Satu minggu berlalu, kini tiba saatnya untuk melakukan sidang skripsi. Beruntung Elang sudah mempelajari semuanya.
"Semangat, ya!" ucap Aiyla, dia juga datang untuk memberikan semangat pada Elang dan semua siswa yang ikut skripsi.
Beberapa jam kemudian, semua berjalan dengan lancar dan dinyatakan lulus. Mereka bersorak senang, dan memeluk satu sama lain.
Elang langsung mendatangi Aiyla, tanpa sungkan ia memeluk Aiyla dengan erat.
"Elang," desis Aiyla, pasalnya banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.
"Terima kasih, miss." Ucap Elang.
"Iya, sama-sama. Tapi, lepas dong malu." Cicit Aiyla, bukannya melepaskan Elang malah mencium pipi Aiyla.
"Elang." Pekik Aiyla tertahan, dari kejauhan Falisha mengepalkan kedua tangannya.
"Awas aja, kalian." Kesal Falisha, lalu pergi meninggalkan kampus tersebut.
Tak terasa malam pun tiba, sesuai janjinya hari ini Elang akan mengajak Aiyla makan malam romantis. Di cafe miliknya.
"Bos, semuanya sudah siap." Ujar pegawai Elang, dalam sambungan telepon.
"Oke." Balas Elang singkat.
Elang sudah tampan, dengan setelan kemeja polos berwarna hitam dan juga celana hitam. Kini, dia sedang dalam perjalanan menjemput Aiyla.
Berpuluh menit kemudian, Elang sudah sampai di depan unit Aiyla. Aiyla sendiri sudah gugup, karena untuk pertama kalinya ada seorang pria yang mengajaknya kencan.
"Astaga, sepertinya aku butuh oksigen." Celetuk Aiyla, bel pintu mengagetkan dirinya yang sedang menatap penampilannya di cermin.
Saat membuka pintu, Elang tersenyum menatap Aiyla yang sangat cantik. Dengan balutan dress yang senada dengan kemeja, yang dia pakai.
"Cantik," puji Elang, membuat pipi Aiyla bersemu merah.
"Kamu juga, tampan." Balas Aiyla.
"Ya sudah ayo, nanti keburu malam." Ajak Elang, sudah menggandeng tangan Aiyla dan mengunci pintu tersebut.
"Kamu mau aja, aku kemana?" tanya Elang, setelah mereka masuk ke dalam mobil.
"Rahasia." Kata Elang tertawa, tawa yang selalu Aiyla suka.
Satu jam yang dibutuhkan, untuk sampai di cafe milik Elang.
"Ayo," ajak Elang, setelah membuka pintu.
Sebelum masuk, Elang menutup mata Aiyla menggunakan kain hitam.
"Elang," panggil Aiyla panik.
"Tenang, miss. Aku ada di samping miss," jawab Elang.
Aiyla menolak di tutup matanya, tapi Elang berusaha menyakinkan Aiyla bahwa semuanya baik-baik saja. Hitungan mundur Elang ucapkan, saat sudah sampai di rooftop cafe yang sudah dihias sedemikian rupa.
"Tiga." Bisik Elang, lalu membuka penutup mata Aiyla.
Aiyla mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk. Dia begitu terkejut, terpesona dan kagum dalam satu waktu. Tak menyangka bahwa Elang akan memberikan, kejutan yang sangat romantis.
"Elang, ini..."
"Dinner romantis, khusus untuk yang tercinta." Bisik Elang.
Elang menarik kursi, untuk Aiyla duduk. Dengan perasaan campur aduk, Aiyla pun duduk di kursi. Menatap hidangan yang tersedia di depannya.
"Semuanya, aku yang masak." Cetus Elang.
"Aku ... Aku speechless Lang," ujar Aiyla.
Elang hanya tersenyum tipis, menatap Aiyla. Lalu bertepuk tangan, memberikan kode pada bawahannya untuk menyalakan musik romantis.
"Elang." Aiyla tidak bisa berkata-kata, karena Elang kelewat romantis. Ingin rasanya, Aiyla pingsan saja.
"Kenapa?" tanya Elang.
"Tidak apa-apa, aku ... Aku hanya terkejut,"
"Ayo makan, setelah itu. Aku ingin mengajak kamu dansa," kata Elang.
"Hah, dansa? Aku gak bisa, dansa Elang." Jujur Aiyla.
"Tidak masalah, aku akan mengajarkan miss berdansa."
Aiyla membuang napas dengan kasar, perintah Elang sulit sekali untuk dia tolak.
