Setelah dari perusahaan, Aiyla memutuskan untuk pulang saja. Karena tidak ada hal yang ingin dia lakukan, saat tiba di lobby perusahaan. Aiyla memandang mobil milik Jonathan.
"Jo," sapa Aiyla. "kamu ... Dari kapan disini?"
"Baru saja, aku sengaja ingin menjemputmu. Ngajak makan malam," ujar Jonathan.
"Tapi, aku bawa mobil sendiri." Aiyla berusaha menolak Jo.
"Pergi saja, biar Papa yang bawa mobil mu." Celetuk Adskhan, dari belakang di ikuti oleh sang asisten Fahri.
Aiyla menghembuskan napasnya dengan pelan, jika sudah begini maka ... Dia tak bisa menolak perintah sang ayah.
Jonathan tersenyum pada Adskhan, yang memberikan izin. Salah satu untuk dekat dengan Aiyla, adalah mendekat pada ayahnya.
"Terima kasih, Om. Om memang yang terbaik," cetus Jonathan sambil, mengacungkan jempolnya. Beberapa kali bertemu dengan sang menantu, membuat Adskhan langsung memberikan kepercayaan dia juga merasa nyaman dengan Jonathan. Dan Adskhan yakin, jika Jonathan yang terbaik untuk sang anak.
"Ya sudah, cepat jalan pulangnya jangan terlalu larut." Kata Adskhan.
"Siap Om, anak Om akan aku antar dengan selamat. Tanpa ada kurang satupun," ujar Jo, dijawab anggukan oleh Adskhan. Lalu mereka berpamitan pergi.
Hening, hanya ada suara musik yang sengaja diputar oleh Jonathan. Mereka tak tahu harus memulai obrolan dari mana? Berbeda dengan Elang, Jonathan sangat kaku jika berdua. Tapi, jika dengan Adskhan mereka seperti sahabat.
Berpuluh menit kemudian, mereka sudah sampai di salah satu cafe yang sangat Aiyla kenali. Cafe milik Elang,
Elang sendiri dia berada di ruang kerjanya, mengamati setiap orang yang masuk. Dan tatapannya terkunci pada satu perempuan, perempuan yang membuat harinya berwarna sekaligus runtuh seketika.
"Aiyla." Lirih Elang, saat melihat sang lelaki memperlakukan wanita pujaan hatinya dengan begitu romantis.
Aiyla sendiri sangat risih, dan sedikit gusar ketika Jonathan mengajaknya ke cafe milik Elang. Dia menatap sekeliling berharap Elang tak melihat dirinya dan Jonathan.
Jonathan memanggil pelayan, dan memesan makanan yang sama untuk mereka.
"Apa ada lagi, yang ingin kamu pesan?" tanya Jo.
"Ahh ... Tidak ada, aku tidak pernah banyak makan malam." Ungkap Aiyla, Jonathan pun mengangguk lalu menyebutkan kembali pesanan mereka.
"Aku ke toilet dulu," izin Aiyla.
"Iya, cepat kembali." Balas Jo.
Tak sedetikpun Elang menatap Aiyla, dari kamera pengawas. Saat Aiyla beranjak, Elang pun ikut keluar dari ruangannya. Dengan melihat sekeliling, dan memasang tanda toilet rusak dia menerobos ke dalam.
Seperti yang selalu dia lakukan, saat enggan mengikuti mata pelajaran yang tak dia senangi. Tanpa curiga, Aiyla pun keluar dari dalam salah satu bilik kamar mandi. Saat sedang mencuci tangan, dia merasakan dekapan erat memeluknya dari belakang.
"Elang," desis Aiyla, melihat lelaki yang begitu dicintai membuat hatinya menghangat seketika. Rasa cemas, dan gelisah yang di rasa hilang seketika.
"Iya, ini aku." Kata Elang, saat Aiyla balas memeluknya dengan erat.
"Aku merindukanmu, Elang sangat." Jujur Aiyla, tak ingin menyembunyikan apapun lagi.
"Aku juga, aku sangat, sangat, sangat merindukanmu." Balas Elang.
Aiyla melerai pelukannya dengan Elang, dia menatap wajah tampan yang sedikit kurus dan juga mulai ditumbuhi bulu-bulu halus. Aiyla menyentuhnya dengan lembut, dan diciumnya pipi tersebut.
"Astaga ... Aiyla, jantung gue. Gak aman," batin Elang, mematung sesaat.
"Kamu jelek sekarang, apa karena bukan anak kuliahan lagi?" goda Aiyla.
"Bukan, karena kamu gak disisi ku lagi. Aku jadi seperti ini,"
Aiyla mencebik lalu memeluk Elang dengan erat, menghirup aroma maskulin yang akan dia rindukan. Mungkin, setelah menikah nanti mereka akan jarang bertemu.
"Aku harus kembali, dia ... Dia pasti menungguku." Kata Aiyla, tanpa menunggu jawaban dari Elang dia langsung pergi begitu saja.
