mamba yang tiba-tiba muncul ke jalanan." Usul Raka.
"Mamba? Mereka, kembali?" tanya Kevin.
"Ya," sahut Raka.
"Tau dari, mana lo?" Sela Daffa.
"Anak-anak geng motor, yang lain. Mereka melihat anggota mamba berkeliaran di jalanan." Papar Raka.
"****! Kalau benar mereka, awas aja. Mereka sudah buat black angel buruk dimata semua orang." Kesal Reno, pasalnya dia masih ingat saat pulang ke rumahnya nama black angel jadi buruk di mata warga.
"Apa rencana kita, sekarang?" tanya Daffa.
Kevin menoleh pada Elang tidak mungkin, melibatkan Elang lebih dulu. Jadi Kevin sudah memikirkan rencananya sendiri, dia berbicara dengan pelan hanya Raka, Reno dan Daffa yang mendengar.
"Oke, gue setuju." Kata Raka.
"Gue juga," sahut Reno dan Daffa.
Jika Elang tahu, Rendy yang mengacau maka bisa dipastikan. Akan ada pertumpahan darah, di antara mereka berdua.
Tak lama terdengar bel apartemen Daffa berbunyi sangat cepat, membuat Daffa berdecak kesal.
"Sabar woi, siapa sih? Dasar orang gila!" umpat Daffa.
Saat membuka pintu, Daffa begitu terkejut dengan kedatangan Falisha dan kedua pengikut Falisha. Siapa lagi, kalau bukan Kamila dan Mira.
"Lo, mau apa lo di kesini? Gue gak undang lo, udah kaya jelangkung aja lo." Ketus Daffa.
"Sialan lo, Daf. Nyamain gue kaya setan," balas Falisha. "asal lo tahu, gue kesini cuma karena Elang."
Tanpa diminta Falisha dan gengnya, menerobos masuk ke dalam. Dan itu membuat yang lainnya, merasa tak nyaman dan risih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
AriNovani
Maaf jika banyak typonya 🙏
2023-08-17
0