Sudah satu bulan Aiyla menjadi dosen pendamping, setiap hari ada saja tingkah para mahasiswa apalagi mahasiswi yang curhat tentang asmara atau tentang tugas. Dengan senang hati, Aiyla mendengarkan mereka. Bahkan Elang, yang selalu jadi langganannya perlahan-lahan mulai membuka diri padanya.
Terkadang ada rasa jengah, saat mendapat laporan dari siswa-siswi yang jadi korban Elang. Namun, dengan sabar Aiyla memberikan nasehat pada Elang.
Kini Aiyla sedang berada di kediaman kedua orang tuanya.
"Aiyla," panggil sang ayah Adskhan.
"Ya Pa, ada apa?"
"Hari ini kamu ke kampus?"
"Iya, kenapa memang?"
"Bisakah kamu mengundurkan diri, papa mau kamu mulai belajar di perusahaan. Bagaimanapun kamu penerus perusahaan Halime Grup," ujar Adskhan.
Aiyla menghembuskan napasnya dengan pelan, dia menatap Adskhan ragu untuk menyampaikan pendapatnya.
"Aku gak bisa Pa, kontraknya masih 2 tahun lagi. Sedangkan aku baru sekitar satu bulan dan satu bulan menjadi dosen," ujar Aiyla.
"Setelah miss Maya selesai cuti, aku akan mengajar Pa. Itu yang aku inginkan dari dulu," lanjut Aiyla lagi, pasrah Adskhan pun menarik napas dalam dia tak akan mengekang sang anak.
"Baiklah, hanya dua tahun." Putus Adskhan.
Aiyla pun mengangguk sebagai jawaban, masalahnya dia sudah dekat dengan siswa bandel bernama Elang. Dia selalu datang pada Aiyla, jika Aiyla berada di apartemen. Dan mendengarkan isi hati pemuda tersebut.
"Kemana, mama?" tanya Aiyla, pasalnya sejak tadi dia tak melihat sang mama.
"Di kamar, sepertinya kamu akan punya adik." Celetuk Adskhan, membuat Aiyla menyipitkan mata menatap sang papa.
"Mana mungkin, Papa nih. Gak kasian apa sama mama," omel Aiyla.
Adskhan hanya mengedikan bahu, lalu melanjutkan sarapannya. Sementara Aiyla, dia menuju kamar mamanya.
"Ma..." Panggil Aiyla, seraya mengetuk pintu.
"Masuk sayang," jawab Harika.
Setelah mendapat izin, Aiyla langsung membuka pinta dan tersenyum menatap Harika.
"Mama sakit? Sakit apa?" tanya Aiyla.
"Cuma gak enak badan aja, jangan khawatir. Biasalah perubahan cuaca," kata Harika.
"Kata papa, mama hamil?"
Harika menepuk lengan sang anak, dan menggeleng. Mana mungkin dia hamil anak kedua, untuk mendapatkan Aiyla saja dia harus merasakan sakit terlebih dulu.
"Maunya mama memberikan kamu adik, Ay. Tapi ... Mama sulit hamil." Ungkap Harika, hal yang tak pernah dia beritahu pada sang anak. Bahwa setelah melahirkan Aiyla, rahim Harika diangkat dan tak bisa hamil lagi. Walau hanya satu, tapi Adskhan tak ingin mengambil resiko kehilangan istri tercintanya.
"Sekarang, mama mau cucu dari kamu sayang." Ujar Harika, mengusap pipi Aiyla.
Aiyla menggaruk rambutnya yang tidak gatal, dia memamerkan giginya yang rapi pada sang mama. Harika mengerti kode tersebut, bahwa sang anak tak ingin menikah lebih dulu.
"Mama tenang saja, nanti kalo aku udah nikah. Aku akan memberikan tiga cucu sekaligus sama mama," celetuk Aiyla.
Namun, Harika langsung mengaminkan keinginan Aiyla.
"Amin."
"Ma ... Kok di aminin sih, gimana kalo jadi kenyataan? Aiyla maunya satu aja," ujarnya dengan cemberut.
"Lagian kamu, mau sok-sokan tiga. Satu aja belum kelihatan." Sahut Harika terkekeh.
"Kalau doamu terkabul, mama akan merawat anak-anakmu Ay." Sambung Harika, mengusap lengan sang anak.
Aiyla tersenyum menatap sang mama, lalu memeluknya dengan erat.
"Aku sayang mama, sehat selalu untuk bisa melihat cucu dari ku." Bisik Aiyla, mencium pipi Harika.
Adskhan tersenyum menatap anak dan istrinya, dia merasa tenang melihat istrinya yang sudah tersenyum cerah. Tak seperti dua minggu kemarin, ada keajaiban dari Tuhan. Namun, semuanya hanya sesaat dia mengambil lagi apa yang akan menjadi miliknya.
***
Sementara itu, di lobby apartemen. Elang sudah menunggu Aiyla sejak sepuluh menit yang lalu. Namun, gadis tambatan hatinya belum juga kelihatan.
"Kemana dia? Apa tidak masuk?" gumam Elang, dengan setia menatap ke arah lift.
