Kasihan Bunda

Selamat Membaca

🌿🌿🌿🌿🌿

Halaman baru suasana baru telah mulai terasa semenjak perjalanan. Dengan melangkah beriringan rumah yang terakhir kali didatangi pada hari raya ini akan disambangi kembali, dan mungkin rumah ini akan ditinggali dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Bersamaan dengan masuknya waktu sore mereka bertiga akhirnya tiba juga di halaman rumah bu lek Sima.

" Alhamdulillah akhirnya kita sampai juga. " bu Aini sangat bersyukur karena keluarga kecilnya tiba juga di kediaman saudaranya.

" Mana nenek Sima?, katanya sebelum kita sampai di sini nenek Sima akan menunggu di lual, tapi kok pintunya ditutup?. " Arta masih ingat dengan janji nenek Simanya.

" Ya ampun, cucu nenek ini masih ingat saja ya pada janji orang, haduh-haduh... " Aini jadi menggeleng tak percaya dengan respon cucunya, entah terbuat dari apa otak cucunya ini, mengapa daya ingatnya kuat sekali.

Naya tersenyum saja yang mendengarnya, mengapa ibunya baru menanyakan sekarang, bukankah cucunya ini memang sangat pintar, jika tidak tak mungkin Arta lulus sekolah TK di usianya yang masih belum genap enam tahun.

Ceklek...

Suara pintunya terdengar, mereka bertiga melihat pintunya yang telah dibuka.

" Kalian sudah datang?. " Sima cukup terkejut yang melihat keluarganya datang.

" Baru saja Sima. "

" Baru saja bu Lek. "

" Barusan aku ke kamar mandi dulu, jadi aku tidak tahu kalau kalian sudah datang. " tiga wanita itu saling bersalaman.

" Arta, ayo nak cium tangan nenek Sima. " suruh Naya agar putra kecilnya ini terbiasa salim.

" Arta rupanya sudah besar ya, perasaan tahun kemarin masih belum sebesar ini. " jujur Sima cukup terkejut dengan pertumbuhan Arta yang sekarang.

" Alta kan calon tinggi nenek. " sahut Arta.

" Hahahaha... iya kamu benar nak hahaha... " Sima jadi merasa lucu dengan jawaban Arta.

" Kalau begitu kapan kita mau disuluh masuk nenek?, coba lihat itu, kita bawa dua kopel yang besal. " Arta menunjuk koper milik bunda dan juga neneknya.

" Ya ampun iya ya, nenek sampai lupa, ayo-ayo masuk. " ajak Sima pada akhirnya.

Sima jadi merutuki dirinya sendiri, wanita yang sudah cukup berumur itu sampai lupa jika mungkin saja keluarganya ini merasa lelah karena perjalanan yang cukup jauh.

Ada tamu seharusnya cepat-cepat disuruh masuk tetapi malah terus diajak mengobrol.

*****

Setiap lembar dari berkas penting yang ada di mejanya diperiksanya dengan sangat baik. Jangan sampai ada mega korupsi berikutnya yang pada akhirnya banyak memakan uang perusahaannya.

Tak lama lagi sudah hampir menjelang magrib, tetapi Arland sama sekali tak ada naiatan untuk beranjak dari posisinya.

Arland begitu sangat teliti dan hati-hati dalam memeriksa berkas penting dari proyek pembangunan perusahaannya yang saat ini dalam proses pembangunan.

Biasanya Arland memberikan pekerjaan sepenting ini pada Daniel, tapi pria itu memilih untuk melakukannya sendiri dan membiarkan asisten pribadinya duduk dengan santai.

" Tuan, ini sudah hampir magrib, apa tuan tidak ingin istirahat?. " seru Daniel karena waktu sekarang sudah cukup larut.

" Kenapa?, apa kamu sudah bosan menemaniku?. " Arland jadi beralih menatap tajam pada asistennya.

" Tidak tuan sama sekali tidak, maksud saya tuan sudah sangat lama duduk, saya hanya merasa khawatir dengan kesehatan tuan. " Daniel memang sangat mengkhawatirkan keadaan tuannya.

Arland yang sudah semenjak tadi membuka setiap lembar berkas pentingnya malah menutup berkas-berkas itu.