Aiyla melirik Elang sekilas, selalu tampan dengan segala pesonanya.
"Elang." Gumam Aiyla dalam hati.
***
Setelah selesai makan malam, Elang membawa Aiyla berdansa. Dengan diiringi musik A thousand years dari Christina Perri.
Elang memeluk Aiyla dengan erat, seolah takut kehilangan. Karena setelah selesai kuliah, bisa dipastikan Elang akan sibuk dengan urusannya sendiri.
"Terima kasih," bisik Elang.
"Terima kasih untuk semuanya, selalu sabar mengajarkan ku banyak hal."
Aiyla tersenyum menanggapi Elang, dia pun merasakan kenyamanan saat bersandar di dadanya.
"Jangan pernah tinggalkan, aku!"
"Aku tidak akan, kemana-mana." Bisik Ayla.
Musik berhenti, tiba-tiba Elang berlutut di depan Aiyla dengan kotak berwarna ungu kesukaan Aiyla. Dimana yang isinya adalah cincin.
"Elang..." Aiyla menatap tak percaya. "apa, ini?"
"Aiyla Halime, maukah kamu jadi kekasihku?" tanya Elang.
"Elang tapi aku..."
"Terima atau tidak," tanya Elang.
Aiyla menatap mata Elang, terdapat cinta dan ketulusan di mata itu. Dulu saat bertemu pertama kali, Aiyla hanya melihat kebencian, marah dan juga kesepian. Kini yang ada hanya sebuah harapan, yang dia sendiri bertumbuh menjadi mekar.
"Beri aku waktu, Elang. Aku ... Aku belum siap," lirih Aiyla.
"Tidak apa-apa, aku akan menunggu mu siap." Celetuk Elang.
Lalu Elang pun mengajak Aiyla pulang, karena sudah malam. Gak baik membawa anak gadis orang keluar malam, Elang juga menyimpan cincin tersebut untuk melamar Aiyla nanti.
Aiyla termenung memikirkan kejadian di cafe yang baru dia tahu, adalah milik Elang. Aiyla pun menghubungi sahabatnya, untuk meminta solusi. Dan disinilah dia sekarang, duduk di balkon kamarnya.
"Beb, gue mau curhat." Kata Aiyla disebrang telepon.
"Kebiasaan lo, datang saat susah aja. Sialan!" umpat gadis tersebut.
Aiyla terkekeh mendengar umpatan sang sahabat, dia sudah terbiasa mendengarnya.
"Sudah ahh, dengerin ya Siska Amrta."
"Iya, iya. Nona Halime, cepat."
Aiyla pun menceritakan tentang Elang, dan juga pernyataan cintanya. Siska tertawa sangat lepas, membuat Aiyla kesal.
"Dasar, teman menyebalkan. Bukannya kasih saran malah ketawa, tau ah gue ngambek," rajuk Aiyla, dia pun memutuskan sambungan panggilan begitu saja.
Aiyla membuang napas dengan kasar, dia akan memikirkannya itu nanti. Dan sekarang dia butuh istirahat untuk memulai aktivitas, esok hari.
****
Satu minggu telah berlalu, Aiyla tak ada memberikan jawaban. Elang pun tak masalah, justru kini mereka tengah berkumpul bersama teman-temannya do basecamp.
Markas Black Angel, yang selalu ingin orang datangi. Tapi tak semua orang diizinkan datang, saat mereka sedang asik bercanda dan bersenandung. Untuk merayakan keberhasilan mereka menempuh pendidikan.
Tanpa disangka, tiba-tiba polisi datang dan menggerebek mereka semua.
"Woi, apa-apaan ini? Kenapa, kita di tangkap? Apa salah kita?" teriak Raka tak terima.
Begitu juga dengan yang lain, mereka terus berontak tapi tak berdaya. Dan memilih diam.
"Lapor Dan, kami menemukan berupa sabu-sabu di tas salah satu anggota black angel.
"Itu bukan milik kami pak," jelas Kevin.
"Jelaskan itu, di kantor. Cepat ikut!" Para polisi menyeret Elang dan teman-temannya.
Sementara Falisha dan teman-temannya yang perempuan hanya diam di tempat, dan tersenyum samar ke arah Rendy yang memantau.
Saat itu juga Aiyla mendengar kabar Elang masuk penjara, langsung mendatangi kantor polisi dan meyakinkan polisi bahwa Elang tak bersalah. Dan lagi-lagi Yurika dan Louis bertengkar di hadapan Elang.
Bersambung...
Maaf typo 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments