Enam Tahun Telah Berlalu

Selamat Membaca

🌿🌿🌿🌿🌿

Langit yang indah nampak mulai kemerahan karena tak lama lagi sang mentari akan segera terbit. Langitnya menjadi semakin indah karena dihiasi dengan banyaknya burung yang beterbangan ke sana kemari.

Pagi-pagi seperti ini memang selalu indah, itulah mengapa sangat disayangkan jika ada momen seperti ini sampai terlewatkan.

Sepasang bola mata birunya sudah cukup lama memandang ke arah langit, itulah mengapa ketika hari libur seperti ini tak ingin sampai melewatkan momen melihat banyak burung yang beterbangan.

Dengan melangkah gontai seorang wanita berjalan dengan melewati pintu rumahnya, nampaknya ia ingin menemui putra kecilnya yang berada di luar rumahnya.

" Arta, kamu sedang apa nak?. " seru Naya pada sang putra Arta yang ternyata sedang berdiri.

Sontak bocah laki-laki yang bernama Arta itu langsung berbalik badan.

" Bunda. " itulah kata yang keluar dari mulut mungilnya.

" Sayang, apa yang kamu lakukan nak?. " Naya mendekati putranya.

" Lihat bulung. " sahut Arta dengan menunjuk burung-burung yang beterbangan di atas sana.

Naya melihat ke arah di mana putra kecilnya ini menunjuk, ternyata memang benar di atas sana banyak burung kecil yang beterbangan, seperti kebiasaannya jika hari libur sekolah seperti ini pasti putranya tak pernah ketinggalan untuk melihat burung-burung yang terbang, nampaknya putranya memang sangat menyukai burung.

Dengan lembut Naya meraih tubuh Arta agar menghadapnya.

" Sayang, ini sudah mulai pagi, bunda sama nenek sudah selesai masak, ayo kita sarapan dulu. " Naya ingin mengajak putranya sarapan.

Arta tak langsung menyahut, bocah laki-laki itu nampak sedang berpikir.

" Ayo sayang kita sarapan sekarang?. " ajak Naya.

" Tapi bunda itu bulungnya. " Arta menunjuk burung-burung itu.

" Jadi anak bunda masih mau di sini?, ya sudah kalau begitu bunda sama nenek sarapan duluan saja ya. " begitulah sahutan Naya.

Dan Naya mulai melepas rengkuhan kedua tangannya dari kedua bahu Arta.

" Iya bunda Alta mau salapan. " sahut Arta pada akhirnya.

Melihat putranya seperti ini membuat Naya jadi tersenyum.

" Uuum... anak bunda lucu sekali sih. " dengan begitu gemasnya Naya sampai menjawil kedua pipi Arta.

" Ayo bunda kita salapan. " Arta meraih tangan bundanya.

" Ayo sayang. "

Akhirnya sepasang ibu dengan putranya itu memilih masuk ke rumahnya, antara merasa kasihan dan gemas pada putranya, Naya sendiri memang sengaja harus melakukan hal ini, jika tidak putra kecilnya ini masih akan tetap berada di luar dengan melihat burung-burung yang terbang itu.

Arta, bocah laki-laki itu sudah berusia lima tahun lebih, tapi siapa sangka di usianya yang belum genap enam tahun itu sudah duduk di bangku TK nol besar, dan mungkin beberapa bulan lagi bocah itu sudah lulus sekolah TK dan akan melanjutkan pendidikannya ke tingkat SD.

*****

" Kenapa ini bisa terjadi?, apa kerja kalian hah?... "

" Katakan, siapa yang sudah berani mencuri uangku?, cepat akui sekarang, jika tidak jangan salahkan aku jika sampai membuat pelakunya sangat menyesal. " Arland sangat marah, bahkan kali ini ia tak akan memberi ampun pada orang yang sudah dengan berani melakukan korupsi di perusahaannya.

Semuanya jadi diam, para petinggi perusahaan Ambrose tak ada yang berani mengucapkan satu katapun padahal tuan mereka sudah cukup lama marah.

" Jawaaab... kenapa kalian diam hah?... apa kalian semua bisu?. "

" Jawab, jika tidak akan aku pecat kalian semua. "

Deg...

" Tu-tuan saya tidak tahu, bukan saya pelakunya tuan. " sahut salah satu manager.

