Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Tok... tok... tok...
" Artaaa... "
Terdengar banyak suara dari luar rumah.
Tok... tok.. tok...
" Arta ayo kita main. " seru mereka dari balik pintu.
" Itu teman-temanmu nak, sebentar ya nenek buka dulu pintunya. " seru Aini sebelum akhirnya wanita yang berumur itu bergegas menuju ke arah pintu.
Arta memperhatikan jam dinding di rumahnya, ternyata sudah pukul delapan pagi.
" Meleka mau main apa sih?, kenapa bukan sole saja mainnya?. " jujur Arta merasa terganggu jika temannya mengajak bermain di waktu yang sepagi ini.
Nampak Naya mulai datang dari arah dapur, Naya mendengar ramainya suara anak-anak dari luar sana.
Dan benar saja, bu Aini membawa masuk tiga anak laki-laki yang menjadi teman cucunya.
" Arta. " panggil Roy, Roni dan juga Rosi.
" Kalian telnyata. " Arta tak salah menduga.
" Arta kita main yuk di luar, main sepeda. " ajak Roni yang menawarkan bermain sepeda.
" Kenapa tidak sole saja mainnya?, sebental lagi kan sudah mau siang, kan panas. " jujur sebenarnya Arta tidak berminat bermain di luar di waktu sekarang.
" Hanya sebentar Arta, sampai pukul sembilan, iya kan Roy, Rosi?. " sahut Roni.
" Hum, iya benar, hanya satu jam kita mainnya. " sahut Rosi dan Roy.
" Tapi aku tidak punya sepeda. " sahut Arta.
" Kalau itu mudah, kan kamu bisa pinjam sepeda punya kita. " sahut Rosi.
" Iya, kok kamu bingung karena tidak punya sepeda sih Arta?, kan kemarin-kemarinnya kamu selalu pinjam sepeda punya kita. " ujar Roy yang merasa jika saat ini Arta seperti banyak alasan.
Teman-teman Arta masih tak mengerti jika Arta memang malas keluar rumah.
" Ayo Arta kita main sepeda yuk, hanya sebentar kok. " seru Rosi yang sedikit memohon.
Jika sudah seperti ini nampaknya akan berbuntut panjang jika sampai menolak.
Arta mulai menatap bundanya yang ternyata bundanya juga menatapnya. Naya sudah mengerti apa maksud tatapan dari putranya, dan Naya pun mengangguk jika dirinya memberikan izin untuk putranya bermain bersama temannya.
" Ya sudah ayo kita belmain, tapi janji hanya satu jam ya?. " sahut Arta pada akhirnya.
" Begitu dong Arta, kalau tidak ada kamu kita semua tidak semangat mainnya. " Rosi sangat senang karena temannya yang satu ini akhirnya mau juga diajak bermain.
" Kalian memang selalu begitu. " pasrah Arta.
" Hahahaha... " begitulah ketiga teman Arta yang tertawa.
Arta memiliki banyak teman di daerah ini, namun dari semua temannya hanya Roy, Rosi dan Roni lah yang menjadi teman akrabnya. Dari mereka berempat hanya Arta yang memiliki usia paling muda, Roy, Rosi dan Roni memiliki usia tujuh tahun, kalaupun mengalami selisih jarak kelahiran mungkin mereka bertiga hanya selisih tidak lebih dari tiga bulan.
" Ayo kita belmain... "
" Hahahaha... " semuanya jadi tertawa lantaran Rosi menirukan bahasa cadel Arta.
Keempat anak laki-laki itu lanjut berjalan menuju pintu keluar, mereka merangkul Arta yang berada di tengah-tengah, tentu saja mereka melakukan hal itu karena Arta lah sosok yang paling mereka tunggu.
Tingkah keempat anak laki-laki itu terlihat begitu menggemaskan. Naya yang melihat putra semata wayangnya selalu disenangi oleh teman-temannya merasa sangat bersyukur, sebagai seorang ibu sering kali Naya merasa khawatir jika Arta akan jadi bahan omongan orang karena statusnya yang lahir sebagai anak yang tak memiliki seorang ayah, namun siapa sangka kekhawatirannya itu hanyalah ketakutannya saja.
*****
Suaranya nyaris tak terdengar, kendaraan besi yang memiliki roda empat itu mulai mendarat di garasi barunya.
Tak butuh waktu lama untuk tiba di lokasi rumah barunya, cukup menaiki jet pribadi dan selanjutnya menaiki mobil membuat Arland tiba juga di rumah barunya, sebuah rumah yang cukup besar dengan memiliki dua lantai.
" Ini rumahnya tuan, jika dilihat dari ciri-ciri yang tuan jelaskan, sepertinya rumah ini sesuai dengan yang tuan mau. " seru Daniel karena menurutnya rumah ini sudah sesuai dengan keinginan tuannya.
Arland memperhatikan bagian luar yang nampak dari rumah ini, rumahnya tak terlalu buruk, meski tak semewah rumah besarnya namun rumah ini masih sangat layak dihuni.
" Bagaimana tuan?, rumahnya bagus kan tuan?. " tanya Daniel.
" Rumahnya jelek. " sahut Arland lalu pria itu melangkah menuju ke rumah yang dikatakannya jelek.
Seperti itulah Arland, jangan harap suatu pujian akan keluar dari kedua belah bibirnya, sosoknya yang perfeksionis membuat Arland sangat sulit untuk memuji siapapun dan hal apapun.
*****
Sepasang pengayun roda sepedanya bergerak dengan santai, seolah malas mengayun, Arta santai saja mengayun sepedanya.
" Aku sudah sampai, Arta kalah terus. " Rosi merasa bangga karena sudah beberapa kali mengalahkan Arta.
" Ayo dong Arta semangat, jangan lambat dong ayun sepedanya..." teriak Roy dengan begitu lantangnya.
Sontak saja ibu - ibu yang berada di warung yang lokasinya tak terlalu jauh dari mereka bermain sampai melongo.
" Ya ampun, itu Roy yang teriak-teriak begitu?. "
" Iya bu itu Roy, biasa suka main sama itu si itu anak haram. "
" Ya ampun heran, mereka kok senang sekali sih bermain sama si Arta itu?. "
" Anak saya juga begitu bu, suka sekali kalau mau main sama si anak yang tidak jelas siapa bapaknya itu padahal sudah sering saya larang. "
" Ini tidak bisa dibiarkan bu, anak itu harus diberi pelajaran. "
" Iya, ayo kita ke sana bu. "
Para ibu itu merasa tak menyukai akan sesuai yang berhubungan dengan Arta, Arta adalah anak yang tidak jelas siapa ayah biologisnya, para wanita yang sudah dewasa itu sudah menduga jika bunda dari Arta bukanlah wanita yang baik-baik, maka besar kemungkinan jika Arta akan sama seperti bundanya.
" Ya ampun, akhirnya kamu sampai juga Arta, kenapa kamu?, kamu tidak minat ya balapan sepeda?. " seru Roy kala Arta sudah sampai di garis finish.
" Aku malas Loy, aku lebih suka main kalau sudah sole hali. " sahut Arta apa adanya.
" Oke, sepertinya ini sudah pukul sembilan, kita berhenti dulu mainnya, lanjut nanti sore saja. " sahut Roy pada akhirnya.
" Hey... hey... Rosi, Roni, Roy, kalian sedang apa di sini?. " tanya ibu-ibu itu.
Ibu-ibu yang keluar dari warung itu menghampiri mereka berempat yang sudah selesai bermain sepeda.
" Kalian bertiga kenapa mau main sama si Arta?. " tanya salah satu ibu itu.
" Kenapa tante?, memangnya kenapa kalau main sama Arta?. " sahut Rosi.
" Iya, kenapa kalau main sama Arta?. " sahut Roy dan Roni.
Arta sosok yang namanya disangkut pautkan hanya diam saja.
" Sebelumnya maaf ya Arta bukannya tante mau menjelekkan kamu, tapi jujur tante itu merasa takut kalau anak-anak yang lain main sama kamu, takut ketularan sial. " seru ibu itu.
" Sial?... sial kenapa tante?. " mendengar kata sial membuat Roy jadi penasaran.
" Iya sial, Arta itu anak haram, kalian harus hati-hati kalau main sama Arta, kalau perlu kalian jangan main sama Arta. " begitulah ibu itu yang mengatakannya.
Mendengar kata anak haram tentu saja membuat kedua telinga Arta menjadi sedikit terusik, meski tak tahu apa arti anak haram tapi sepertinya kata itu mengandung makna yang tak baik.
" Anak halam?, Alta anak halam?, apa itu anak halam tante?. " akhirnya Arta bertanya juga setelah cukup lama bocah laki-laki itu diam.
Ibu itu jadi saling menatap, mau mengelak dari pertanyaan Arta tapi sudah terlanjur bicara.
" Kok tante semua diam?, apa itu anak halam tante?. " Arta ingin mereka mengatakannya.
" Maaf ya sebelumnya Arta, kamu jangan tersinggung. "
" Jadi begini, anak haram itu adalah anak yang tidak diinginkan, anak yang kelahirannya tidak diinginkan. " jelas ibu itu.
" Tidak diinginkan?. " sahut Arta.
" Iya Arta, tidak diinginkan, buktinya hingga sekarang ayah kamu tidak ada kan?, kamu tidak punya ayah karena ayah kamu tidak menginginkan kamu. " dengan gerakan bibirnya yang nampak sangat meyakinkan, ibu itu berbicara seolah seperti sudah tahu akan mengapa ayah biologis Arta tak pernah ada.
" Iya, ayah kamu tidak menginginkan kamu Arta, itulah kenapa ayah kamu tidak pernah ada kan?. "
Arta terdiam, teman-temannya pun juga diam.
Benarkah dengan apa yang didengarnya, ayahnya tak pernah kembali pulang karena ayahnya memang tak menginginkan kehadirannya.
Jadi anak haram itu adalah anak yang tak diinginkan kelahirannya, seperti dirinya yang tak diinginkan oleh ayahnya.
Jika benar seperti itu, lalu mengapa bundanya mengatakan jika ayahnya belum pulang karena sedang bekerja agar dapat uang yang banyak, apakah itu semua adalah bohong.
Bersambung..........
❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Uthie
Jahatnya tuhhhh mulut 😡
2024-01-29
1