Melirik sekitar bahwa tak ada yang melihat, jika di pikir-pikir lagi. Mengapa dirinya menjadi seperti sedang berselingkuh saja.
"Huh ... Aiyla, lupakan Elang. Kamu akan segera menikah," gumamnya.
Tanpa Aiyla sadari, Elang berada di belakangnya mendengar ucapan Aiyla.
"Aku bersumpah, akan menggagalkan pernikahan itu. Kamu milikku, hanya milikku." Ucap Elang dengan nada dingin, walau dia tak dominan. Elang tetap lah Elang, yang selalu ingin mendapatkan apa yang dia mau. Termasuk membuat keluarga kecilnya sendiri.
Aiyla kembali ke meja, dan tersenyum pada Jonathan. Mencoba menetralkan detak jantungnya, yang berpacu cepat karena pertemuannya dengan Elang.
***
Tiga hari berada di cafe, membuat Elang di hubungi terus oleh Louis. Papanya itu, meminta dirinya untuk kembali ke rumah.
Dan kali ini, Elang pun menyetujui keinginan Louis. Tapi ... Untuk mengelola perusahaan, dia harus pikir-pikir lagi apalagi harus bersaing dengan adik tirinya.
Satu jam kemudian, Elang sudah sampai di rumah Louis. Dan dia disambut dengan hangat oleh ibu tirinya. Membuat Elang, mengerutkan kening merasa heran akan perubahan sikapnya. Meski itu adalah pertemuan ke tiga atau ke empat.
Namun, Elang tak pernah menyukai Saras dia hanya tahu Saras adalah penyebab Louis dan Yurika berpisah. Penyebab semua penderitaan, yang dia lalui selama ini.
Louis membawa Elang menuju ruangan pribadinya.
"Duduklah, nak!" pinta Louis, Elang pun menurut.
"Ada, apa? Langsung saja, pada intinya."
Louis membuang napas dengan kasar, dia menatap anak lelakinya. Perpaduan antara Yurika dan dirinya. Namun, lebih dominan dirinya.
Lalu Louis, meminta Elang untuk datang ke perusahaannya besok. Dan kali ini, Elang tak menolak dia memiliki rencana lain.
"Tinggallah disini, Papa merindukanmu." Ungkap Louis. Namun, seperti biasa Elang menatap sang ayah dengan datar. Seolah tak ada minat sama sekali.
"Tidak," tolak Elang dengan tegas, dia lebih memilih tinggal apartemen di banding dengan Louis dan Saras.
"Baiklah, Papa tidak akan memaksa. Jika itu maumu, yang terpenting kamu sudah mau masuk ke perusahaan Papa." Papar Louis.
Sementara itu, di ruang tamu. Kamila datang menemui Saras atas undangannya.
"Kak, aku kangen." Rengek Kamila, Kamila dan Saras adik kakak beda ayah. Walau begitu Saras tetap menyayangi Kamila seperti adik kandungnya sendiri.
"Kakak juga, sudah lama. Kamu gak temu Kakak!"
"Kakak kan ,tahu sendiri aku sibuk akhir-akhir ini." Kata Kamila, dijawab anggukan oleh Saras.
Mereka pun berbincang-bincang, lalu tak lama Elang dan Louis pun keluar dari ruang kerja. Membuat Kamila terkejut begitu juga Elang.
"Kamila," sapa Louis.
"Kak Louis, apa kabar?" tanya Kamila, menyalami kakak iparnya tersebut.
"Baik," jawab Louis, Louis pun ikut bergabung dengan Saras dan Kamila sambil menunggu makan siang.
Kamila sendiri diam-diam mengirim pesan pada Falisha, dan tak membutuhkan waktu lama Falisha sudah sampai di rumah Louis.
"Nyonya, Tuan. Ada tamu," kata asisten rumah tersebut.
"Suruh masuk bi," titah Louis.
"Loh! Tante Saras, Om Louis!" pekik Falisha terkejut.
"Kalian ... Sudah saling kenal?" tanya Kamila.
Falisha dengan cepat duduk di dekat Elang, yang berada di dekat Louis. Dengan antusias, Falisha menceritakan bagaimana dia kenal dengan Kamila. Saras hanya mengangguk sebagai jawaban. Sementara Louis hanya menyimak, sedangkan Elang dia sudah merasa tak nyaman dengan kehadiran Falisha dan Kamila.
Ingin rasanya Elang, pergi dari rumah ini secepatnya. Namun, cekalan Falisha sangat erat. Elang menatap Falisha dengan tatapan tajam.
"Gue, gak peduli dan gak takut Elang. Ini adalah kesempatan gue, buat dekat sama lo." Bisik Falisha, membuat Elang semakin menatapnya tak suka.
"Dasar murahan," desis Elang dan hanya Falisha yang mendengar.
bersambung...
Maaf typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Mochi 🐣
Falisha gak tau diri
2023-08-18
0