Bab.6

Pukul dua dini hari, Elang baru sampai di rumahnya. Awalnya Kevin meminta Elang menginap saja. Tapi,  Elang menolak dengan alasan ingin tidur seharian. Karena jika di rumah orang, dia merasa tak leluasa.

Saat Elang masuk, Yurika tahu. Karena dia sedang membuat susu hangat untuk dirinya. Yurika memang terbiasa bangun di jam 2 atau 3 dini hari, paling telat mungkin pukul 4.

Yurika membiarkan saja, dia tak ingin hubungannya dengan Elang semakin memburuk.

"Semoga, kamu sehat selalu nak!" doa Yurika untuk sang anak.

Yurika sendiri dia kembali ke ruang kerjanya, yang berada di lantai satu. Sementara Elang, setelah membersihkan diri dia merebahkan tubuhnya untuk beristirahat. Namun, tiba-tiba dia malah membayangkan wajah teduh, manis dan menenangkan milik Aiyla.

"Miss ... Kamu seperti hantu, yang selalu menghantui pikiranku." Kekeh Elang, mencoba menggombal tapi tak bisa.

Dengan senyum Elang merapatkan matanya, karena kantuk sudah mulai menyerang. 

Pagi menyambut, Yurika membuka kamar Elang. Dia menatap Elang yang tertidur lelap, lalu membelai rambut Elang dengan sayang. Yurika hanya bisa melakukan seperti ini, saat Elang tidur. Jika bangun maka, akan di pastikan Elang marah-marah. 

Entah apa yang ditanamkan dari ayahnya, tentang dirinya saat berpisah dulu. Sampai membuat Elang membenci dirinya. Yurika menghela napas dengan pelan, jika memikirkan hal itu membuatnya sakit kepala.

"Mama sayang, kamu!" Kata Yurika, mencium kening sang anak lalu keluar dari kamar Elang. Membiarkan Elang tidur, karena tak ada jadwal kuliah hari ini.

Saat pintu tertutup, mata Elang terbuka. Sebenarnya dia bangun sejak Yurika mengusap rambutnya, Elang mengubah posisi tidur menjadi terlentang masih dia ingat dengan jelas masa lalu yang membuatnya seperti ini.

Sungguh Elang tak membenci sang ibu, tapi semua fakta yang diberikan oleh Louis membuatnya jadi benci pada Yurika. Elang menerawang jauh, menatap langit-langit kamar.

Saat itu usia Elang sembilan tahun, dan beberapa bulan lagi akan menginjak sepuluh tahun. Dia selalu berharap jika ibu dan ayahnya merayakan hari ulang tahunnya di pantai.

"Apa ini?" bentak Louis, Elang yang akan mengetuk pintu kamar kedua orang tuanya urung melakukannya.

"Aku bisa jelaskan, mas. Ini tidak benar," isak Yurika, dia tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Alah … alasan." Louis menampar pipi Yurika dengan keras, lalu menyiksanya di kamar mandi. Suara jeritan sang ibu, membuat Elang takut saat itu.

"Ma…" Lirih Elang, memeluk boneka kesayangannya.

Hari-hari selanjutnya, Elang hanya bisa mendengar suara teriakan sang ibu dan kemarahan Louis.

Sampai suatu hari, Yurika tak pulang membuat Elang bertanya-tanya keberadaan Yurika.

"Papa, dimana Mama?" tanya Elang.

"Ibumu, sedang melacur Elang. Dia pergi bersama kekasih barunya dan meninggalkan kita." Bohong Louis, padahal Yurika tengah berjuang di rumah sakit akibat ulah Louis sendiri.

"Tidak mungkin Papa, Mama tidak mungkin meninggalkan aku." Teriak Elang tak percaya.

"Ya sudah kalau tidak percaya," Louis meninggalkan Elang begitu saja, Elang menangis di kamar seharian.

Saat sore tiba, Louis membawa seorang wanita muda. Dan memperkenalkan pada Elang sebagai ibu barunya.

"Kenalkan Elang, ini Saras mama baru kamu." Ujar Louis.

"Tidak, dia bukan mama ku. Aku mau mama papa, aku mau mama!" rengek Elang, dia sedikit berteriak membuat Louis sedikit geram dan tanpa segan memukulnya. 

Membuat Elang terdiam, pembantu rumah tangga tak ada yang bisa ikut campur. Jika mereka masih ingin bekerja bersama Louis, Anisa sendiri tak berani mendekati Elang.

"Papa." Lirih Elang.

"Ayo sayang, kita pergi saja." Ajak Saras, Louis pun mengangguk dan pergi meninggalkan Elang sendiri.

