Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Cerah merona semburat sang mentari telah datang menyapa dari ufuk timur. Cahaya mentarinya memberikan semangat baru di pagi yang selalu menjadi momen oleh hampir banyak manusia untuk memulai aktivitas mereka.
Malam panjang yang kerap kali menjadi tujuan oleh hampir banyak orang untuk mengistirahatkan tubuh mereka akhirnya telah berganti menjadi pagi yang baru dengan semangat yang baru.
Pagi yang baru dengan memberikan semangat yang baru sayangnya tak dapat memberikan semangat yang baru juga bagi seorang wanita yang pagi ini akan pergi dari rumah suaminya untuk selamanya.
Langkahnya begitu berat untuk lanjut, tapi mau seberat apapun tak dapat mengurungkan dirinya agar tak pergi dari rumah ini.
Dengan menggerek secara perlahan kopernya, Naya terus melangkah. Berat rasanya bagi Naya harus meninggalkan rumah yang sudah dihuninya selama tiga bulan lebih ini, namun apalah daya, keberadaannya di rumah besar ini sudah tak diinginkan lagi.
Kamarnya yang sering ditempatinya bersama Arland sudah ditinggalnya dengan jarak beberapa meter, dan kini Naya sudah akan menuruni anak tangga.
Di lantai bawah yang posisinya tak jauh dari tangga nampak sudah ada bi Ijah yang sedang berdiri. Naya sudah paham dengan maksud keberadaan bi Ijah di sana.
" Nyonya... " seru bi Ijah kala nyonya Nayanya menuruni anak tangga.
Naya tersenyum melihat bi Ijah, sudah pasti ARTnya yang satu ini akan selalu menyambutnya dalam keadaan apapun.
" Nyonya Naya. "
" Bi Ijah. "
Dengan perasaannya yang teramat sangat sedih, bi Ijah langsung saja memeluk nyonya Nayanya.
Dua wanita yang berbeda generasi itu saling memeluk dengan erat. Layaknya sepasang ibu dengan putrinya itulah yang nampak dari Naya dan bi Ijah.
" Nyonya, nyonya sudah akan pergi dari rumah ini?, maafkan saya nyonya. " seru bi Ijah yang merasa bersalah karena tak bisa berbuat banyak untuk membantu nyonya Nayanya.
Karena hal itu sontak membuat Naya buru-buru melepaskan pelukannya dari bi Ijah.
" Bi Ijah, kenapa bi Ijah minta maaf?, bibi tidak salah. " sahut Naya.
Bi Ijah melihat wajah Naya dengan lebih jelas, kedua mata nyonyanya terlihat sangat sembab, pasti nyonya Nayanya ini menangis semalaman.
" Saya minta maaf nyonya, saya tidak bisa berbuat banyak untuk menolong nyonya Naya. "
" Bibi jangan minta maaf hah... " Naya jadi menghela napasnya dengan cukup panjang.
Dan Naya pun tersenyum pada asisten rumah tangga yang sangat peduli padanya ini.
" Mungkin ini sudah menjadi jalan hidup Naya yang harus Naya lalui, jadi... "
" Kalian banyak bicara, Naya kenapa kamu masih di sini?, cepat pergi dari rumah ini. " teriak Rita bahkan suaranya sangat lantang.
Naya melihat mama mertuanya, ternyata mereka berdua sudah berdiri di sana, ternyata mama mertua dengan adik iparnya sangat menantikan dirinya segera pergi dari rumah ini, tidak, mereka sudah menjadi mantan mama mertua dan mantan adik ipar.
" Bibi, Naya harus pergi, tolong jaga mas Arland ya, terima kasih karena selalu ada untuk Naya. " dengan tersenyum Naya mengatakannya.
" Nyonya... " bi Ijah menjatuhkan air matanya.
Tak banyak waktu yang Naya miliki, dengan menggerek kembali kopernya, Naya harus segera pergi dari rumah ini, mungkin Naya akan pergi untuk selamanya.
" Pergilah dari rumah ini dan jangan pernah kembali lagi. " ucap Mika kala Naya hampir melaluinya.
Naya hanya diam saja, wanita yang tak diketahui oleh orang lain jika dirinya sedang mengandung itu membiarkannya saja. Naya hanya merasa sudah cukup dirinya menangis, jadi Naya tak ingin jika pergi dari rumah ini dalam keadaan menangis.
" Hus - hus sana pergi hus... " dengan tersenyum senang begitulah gaya Mika yang mengusir Naya kala Naya sudah menjauh.
" Akhirnya wanita sialan itu pergi juga ma, aku senang sekali. " Mika merasa kebebasan dari penghalang terbesarnya sudah berhasil dirinya buang.
" Jangan senang dulu kamu Mika. " ujar Rita.
Sontak Mika pun langsung berhenti tersenyum.
" Kenapa ma?, kenapa aku tidak boleh senang?, bukannya si Naya sudah pergi, itu artinya tidak ada lagi penghalang untuk kita menguasai uangnya kak Arland. " sahut Mika dengan begitu percayanya.
Mendengar sahutan putrinya membuat Rita jadi memejamkan kedua matanya, mengapa putrinya ini terkadang menjadi sangat bodoh hanya karena kesenangan sesaat.