"Mas, nungguin siapa?" tanya penjaga keamanan apartemen.
"Nunggu pacar," jawab Elang asal.
"Siapa namanya, mas? Atau mungkin anda ini pebinor ya?"
Elang langsung menatap tajam penjaga tersebut, bisa-bisanya dia menuduh Elang seperti itu.
"Jangan asal bicara pak, saya bisa buat bapak dipecat." Tegas Elang.
"Baiklah maaf, siapa pacarnya mas?" tanyanya lagi, memang salah Elang juga tak memberitahu siapa orang yang dia tunggu.
"Aiyla ... Aiyla Halime," kata Elang.
"Oh ... Mbak Aiyla, dia pulang ke rumah orang tuanya mas." Beritahu penjaga tersebut.
Elang berdecak, dan memakaikan helm full face berwarna hitam.
"Bukannya bilang dari tadi," kesal Elang, karena waktunya habis untuk menunggu.
Penjaga pun menggeleng menatap kelakuan Elang, yang pergi begitu saja. Dia yang salah juga tak bertanya. Mengapa jadi dirinya yang disalahkan?
"Dasar anak muda," gumamnya.
Elang sendiri melesatkan motornya, membelah jalanan kota Bandung. Yang setiap pagi selalu macet, dia menyalip tanpa rasa takut dan berani. Membuat sebagian pengguna jalanan mengumpat Elang.
Aiyla dan Elang hampir sampai bersamaan, membuat Aiyla sedikit terkejut saat motor Elang menghadang di depan mobilnya yang hampir menabrak Elang.
"Elang," pekik Aiyla dengan terkejut.
Aiyla keluar dari mobil, dan menatap tajam Elang.
"Kamu sudah bosan hidup, hah?" marah Aiyla, namun Elang langsung memeluk Aiyla dengan erat.
"E-Elang, lepas." Desis Aiyla, pasalnya kini dia dan Elang menjadi tontonan para siswa di sekitaran parkiran.
"Astaga," batin Aiyla, dia sangat malu jika nanti muncul gosip tentang dirinya dan Elang.
"Elang," pekik Falisha, yang sejak tadi memperhatikan mereka berdua. Hatinya panas saat melihat Elang memeluk erat perempuan lain.
Aiyla mendorong dada Elang untuk menjauh, agar tak jadi kesalahpahaman.
Aiyla tersenyum menatap gadis di depannya, namun Falisha menatap tak suka pada Aiyla.
"Lepas, jangan sentuh gue!" sarkas Elang, dia melepaskan tangan Falisha dengan kasar. Lalu pergi meninggalkan Falisha.
"Elang ... Ihh, kok gitu sih. Elang tunggu," teriak Falisha, terpaksa mengikuti Elang.
Aiyla menggeleng pelan melihat Falisha dan Elang, dia berjalan menuju ruang dosen.
Hari ini hanya ada satu mata kuliah, yang Elang ikuti. Dia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat, sebelum nanti sore dia menjemput Aiyla. Untuk makan malam di luar, lagi dan lagi. Falisha selalu ada dimana Elang berada.
"Apaan sih, lo? Gue bosen liat lo," jelas Elang.
"Gue suka sama lo, masa lo gak ngerti sih!" kesal Falisha.
"Gue gak peduli, guys urusin dia. Gue mau pergi," ujar Elang pada sahabatnya.
"Siap, lo tenang aja Lang." Sahut Daffa.
Elang menjalankan motornya, membuat Falisha kesal. Karena dia ditahan oleh Reno dan Daffa.
"Percuma lo teriak-teriak, Elang gak akan dengar." Kekeh Raka.
"Gue kasih saran nih ya, lo lebih baik nyerah aja deh! Elang gak akan suka sama lo," celetuk Daffa.
"Bener." Timpal Kevin.
"Sialan kalian semua, awas aja ya! Gue bisa lakuin apapun, jika gue jadi ceweknya Elang." Ancam Falisha, lalu melangkah pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya Elang.
Raka, Reno, Daffa dan Kevin yang mendapatkan ancaman dari Falisha hanya tertawa mengejek, walau Falisha sudah jauh mereka memastikan Falisha mendengar obrolan mereka.
"Gua gak habis pikir, sama dua orang yang selalu ikuti kemana pun si Falisha pergi. Mereka mau-maunya aja jadi babunya," kekeh Raka.
"Ya namanya juga mau populer, ya gitulah." Kekeh Daffa.
"Ayo guys, kita cabut ke tempat biasa." Seru Kevin, dia melaju lebih dulu dan diikuti yang lain.
Banyak anak muda SMP atau SMA, yang ingin ikut bergabung dengan Black Angel. Namun, Elang dengan tegas menolak karena mereka bukan satu perkumpulan resmi. Black Angel hanyalah geng, yang dibentuk oleh dirinya dan keempat sahabatnya. Di saat waktu senggang, saat masa sekolah putih abu dulu.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak, makasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
evi sustina
keren
2023-08-21
0
___storycinta
Falisha Falisha maju terus pantang mundur ya 😂
2023-08-04
0