" Ada apa tuan?. "

" Semakin lama kamu seperti ibu-ibu di pasar, cerewet. " Arland merasa tersinggung, apa maksud asistennya ini yang mengatakan jika merasa khawatir dengan kesehatannya, apakah dirinya sudah sangat tua sampai harus dikhawatirkan kesehatannya.

Salah lagi, Daniel hanya merasa jika hampir semua hal yang diserukannya menjadi salah bagi tuannya, padahal dirinya bicara seperti ini karena benar-benar sangat khawatir akan kondisi tuannya, tetapi tuannya malah mengatakan jika dirinya sama seperti ibu-ibu di pasar yang begitu cerewet.

Drtt... drtt... drtt...

" Astaga... siapa yang menelpon sih?. " handphone pintarnya yang sedari tadi diam akhirnya bergetar juga yang menandakan jika telah ada panggilan yang masuk.

Tut...

Arland langsung saja mematikan layar handphonenya setelah tahu si pemilik nama dari yang menghubunginya itu.

Melihat sang tuan mengakhiri panggilannya membuat Daniel tahu siapa orangnya, pasti yang menghubungi tuannya itu adalah tunangannya nona Sandra.

" Nanti malam aku akan kembali ke rumah besarku, jadi kamu bersiaplah Daniel. " seru Arland tiba-tiba.

" Malam ini tuan?. "

" Iya, memangnya malam kapan?. "

Celaka, Daniel merasa seperti mendapat musibah, mengapa tuannya tidak mengatakan dari tadi jika akan kembali ke rumah besarnya, jika mendadak seperti ini bagaimana segala persiapan untuk kembali pulang bisa dilakukan, belum lagi masih harus memberitahu orang-orang yang bertanggung jawab untuk penerbangan jet pribadi milik tuannya.

*****

Ketiga wanita itu berbicara cukup serius, terlebih saat ini Naya lah yang akan menjadi pemeran utamanya maka Naya harus lebih banyak memahami akan peranannya nanti ketika esok hari mulai bekerja.

" Jadi Naya bekerja dari pagi sampai sore saja bu lek?, malamnya Naya sudah pulang?. " Naya ingin memastikan apa yang telah didengarnya.

" Iya nak, sorenya kamu sudah bisa pulang, jangan terlalu khawatir soal tugas yang harus kamu kerjakan, tugasmu tidak terlalu banyak juga, hanya memasak, setelah itu bersih-bersih rumah, kalau ada tanaman yang perlu disiram ya tinggal di siram saja. " jelas Sima karena memang seperti itulah pekerjaan yang biasa dilakukan.

" Itu bagus Nay, pekerjaannya tidak terlalu banyak nak jadi kamu tidak terlalu lelah. " Aini sangat bersyukur karena setidaknya pekerjaan rumah tangga yang harus dikerjakan oleh putrinya tidaklah terlalu banyak.

Benarkah hanya itu, jika benar seperti itu lalu mengapa tuan yang menjadi majikan bu leknya harus mempekerjakan ART, dikerjakan sendiri harusnya bisa.

" Kalau mencuci bajunya kapan bu lek, kok tidak disebutkan?. " Naya tak mendengar tugas mencuci baju sedari tadi.

" Tidak ada tugas mencuci baju, dari awal bu lek bekerja di sana tidak pernah satu kali pun bu lek disuruh mencuci baju, sudahlah kamu jangan banyak bertanya Nay, pokoknya urusan tugas kamu jangan terlalu khawatir. " bukan tanpa alasan Sima menawarkan pekerjaan ini pada Naya karena pekerjaannya memang tak terlalu banyak.

Namun bukan itu yang menjadi persoalannya, karena pekerjaannya yang tak terlalu banyak membuat Naya hanya berpikir berapakah gaji yang harus diterimanya jika pekerjaannya hanya sedikit, sangat besar kemungkinan jika gajinya memanglah tak seberapa.

" Apalagi yang kamu pikirkan nak?. " seru bu Aini.

" Kira-kira gajiannya tanggal berapa?, apa masih lama?, digajinya perbulan atau perminggu?. " Naya sudah penasaran saja dengan gajinya.

" Gajinya lumayan nak, perbulan tiga juta. " sahut Sima.

Jadi gajinya tiga juta, dan itu perbulan. Untuk nominal gajinya tentulah cukup besar jika dibandingkan dengan pekerjaannya, namun yang menjadi persoalannya sekarang bukanlah nominal gajinya.

Jika digaji perbulan artinya dirinya masih cukup lama untuk menerima gajinya sementara putranya Arta harus sesegera mungkin mendaftar sekolah.

Bagaimana ini, bahkan meski sudah mendapatkan pekerjaan baru namun tetap saja uang yang dibutuhkan masih tak sampai di tangannya.

Semua yang dibicarakan oleh ketiga wanita itu telah Arta dengar, Arta mendengar semuanya.

Dengan sedikit membuka pintu kamarnya Arta mendengarkan mereka bertiga yang berbicara.

Arta tak menyangka jika pembicaraan seperti itulah yang dirinya dengar.

" Kasihan bunda, gala-gala aku bunda halus pusing cali uang. " terkadang Arta merasa jika dirinya hanyalah menjadi beban untuk bunda dan juga neneknya.

Jika sudah seperti ini Arta merasa kesal pada ayahnya. Ayahnya sudah bekerja bertahun-tahun lamanya, seharusnya ayahnya tak membiarkan bundanya bekerja, memangnya ke mana uang dari hasil pekerjaan ayahnya, mengapa tak pernah ada kabar ayahnya mengirimkan uang.

" Jangan-jangan benal yang dikatakan meleka, aku memang anak halam, ayah tidak mau sama aku. "

Salahkah jika Arta berpikir demikian, namun harus bagaimana, Arta yang masih seorang anak kecil masih belum benar-benar paham persoalan orang dewasa.

" Kalau suatu hali nanti aku ketemu ayah, aku akan malah padanya, aku akan malah kalna ayah sudah jahat sama bunda. " begitulah Arta yang bergumam.

Arta merasa jika yang dilakukan ayahnya sudah sangat keterlaluan, sebenarnya ayahnya memang benar pergi bekerja atau memang tidak menginginkan keluarganya sendiri.

Bersambung..........

❤❤❤❤❤

Terpopuler

Comments

dika edsel

dika edsel

loh knp pulang ar...kangen ma tunanganmu ya🤣🤣,6thn lho u ditipu ibu dan adik tirimu kok msh gk sdar jg..,coba u tny othor klo gk percaya..

2023-09-13

1

Kasma Aisya

Kasma Aisya

ceritanya bagus Thor..♥️🥰💪

2023-09-13

1

lihat semua
Episodes
1 Dua Garis
2 Tuan Arland Sedang Kritis
3 Setelah Seminggu Berlalu
4 Arland Sadar
5 Kamu Siapa?
6 Menikahi Karena Kasihan
7 Wanita Gila
8 Surat Cerai
9 Pergi Dari Rumah
10 Baju Siapa Ini?
11 Memutuskan Berpindah
12 Seperti Nyonya Naya
13 Wanita Murahan
14 Perut Naya Sakit
15 Arta Putra Arland
16 Enam Tahun Telah Berlalu
17 Anak Haram
18 Sangat Mirip Dengannya
19 Bekerja Yang Lain
20 Kasihan Bunda
21 Menjadi Asisten Rumah Tangga
22 Penggantinya Bi Sima?
23 Naya
24 Kenapa Kamu Tega Nay?
25 Ingin Memberi Pelajaran Pada Naya
26 Naya, Ini Benar Kamu?
27 Aku Bukan Suamimu Lagi
28 Terikat Kontrak
29 Menguntungkan Sepihak
30 Merahasiakannya
31 Buka Bajumu
32 Temani Aku Mandi (21+)
33 Mandi Bersama (21+)
34 Jadi Bersikap Baik
35 Merasa Cemburu
36 Seperti Tahanan
37 Kedatangan Sandra
38 Rencana Licik Sandra
39 Terkejut Karena Uang
40 Arta Adalah Anakku
41 Hanyalah Mimpi
42 Siapa Anak Kecil Itu?
43 Disuruh Kembali Bekerja
44 Dia Pembantuku
45 Memiliki Seorang Anak
46 Merasa Tak Terima
47 Bekerja Harus Profesional
48 Om Ganteng
49 Pergi Ke Mall
50 Belanja Baju
51 Tamu Tak Diundang
52 Tukang Drama Yang Handal
53 Pekerjaan Yang Lebih Ringan
54 Hanya Seminggu
55 Mirip Tuan Arland
56 Cerita Dari Pak Rahmat
57 Kekhawatiran Naya
58 Kekhawatiran Naya 2
59 Obat Perangsang
60 Maafkan Aku (21+)
61 Noda Merah (21+)
62 Om Ayahnya Arta Ya?
63 Kedatangan Arland
64 Kemarahan Aini
65 Masih Trauma
66 Biang Keroknya
67 Serangan Arland
68 Hukuman Dari Arland
69 Hukuman Dari Arland 2
70 Pergi?
71 Bertemu Nenek Tua
72 Menemukan Lokasinya
73 Suara Ketukan Pintu
74 Arland Yang Datang
75 Pengakuan Arland
76 Ikut Ke Pasar
77 Di Mana Arta
78 Hilangnya Arta
79 Bersama Ayah
80 Bersama Ayah 2
81 Kamu Jahat Mas
82 Hidup Bersama Lagi
83 Bunda
84 Berkumpul Bersama
85 Tidak Akan Pernah Bisa Pergi
86 Mandi Bersama
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Aku Sudah Memiliki Istri
89 Dia Istriku Bukan Pembantuku
90 Pengakuan Arta
91 Kamar Pribadi Arta
92 Setelah Kita Menikah Kembali
93 Lebih Bahagia ( Finish )
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Dua Garis
2
Tuan Arland Sedang Kritis
3
Setelah Seminggu Berlalu
4
Arland Sadar
5
Kamu Siapa?
6
Menikahi Karena Kasihan
7
Wanita Gila
8
Surat Cerai
9
Pergi Dari Rumah
10
Baju Siapa Ini?
11
Memutuskan Berpindah
12
Seperti Nyonya Naya
13
Wanita Murahan
14
Perut Naya Sakit
15
Arta Putra Arland
16
Enam Tahun Telah Berlalu
17
Anak Haram
18
Sangat Mirip Dengannya
19
Bekerja Yang Lain
20
Kasihan Bunda
21
Menjadi Asisten Rumah Tangga
22
Penggantinya Bi Sima?
23
Naya
24
Kenapa Kamu Tega Nay?
25
Ingin Memberi Pelajaran Pada Naya
26
Naya, Ini Benar Kamu?
27
Aku Bukan Suamimu Lagi
28
Terikat Kontrak
29
Menguntungkan Sepihak
30
Merahasiakannya
31
Buka Bajumu
32
Temani Aku Mandi (21+)
33
Mandi Bersama (21+)
34
Jadi Bersikap Baik
35
Merasa Cemburu
36
Seperti Tahanan
37
Kedatangan Sandra
38
Rencana Licik Sandra
39
Terkejut Karena Uang
40
Arta Adalah Anakku
41
Hanyalah Mimpi
42
Siapa Anak Kecil Itu?
43
Disuruh Kembali Bekerja
44
Dia Pembantuku
45
Memiliki Seorang Anak
46
Merasa Tak Terima
47
Bekerja Harus Profesional
48
Om Ganteng
49
Pergi Ke Mall
50
Belanja Baju
51
Tamu Tak Diundang
52
Tukang Drama Yang Handal
53
Pekerjaan Yang Lebih Ringan
54
Hanya Seminggu
55
Mirip Tuan Arland
56
Cerita Dari Pak Rahmat
57
Kekhawatiran Naya
58
Kekhawatiran Naya 2
59
Obat Perangsang
60
Maafkan Aku (21+)
61
Noda Merah (21+)
62
Om Ayahnya Arta Ya?
63
Kedatangan Arland
64
Kemarahan Aini
65
Masih Trauma
66
Biang Keroknya
67
Serangan Arland
68
Hukuman Dari Arland
69
Hukuman Dari Arland 2
70
Pergi?
71
Bertemu Nenek Tua
72
Menemukan Lokasinya
73
Suara Ketukan Pintu
74
Arland Yang Datang
75
Pengakuan Arland
76
Ikut Ke Pasar
77
Di Mana Arta
78
Hilangnya Arta
79
Bersama Ayah
80
Bersama Ayah 2
81
Kamu Jahat Mas
82
Hidup Bersama Lagi
83
Bunda
84
Berkumpul Bersama
85
Tidak Akan Pernah Bisa Pergi
86
Mandi Bersama
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Aku Sudah Memiliki Istri
89
Dia Istriku Bukan Pembantuku
90
Pengakuan Arta
91
Kamar Pribadi Arta
92
Setelah Kita Menikah Kembali
93
Lebih Bahagia ( Finish )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!