Bab.3

Hari-hari berlalu begitu cepat, sudah satu bulan sejak Elang dan Yurika bertengkar. Sejak hari itu Elang tak pernah makan di rumah, dia selalu pulang malam, dan pergi pagi saat Yurika belum bangun. Lalu dia mampir ke apartemen milik Kevin atau Daffa. Dia juga selalu telat masuk di semua jam mata kuliah. Seperti hari ini, dia pun datang terlambat.

"Ya Tuhan … kamu lagi, kamu lagi. Saya sudah bosan melihat kamu telat, Elang!" bentak Maria, tetapi Elang tak merespon ucapan sang dosen. Ia hanya diam menatap Maria dengan datar.

"Ke ruang dosen sekarang, jangan buat dia susah, Elang. Dia dosen pendamping baru di sini," beritahu Maria, pasalnya Maria sudah bosan berurusan dengan Elang. Lebih baik Elang lemparkan saja pada Aiyla.

"Ya, saya tahu," sahut Elang berjalan dengan santai, terkadang ada yang suka berbisik-bisik di belakangnya. Akan jadi apa dia di masa depan? Selalu saja membuat kerusuhan di jalan raya dan juga kampus.

Elang pun tak pernah tahu akan jadi apa dirinya di masa depan, dia hanya ingin kebebasan dan tinggal terpisah dari Yurika atau Louis. 

Setibanya di ruang dosen, Elang dibuat mengernyit dengan suara lembut di dalam. Karena rasa penasarannya, dia langsung membuka pintu begitu saja. Ada perasaan aneh pada diri Elang, tidak seperti biasanya masa bodoh ketika datang ke ruang dosen. Entah kenapa, kini dia melangkahkan kakinya dengan pelan, masuk ke ruangan tersebut. Seketika Elang membeku, dia terpana akan kecantikan sosok wanita di hadapannya. Dia adalah Aiyla, dosen pendamping baru yang tadi dikatakan oleh Miss Maria. 

"Gila! Cantik, selama sebulan ini ke mana aja dia?" teriak Elang dalam hati, mendadak dia menjadi anak remaja yang sedang jatuh cinta.

"Kamu ... Elang, kan?" tanya Aiyla, dosen pendamping baru pengganti Maya yang sedang cuti melahirkan. Maya dan Maria, keduanya adalah dosen pendamping untuk angkatan Elang. 

Selama satu bulan kemarin, Aiyla ditempatkan untuk mengajar terlebih dulu di kampus jurusan Bisnis Ekonomi. Lalu, ketika hari melahirkan Maya telah dekat, barulah Aiyla langsung diminta untuk menggantikan Maya selama dia cuti.

"Ya," jawab Elang dengan singkat, tetapi Aiyla tak tersinggung, justru tersenyum manis. Sudah biasa menghadapi murid macam Elang. Dulu saat dia KKN--Kuliah Kerja Nyata--pun pernah mendapat murid yang bebal.

Aiyla mempersilakan Elang duduk. Sebenarnya bisa saja Elang mendapat hukuman dari Maria, tetapi Aiyla ingin Elang mengungkapkan isi hatinya terlebih dahulu pada dirinya Dia tahu ada sesuatu yang tertahan dari diri Elang. Sebagai orang lulusan Psikologi, Aiyla tahu ada yang tak beres dari Elang.

"Kenapa kamu terlambat? Memang jarak dari rumah ke kampus berapa meter?" tanya Aiyla dengan lembut, menatap berkas di hadapannya. 

Elang pun menjawab pertanyaan dari Aiyla, dan Aiyla tersenyum senang karena Elang mau berbicara dengannya. Walau Elang memang agak sedikit kaku dan tidak bisa mengekspresikan diri.

"Baiklah, cukup. Kamu boleh masuk ke kelas, aku yang menjamin jika kamu dimarahi," ujar Aiyla.

Sebelum keluar, Aiyla meminta Elang untuk kembali saat selesai jam pelajaran. Saat keluar dari ruangan Aiyla, entah mengapa hati Elang begitu tenang walau dia hanya memberitahu hal-hal kecil tentang dirinya.

"Dia memang beda," gumam Elang tersenyum sendiri, para mahasiswi yang melihat Elang tersenyum langsung memotret Elang tanpa sepengetahuan pemuda tersebut.