" Bukan saya juga tuan, saya tidak tahu apa-apa. "

" Iya tuan bukan saya juga. "

Semuanya tak ada yang mengaku akan siapa dalangnya.

" Jadi menurut kalian uang perusahaanku hilang dengan sendirinya?, jadi uang seratus miliar lebih hilang sendiri?, kalian mau bercanda?. "

Semuanya benar-benar sangat takut, keadaan di ruangan ini begitu sangat mencekam, siapakah pelaku yang sebenarnya yang telah dengan begitu berani melakukan korupsi dengan jumlah yang sangat besar, tidakkah ia merasa takut jika tuan Arland membalasnya.

Arland sangat marah besar, bagaimana tak marah jika dana yang berjumlah satu triliun itu harus mengalami kebocoran hingga lebih dari seratus miliar, siapakah pelaku yang sudah berani melakukan korupsi itu masih belum diketahui, tetapi jika pelakunya sudah berhasil ditemukan, maka bisa dipastikan jika Arland tak akan memberi ampun sang pelaku.

" Akan aku beri waktu, jika dalam dua puluh empat jam pelakunya belum mengaku juga, lihat saja akibatnya. "

" Daniel. " panggil Arland pada sang asisten.

" Iya tuan. " sahut Daniel dengan sigap.

" Aku mau kamu segera temukan siapa pelakunya dan bawa ke hadapanku. " Arland tegas mengatakannya.

" Siap tuan, saya akan melakukan seperti yang tuan suruh. " sahut Daniel.

" Kalian semua, sekarang keluar dari ruanganku. " teriak Arland.

Dan benar saja, tanpa bertele-tele para petinggi itu dengan tersentak langsung tergerak untuk pergi, mereka tak ingin jika sang tuan Arland menjadi semakin marah.

" Brengsekk semuanya, brengsekk... "

Brakk...

Arland begitu sangat marah, bahkan emosinya masih belum keluar semuanya, bagaimana bisa dirinya sampai kecolongan seperti ini.

" Tuan, lalu bagaimana?, apakah tuan akan mengunjungi proyek baru tuan itu?. " tanya Daniel.

" Carikan aku rumah, yang lokasinya tidak jauh dari sana, cepat... " jelas Arland.

" Baik tuan, akan segera saya carikan. " sahut Daniel.

Dan tanpa menunggu lama, Daniel mulai bergerak, sang asisten pribadi Arland itu langsung bergegas pergi.

Karena keadaan di mana proyek itu sedang dibangun membutuhkan pengawasan langsung dari tuannya, membuat Daniel harus sesegera mungkin menemukan tempat tinggal untuk tuan Arlandnya yang lokasinya tak terlalu jauh dari proyek itu dibangun.

" Haah... " Arland menarik napasnya dengan dalam.

" Sial... "'

Kini di ruangan besarnya hanya menyisakan dirinya, pagi-pagi seperti ini sudah harus mendapat kabar yang begitu sangat membuatnya emosi.

Sebenarnya kehilangan uang sebesar itu adalah hal yang kecil bagi Arland, namun yang menjadi persoalannya bukanlah uang akan tetapi Arland merasa sudah kecolongan karena telah dipermainkan oleh bawahannya sendiri.

" Lihat saja, siapapun pelakunya, akan kubuat bertekuk lutut. "

*****

Benda berdiagonal yang dapat mengeluarkan gambar dengan suara itu sudah cukup lama aktif, namun sosok yang seharusnya memperhatikan benda itu malah memperhatikan hal yang lainnya.

Dengan begitu sangat fokus Arta membaca buku yang dipangkunya, bocah laki-laki itu memang gemar membaca buku, maka tak heran meski usianya lebih muda dari teman-teman sekelasnya tak membuat Arta kalah pintar dari mereka, bahkan Arta memiliki kepintaran di atas rata-rata kepintaran temannya.

" Ehem-ehem. " tiba-tiba ada suara seseorang yang berdeham.

Sontak Arta langsung menoleh, dan ternyata memang benar bundanya yang datang.

" Sayang, anak bunda ini mau nonton tv atau baca buku?. " tanya Naya dengan menghampiri Arta.

" Nonton tv bunda, tapi Alta ingat sama buku yang dibeli bu gulu, ya jadinya Alta mau baca buku deh. " dengan begitu polosnya Arta mengatakan hal yang sebenarnya.

Mendengar penjelasan dari putranya membuat Naya jadi tersenyum lebar, putranya yang satu ini memang terlalu rajin.

" Akhir-akhir ini kamu rajin sekali membaca sayang, ada apa sih?. " tanya Naya dengan iseng.

Naya mungkin hanya iseng saja menanyakan hal ini pada putranya, namun siapa sangka jika pertanyaannya ini malah membuat Arta jadi menutup bukunya.

" Ada apa sayang?, kok bukunya ditutup?. " tanya Naya.

Arta menatap kedua bola mata bundanya dengan dalam.

" Ada apa sayang?, apa ada sesuatu?. " tanya Naya lagi.

" Alta halus lajin belajal bunda agal jadi anak pintal, dan... ketika ayah Alta sudah pulang nanti ayah melasa senang sama Alta. " sahut Arta dengan sebenarnya.

Dan seketika itu hati Naya menjadi terhenyak, Naya merasa seperti mendapatkan tamparan keras pada batinnya.

Jadi alasan yang sebenarnya mengapa putranya ini rajin sekali belajar adalah demi ayahnya.

Bertambahnya usia tak membuat Arta berhenti ingin tahu tentang ayahnya, Naya masih sangat ingat putranya pertama kali menanyakan tentang ayahnya disaat usia empat tahun, dan sekarang pun masih sama.

Enam tahun telah berlalu ternyata tak membuat keadaan tetap baik-baik saja. Dan sekarang Naya menjadi semakin khawatir, mungkin saat ini dirinya bisa memberikan alasan yang sama mengapa ayahnya Arta tak kunjung pulang, tetapi ketika Arta sudah besar nanti rasanya alasan yang sama sudah tak bisa diberikan lagi.

Bersambung..........

❤❤❤❤❤

Terpopuler

Comments

dika edsel

dika edsel

sabar menunggu...up lagi dong kak,q suka karyamu thor cemangat💪..