"Mama..." Panggil Elang dengan lirih, air matanya membasahi pipi putih yang memerah.

"Nak, Elang." Anisa memeluk Elang, yang tubuhnya bergetar.

Anisa berusaha memberikan minum untuk Elang, dia sangat khawatir karena Elang tidak berbicara satu patah kata pun.

"Den Elang, bicaralah jangan buat bibi takut." Katanya. Namun, Elang masih setia dengan diamnya.

Beberapa hari berlalu, Yurika telah kembali dan kini statusnya sudah menjadi janda. Sedangkan Louis, dia menikah dengan Saras. 

"Elang," panggil Yurika dengan lemah.

Elang hanya melirik sekilas Yurika, dia kembali fokus pada pesta pernikahan Louis. 

"Ayo, kita pulang nak!" ajak Yurika dengan lirih.

"Nyonya, anda baik-baik saja?" tanya Anisa, yang setia menemani Elang saat di rumah.

"Aku baik-baik saja, bi. Jangan khawatir," sahut Yurika.

"Ayo sayang, kita pulang. Ini bukan rumah kita lagi Nak!" Yurika berusaha mengajak Elang, untuk pulang ke apartemen milik Yurika. Pasalnya hak milik rumah ini menjadi milik Loui, bahkan Yurika hanya mendapatkan beberapa persen harta bersama sisanya Louis yang menikmati.

"Ini rumah ku, Ma. Aku gak mau pulang," tolak Elang.

"Elang mama mohon," bahkan Yurika sampai berlutut di depan Elang.

Elang menatap Yurika yang terlihat baik-baik saja, dia ingat perkataan Louis tentang Yurika yang pergi dengan laki-laki lain. Dan kemungkinan dia akan mendapatkan ayah baru.

Nyatanya sampai Elang dewasa pun, Yurika tak menikah-menikah. Dia selalu sibuk mengurus bisnisnya, sampai pergi pagi pulang malam terkadang Yurika tak pulang-pulang.

Lamunan Elang tentang masa lalu buyar saat dering ponsel terus berbunyi sejak tadi, Elang bukannya tak tahu. Namun, dia malas untuk bergerak.

"Astaga, mengganggu saja." Kesal Elang, mengambil ponsel dan melihat siapa yang mengganggunya.

Seketika senyumnya terbit dengan cerah, umpatan yang akan dilontarkan batal ketika tahu siapa yang menghubunginya.

"Elang," sapa si penelpon.

"Ya sayang, ada apa?" goda Elang, membuat gadis di seberang tersebut kesal.

"Elang pliss, jangan panggil aku seperti itu." 

"Maaf miss Aiyla, baiklah ada apa?" tanya Elang, ya Aiyla yang menelepon Elang pagi menjelang siang.

"Kamu dimana, Elang?" tanya Aiyla.

"Di Rumah,"

Aiyla pun memberitahukan Elang, bahwa dirinya meminta bantuan pada Elang. Untuk mengadakan bagi-bagi makanan di jalanan dan juga panti asuhan, intinya Aiyla mengajak Elang untuk berbelanja dan juga mengajarkan Elang tentang kehidupan, ada orang yang lebih susah dan tak memiliki orang tua sejak kecil selain Elang.

"Baiklah, aku akan tiba sepuluh menit." Kata Elang, tanpa menunggu jawaban dari Aiyla. Elang menutup sambungan telepon dengan cepat, dan langsung pergi mandi.

Lima menit waktu yang Elang butuhkan, entah bersih atau tidak yang penting Elang mandi.

Saat keluar dari kamar, Elang terkejut karena Yurika masih ada di rumah.

"Elang? Sudah bangun? Mau kemana?" cerca Yurika.

"Bukan urusanmu," jawab dengan ketus.

Yurika menghela napas sepenuh dada, menatap kepergian Elang. Tanpa sarapan terlebih dulu.

"Den Elang, sudah biasa sarapan di luar. Jadi jangan khawatir," sahut Anisa, mencoba membesarkan hati nyonya-nya.

Yurika hanya mengangguk lalu kembali ke ruang kerjanya, dia tahu, selama ini Elang selalu makan di luar. Yurika memutuskan bekerja dari rumah, karena dia merasa tak enak badan.

Bersambung...

Maaf kalau ada typo 🙏

Terpopuler

Comments

pisces

pisces

jgn terus membenci mamamu El, ntar klo mamamu sakit trs meninggal penyesalanpun tiada gunanya apalagi klo kamu tahu kebenarannya

2023-08-05

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!