"Astaga ... Elang, manis sekali. Asli, kaya idol K-pop gak, sih!" seru salah satu mahasiswi yang sedang duduk di taman.

"Banget, kalo menurut gue dia kaya Kim Seokjin," sahut yang lainnya.

Para mahasiswi terus saja membicarakan Elang yang tersenyum manis setelah keluar dari ruang dosen. Menurut mereka, itu adalah hal langka, karena Elang sempat dijuluki si paling jarang senyum. Falisha pun penasaran akan foto pria idamannya.

"Foto apaan, sih?" tanya Falisha pada Kamila dan Mira.

"Ini, Elang senyum. Hal langka yang pernah dia lakukan," seru Mira.

"Heh, inget! Elang inceran gue, jangan ngincer lo, ya!" ucap Falisha. Mira berdecak kesal pada sang sahabat.

"Ya, gue tahu," balas Mira memutar bola mata malas. 

"Apa yang buat dia senyum?" tanya Falisha.

"Ya, mana gue tau, gue bukan cenayang yang bisa baca pikiran orang," ujar Kamila.

"Ahhh ... gue tahu, jangan-jangan dia lagi jatuh cinta!" tebak Kamila, dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Falisha. 

"Mana mungkin, selama ini Elang tipe cowok yang sulit didekati," kesal Falisha.

"Kita ke kantin saja, yuk," putus Falisha, ia yakin saat ini Elang berada di kantin.

Setibanya di kantin.

"Lang, tadi diapain sama dosen?" tanya Raka.

"Cuma diajak ngobrol," jawab Elang singkat.

"Ngobrolin apa?" 

"Udahlah, Ka, percuma lo banyak tanya sama Elang. Gue yakin seratus persen Elang gak akan jawab," sela Kevin, yang sangat tahu sifat dan sikap Elang. Kevin, Elang, dan Daffa mereka sudah bersama sejak sekolah menengah pertama. Jadi, mereka sudah mengenal dan paham satu sama lain. Raka memutar bola mata malas, lalu melanjutkan makan sebelum jam mata pelajaran kedua dimulai.

Falisha tersenyum menatap Elang yang tengah menyantap makanannya. Seperti biasa, Elang memang selalu memesona. Walau tatapannya begitu dingin dan selalu acuh, tapi Falisha tetap suka.

"Elang," panggil Falisha, gadis tersebut langsung duduk di samping Elang.

Kamila dan Mira duduk di dekat Reno dan Daffa, dan tersenyum sekilas, lalu menawarkan makanan pada kedua teman Falisha tersebut.

"Senyum kamu manis banget, Lang! Aku suka," celetuk Falisha.

"Maksud lo apa?" tanya Elang. 

Falisha memperlihatkan foto Elang yang tersenyum.

"Hapus!" pinta Elang dengan dingin.

"Enggak!" tolak Falisha dengan tegas.

"Falisha, gue udah kasih peringatan sama lo. Jangan sampe nyesel, jika foto itu ada di sosial media lo, awas aja!" cetus Elang, langsung berdiri dan meninggalkan kantin. Disusul oleh teman-teman Elang yang lain, meninggalkan Falisha, Mira dan Kamila.

"Hapus aja, deh, Fal. Nanti jadi masalah," ujar Kamila, diangguki oleh Mira.

"Kayaknya Elang gak suka wajahnya terekspos, apalagi kehidupannya. Kita aja gak tau, wajah nyokapnya," sahut Mira.

"Gue bilang enggak, ya enggak. Ini foto yang langka," cetus Falisha, kemudian dia juga meninggalkan kantin.

Mira dan Kamila menghela napas dengan pelan, mereka mengikuti Falisha ke mana pun gadis itu pergi. Sudah seperti pengawal pribadinya saja mereka berdua ini.

"Sabar, Mir. Setelah lulus kita gak akan ketemu si Fali lagi," bisik Kamila.

"Ya, mudah-mudahan," sahut Mira.

Mira dan Kamila berharap suatu saat nanti bisa terlepas dari Falisha. Walau Falisha baik pada mereka, tapi sifatnya yang sombong dan suka memerintah membuat mereka tidak suka. Jika ingin jujur, mereka berdua ingin sekali meninggalkan Falisha. Namun, mereka pun tak tega karena sudah bersama sejak lama. Alhasil, mereka hanya bisa sabar.

bersambung ...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!