2023-09-05

1

Kasma Aisya

Kasma Aisya

ceritanya bagus thor.lanjut💪

2023-09-04

1

lihat semua
Episodes
1 Dua Garis
2 Tuan Arland Sedang Kritis
3 Setelah Seminggu Berlalu
4 Arland Sadar
5 Kamu Siapa?
6 Menikahi Karena Kasihan
7 Wanita Gila
8 Surat Cerai
9 Pergi Dari Rumah
10 Baju Siapa Ini?
11 Memutuskan Berpindah
12 Seperti Nyonya Naya
13 Wanita Murahan
14 Perut Naya Sakit
15 Arta Putra Arland
16 Enam Tahun Telah Berlalu
17 Anak Haram
18 Sangat Mirip Dengannya
19 Bekerja Yang Lain
20 Kasihan Bunda
21 Menjadi Asisten Rumah Tangga
22 Penggantinya Bi Sima?
23 Naya
24 Kenapa Kamu Tega Nay?
25 Ingin Memberi Pelajaran Pada Naya
26 Naya, Ini Benar Kamu?
27 Aku Bukan Suamimu Lagi
28 Terikat Kontrak
29 Menguntungkan Sepihak
30 Merahasiakannya
31 Buka Bajumu
32 Temani Aku Mandi (21+)
33 Mandi Bersama (21+)
34 Jadi Bersikap Baik
35 Merasa Cemburu
36 Seperti Tahanan
37 Kedatangan Sandra
38 Rencana Licik Sandra
39 Terkejut Karena Uang
40 Arta Adalah Anakku
41 Hanyalah Mimpi
42 Siapa Anak Kecil Itu?
43 Disuruh Kembali Bekerja
44 Dia Pembantuku
45 Memiliki Seorang Anak
46 Merasa Tak Terima
47 Bekerja Harus Profesional
48 Om Ganteng
49 Pergi Ke Mall
50 Belanja Baju
51 Tamu Tak Diundang
52 Tukang Drama Yang Handal
53 Pekerjaan Yang Lebih Ringan
54 Hanya Seminggu
55 Mirip Tuan Arland
56 Cerita Dari Pak Rahmat
57 Kekhawatiran Naya
58 Kekhawatiran Naya 2
59 Obat Perangsang
60 Maafkan Aku (21+)
61 Noda Merah (21+)
62 Om Ayahnya Arta Ya?
63 Kedatangan Arland
64 Kemarahan Aini
65 Masih Trauma
66 Biang Keroknya
67 Serangan Arland
68 Hukuman Dari Arland
69 Hukuman Dari Arland 2
70 Pergi?
71 Bertemu Nenek Tua
72 Menemukan Lokasinya
73 Suara Ketukan Pintu
74 Arland Yang Datang
75 Pengakuan Arland
76 Ikut Ke Pasar
77 Di Mana Arta
78 Hilangnya Arta
79 Bersama Ayah
80 Bersama Ayah 2
81 Kamu Jahat Mas
82 Hidup Bersama Lagi
83 Bunda
84 Berkumpul Bersama
85 Tidak Akan Pernah Bisa Pergi
86 Mandi Bersama
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Aku Sudah Memiliki Istri
89 Dia Istriku Bukan Pembantuku
90 Pengakuan Arta
91 Kamar Pribadi Arta
92 Setelah Kita Menikah Kembali
93 Lebih Bahagia ( Finish )
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Dua Garis
2
Tuan Arland Sedang Kritis
3
Setelah Seminggu Berlalu
4
Arland Sadar
5
Kamu Siapa?
6
Menikahi Karena Kasihan
7
Wanita Gila
8
Surat Cerai
9
Pergi Dari Rumah
10
Baju Siapa Ini?
11
Memutuskan Berpindah
12
Seperti Nyonya Naya
13
Wanita Murahan
14
Perut Naya Sakit
15
Arta Putra Arland
16
Enam Tahun Telah Berlalu
17
Anak Haram
18
Sangat Mirip Dengannya
19
Bekerja Yang Lain
20
Kasihan Bunda
21
Menjadi Asisten Rumah Tangga
22
Penggantinya Bi Sima?
23
Naya
24
Kenapa Kamu Tega Nay?
25
Ingin Memberi Pelajaran Pada Naya
26
Naya, Ini Benar Kamu?
27
Aku Bukan Suamimu Lagi
28
Terikat Kontrak
29
Menguntungkan Sepihak
30
Merahasiakannya
31
Buka Bajumu
32
Temani Aku Mandi (21+)
33
Mandi Bersama (21+)
34
Jadi Bersikap Baik
35
Merasa Cemburu
36
Seperti Tahanan
37
Kedatangan Sandra
38
Rencana Licik Sandra
39
Terkejut Karena Uang
40
Arta Adalah Anakku
41
Hanyalah Mimpi
42
Siapa Anak Kecil Itu?
43
Disuruh Kembali Bekerja
44
Dia Pembantuku
45
Memiliki Seorang Anak
46
Merasa Tak Terima
47
Bekerja Harus Profesional
48
Om Ganteng
49
Pergi Ke Mall
50
Belanja Baju
51
Tamu Tak Diundang
52
Tukang Drama Yang Handal
53
Pekerjaan Yang Lebih Ringan
54
Hanya Seminggu
55
Mirip Tuan Arland
56
Cerita Dari Pak Rahmat
57
Kekhawatiran Naya
58
Kekhawatiran Naya 2
59
Obat Perangsang
60
Maafkan Aku (21+)
61
Noda Merah (21+)
62
Om Ayahnya Arta Ya?
63
Kedatangan Arland
64
Kemarahan Aini
65
Masih Trauma
66
Biang Keroknya
67
Serangan Arland
68
Hukuman Dari Arland
69
Hukuman Dari Arland 2
70
Pergi?
71
Bertemu Nenek Tua
72
Menemukan Lokasinya
73
Suara Ketukan Pintu
74
Arland Yang Datang
75
Pengakuan Arland
76
Ikut Ke Pasar
77
Di Mana Arta
78
Hilangnya Arta
79
Bersama Ayah
80
Bersama Ayah 2
81
Kamu Jahat Mas
82
Hidup Bersama Lagi
83
Bunda
84
Berkumpul Bersama
85
Tidak Akan Pernah Bisa Pergi
86
Mandi Bersama
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Aku Sudah Memiliki Istri
89
Dia Istriku Bukan Pembantuku
90
Pengakuan Arta
91
Kamar Pribadi Arta
92
Setelah Kita Menikah Kembali
93
Lebih Bahagia ( Finish )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!