Bab.20

Elang membatalkan untuk memberitahu Adskhan Halime, dia memilih untuk mencari bukti terlebih dulu. Karena dia akan memberi kejutan di hari pernikahan Aiyla.

Elang pun pergi dari cafe, membiarkan Jonathan dan kekasihnya berdebat bisa saja dia melabrak Jonathan.

***

Sementara itu, Rendy dan gengnya makin menjadi. Mereka melakukan kejahatan di jalan, juga penjualan barang haram, persenjataan secara ilegal.

Mereka mana tahu, jika sedang di pantau oleh Kevin dan juga Daffa. Sedangkan Raka dan Reno memantau di club malam, yang sering di datangi oleh Rendy karena transaksi jual beli yang sering dilakukan oleh Rendy berada di club malam. Juga menyasar anak muda yang sedang memiliki masalah.

"Itu, anak buah Mamba." Tunjuk Daffa.

"Ayo, kita ikuti." Kevin bersiap dengan motornya yang berbeda.

Kevin dan Daffa mengikuti salah satu anggota Mamba, mereka menuju salah satu apartemen mewah untuk melakukan penjualan barang haram.

"Ehh ... Foto-foto cepat," ujar Daffa, dari belakang Kevin. Namun, Kevin justru menyenggol perut Daffa.

"Harusnya lo, sialan! Bukan gue kentara banget. Kalo gue," kesal Kevin, membuat Daffa terkekeh lalu meminta maaf.

Daffa pun mengeluarkan ponselnya, lalu memotret anggota Mamba yang sedang memberikan sesuatu pada salah satu anak muda. Walau malam, ponsel Daffa sangat bagus jika dipakai untuk memotret malam.

"Sudah, ayo cabut." Titah Daffa, sebelum ketahuan. Sebelum pergi Kevin berpura-pura bertanya tentang alamat pada penjaga.

"Pak, tau alamat ini gak?" kata Kevin.

"Masih jauh mas, ada satu kilo lagi." Balas penjaga keamanan tersebut.

"Ohh ... Oke, thanks Pak." 

Kevin melajukan motornya, melewati motor anggota Mamba dan meraungkannya dengan keras. Membuat semua orang menggeleng.

Di club malam, Reno dan Raka merasa risih karena sejak tadi di dekati oleh wanita. 

"****! Kalian, bisa pergi tidak? Jangan ganggu kita," bentak Raka.

"Huh ... Masnya gak suka cewek yah? Masa lihat kita yang seksi dan bohay aja, bisa-bisanya biasa aja. Dasar Gay!" cibir wanita malam tersebut.

"Sialan, pergi lo." Usir Reno dengan membentak, dua orang wanita malam tersebut pergi meninggalkan Reno dan Raka dengan mengumpat mereka.

"Amit-amit jabang bayi, najis gue. Harus mandi kembang tujuh rupa," celetuk Reno, membuat Raka terkekeh.

Raka sudah terbiasa masuk club malam, hanya untuk minum atau bertemu klien sang ayah. Sedangkan Reno, anak rumahan yang jarang ke tempat seperti ini.

"Ahh ... Sial, gara-gara tuh cewek. Kita kehilangan si Rendy," kesal Raka, mereka pun beranjak dan mencari Rendy ke sana kemari.

Dan keberuntungan sedang berpihak pada mereka, mereka melihat Rendy sedang menghisap barang haram. Lalu melakukan transaksi, dan diminta untuk menjual senjata pada sekelompok mafia.

"Siap, paling lambat satu minggu lagi. Gue bakal minta anak buah gue, buat kirim ke mereka." Katanya dengan agak sedikit teler, lalu meminta salah satu wanita malam membawanya ke kamar. Membuat Raka dan Reno bergidik ngeri mereka paham, apa yang akan dilakukan oleh Rendy.

"Ayo cabut," ajak Raka, di jawab anggukan oleh Reno. Terlalu lama di club malam membuat mereka merinding, bukan karena hantu.

Dan pada akhirnya, mereka memutuskan untuk berkumpul di apartemen milik Kevin. 

Kevin membawa empat minuman kaleng, juga cemilan yang dia beli tadi di jalan.

"Gak ada, Elang gak seru." Celetuk Reno, Raka menepuk paha Reno dan membenarkan ucapan sahabatnya tersebut.

"Iya, gue kangen sama dia. Semenjak Miss Aiyla akan menikah, Elang jadi sulit dihubungi." Kata Raka.

"Lo, diundang?" tanya Daffa.

"Semuanya juga diundang, termasuk Elang." Sahut Raka. "kita, datang gak?"

"Datang lah, masa engga kita temani Elang disana." Sela Kevin.

Mereka mengangguk lalu membahas tentang bukti, yang mereka dapat di lapangan.

***

Satu hari sebelum pernikahan, Siska sudah kembali dari liburannya ke Lombok. Dia menemani Aiyla di hotel, tempat berlangsungnya acara akad dan resepsi.

"Pengantin, kok sedih sih." Siska mengusap bahu Aiyla, membuat Aiyla menoleh dan hanya tersenyum tipis.

"Kenapa? Lo, gak bahagia?"

"Entahlah, apakah gue harus bahagia? Atau sedih?" lirih Aiyla, kini mereka sedang berada di balkon kamar hotel Aiyla yang nanti akan di pakai oleh Siska.

"Sudahlah, jangan sedih besok hari bahagia lo." Ucap Siska, banyak dia tahu bahwa pernikahan Aiyla dan Jonathan hanya karena bisnis saja. Banyak pula yang mengatakan keinginan kedua orang tua mereka, bahkan gosip di luar sedang hangatnya perusahaan keluarga Jonathan sedang dalam pailit.

"Sudah, ayo kita tidur. Besok lo telat di make-up lagi." Siska menarik tangan Aiyla untuk masuk. Namun, Aiyla menolak dan ingin sendiri terlebih dulu. Dan Siska pun membiarkan sang sahabat, untuk sendiri dia mengerti bagaimana rasanya berpisah dengan orang yang dia cintai.

"Elang." Desis Aiyla.

Keesokan harinya, ruangan Aiyla sudah ramai oleh tim MUA profesional. Mereka khusus didatangkan langsung oleh Harika, sebelum melakukan make-up. Harika menemui Aiyla terlebih dulu, dan ingin berbicara berdua. Sedangkan untuk Adskhan sejak tadi dia tak melihatnya. 

"Sayang." Harika mengusap pipi Aiyla dengan lembut, masih teringat dengan jelas. Bayi mungil berpipi merah, menangis di dalam dadanya. Harika mengusap sudut matanya yang berair.

"Mama." Aiyla memeluk Harika.

"Kamu sudah besar, nak sebentar lagi kamu akan jadi milik orang lain," kata Harika, sambil mengeratkan pelukannya pada sang anak. 

"Mama..." 

Air mata Aiyla keluar tanpa bisa ditahan, selain sedih akan berjauhan dengan sang ibu. Dia juga merasakan sesak, karena tidak akan pernah bertemu dengan Elang lagi.

"Elang." Batin Aiyla, terus saja menyebut satu nama itu.

Sementara itu, Adskhan menatap lurus ke depan. Dia tak tahu harus bereaksi seperti apa, tentang fakta yang diberikan oleh seseorang sebelum hari pernikahan sang anak.

***

"Apa yang kamu, mau?" tanya Adskhan, menatap Elang dengan tajam. Mereka berdua bertemu di cafe secara tak sengaja, karena klien Elang dan Adskhan adalah orang yang sama.

"Aku mau anak, Om." Celetuk Elang, membuat Adskhan tersenyum miring.

"Memang, apa yang kamu punya, untuk anak saya?" tanya Adskhan.

"Aku punya cinta, kasih sayang, dan  yang utama adalah sebuah tanggung jawab. Jika untuk harta, aku yakin anak Om bukan wanita materialistis." Jawab Elang dengan tenang.

"Kamu pikir, Jo. Tidak tanggung jawab? Mereka akan saling cinta, jika terus bersama." Ujat Adskhan.

"Apa, Om yakin?" tanya Elang.

"Om yakin, dengan menantu pilihan Om itu?" lanjutnya lagi, dengan senyum mengejek di wajahnya.

Membuat Adskhan sedikit terpancing emosi. Namun, dia bisa menahannya. Elang melemparkan map pada Adskhan.

"Jika anda tidak percaya, pada saya. Anda bisa mencari tahu sendiri," kata Elang, lalu dia bangkit dari duduknya.

"Pikirkan kembali, mengenai pernikahan itu Tuan Adskhan. Bukan karena aku ingin bersama Aiyla, tapi karena aku peduli padanya." Papar Elang, tanpa pamit dia meninggalkan cafe tersebut.

Elang membuka maaf tersebut, betapa syoknya dia dengan semua fakta yang Elang berikan. Namun, tak serta merta dia percaya begitu saja. Sebelum hari pernikahan itu tiba, Adskhan meminta mata-mata yang selalu bekerja sama dengannya menyelidiki Jonathan. Hanya dalam dua hari, orang yang ditugaskan oleh Adskhan bisa cepat mendapatkan bukti sangat lengkap.

Dia membuang napas dengan kasar, hampir menyerahkan putri kesayangannya pada orang yang salah. Tentang Jonathan, yang akan memiliki anak tapi akan digugurkan. Tapi, Adskhan memiliki rencana lain untuk membongkar kebusukan keluarga Jonathan.

Bersambung...

Maaf typo

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!