" Kamu pikir dengan perginya Naya tidak ada lagi hambatan untuk menguasai harta keluarga George?, kenapa kamu ini tidak pintar-pintar juga Mika?, ingat Arland itu pewaris tunggal keluarga ini. " kali ini Rita merasa kesal pada Mika karena putrinya ini masih harus diberitahu.
" Iya ma iya Mika sudah tahu, dasar mama apa salahnya sih senang sebentar?, aku bicara begini karena aku merasa muak sering lihat keberadaan si wanita sialan itu di, jadi tidak ada salahnya kan kalau aku senang sebentar. " sahut Mika dengan ketus.
Mika merasa jika mamanya ini terlalu berlebihan.
Deg...
Sedang asik mengoceh Rita malah dikejutkan dengan keberadaan bi Ijah. Rita lupa jika bi Ijah masih belum kembali ke dapur, pasti bi Ijah telah mendengar semuanya.
Dan memang benar, bahkan bi Ijah sangat terkejut setelah mendengar semua obrolan kedua majikan perempuannya ini.
" Ma, bi Ijah ma. " Mika mulai khawatir, bagaimana jika bi Ijah mendengar semuanya.
Tanpa berpikir panjang, Rita langsung saja melangkah menuju bi Ijah. Rita tak ingin jika bi Ijah menjadi penghalang berikutnya setelah Naya.
" Apa kamu melihatku begitu?, kamu mau mengadu pada Arland?. " gertak Rita dengan tatapannya yang nyalang.
Bi Ijah langsung menunduk, bi Ijah merasa takut, bi Ijah tak bicara apapun.
" Ini peringatan pertama sekaligus terakhir, ingat jangan coba-coba kamu mengadukan hal ini pada Arland, sekali saja kamu berani mengadukannya, aku pastikan keluargamu di kampung hanya tersisa nama saja. "
Deg...
" Ja-jangan nyonya jangan, jangan apa-apakan keluarga saya, saya mohon nyonya. " dengan mengatupkan kedua tangannya bi Ijah memohon pada Rita.
Bi Ijah sangat takut jika majikannya ini benar akan menghabisi nyawa semua keluarganya.
" Bagus, memohonlah seperti ini, keselamatan keluargamu ada padamu, jika kamu mengadukan semua hal yang kamu dengar pada Arland, maka akan aku pastikan semua keluargamu akan lenyap. " Rita sama sekali tak main-main dengan ucapannya.
" Iya nyonya saya janji tidak akan mengadukannya pada tuan Arland, tapi saya mohon untuk jangan apa-apakan keluarga saya. " bi Ijah benar-benar sangat takut jika keluarga di kampung halamannya yang tak tahu apa-apa malah celaka.
" Oke, jika kamu bisa pegang janjimu aku kabulkan permohonan kamu, tetaplah seperti ini jika kamu masih ingin keluarga kamu tetap selamat. "
" Sekarang cepat kembali ke dapur, siapkan aku dan putriku sarapan, cepat. " suruh Rita.
Tanpa berdiam diri lagi, bi langsung mulai bergerak, rasa takutnya yang teramat luar biasa pada majikannya ini membuat bi Ijah menurut saja.
Mungkin bi Ijah adalah satu-satunya saksi kunci atas kebohongan Rita dan Mika, tapi apalah daya bi Ijah juga tak bisa berbuat apa-apa.
" Ma. " bisik Mika.
" Apa?. " sahut Rita.
" Memangnya benar kalau bi Ijah mengadu pada kak Arland mama akan menghabisi semua keluarganya?. " tanya Mika pasalnya Mika merasa ragu jika mamanya akan benar melakukan hal itu.
" Tergantung si Ijah, kalau dia macam-macam ya tinggal mama habisi saja keluarganya. " dengan santainya Rita mengatakannya.
" Sudahlah jangan banyak bertanya, bukannya kamu senang kalau semua penghalang kita sudah mama singkirkan?. " Rita jadi menatap nyalang.
Mika jadi menggeleng, memang benar-benar nekat mamanya ini, bahkan hal gila sekalipun juga akan mamanya lakukan hanya untuk mendapatkan harta keluarga George.
*****
" Baiklah, mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan panggilan sayang. "
" Apa sayang?, jangan mas, panggil aku seperti biasanya saja Naya. "
" Tidak mau, kamu kan sudah menjadi pacarku Nay, jadi mulai sekarang aku akan panggil kamu sayang, oke sayang. "
" Ih mas, lepaskan pelukanmu, kita bukan muhrim, jadi jangan peluk-peluk aku seperti ini mas. "
" Aku tidak mau sayang, aku maunya peluk kamu. "
" Kan sudah aku katakan jangan panggil aku sayang, kita masih belum menjadi suami dan istri mas. "
" Ya sudah, kalau begitu menikahlah denganku dan jadi istriku dengan begitu aku bisa memanggilmu sayang. "
Sepasang bola mata birunya jadi kembali terbuka.
Dug dug... dug dug... dug dug...
Begitulah jantung Arland yang berdetak dengan begitu kencangnya.
" Hah... hah... " bahkan napas Arland terdengar sangat bergemuruh.
Arland bangkit dari tidurnya, Arland merasa apa yang dialaminya seperti bukan sebuah mimpi. Sedang asik tidur malah muncul bayangan Naya.
" Apa itu tadi?, apakah itu mimpi?. "
Arland mengusap wajahnya dengan kasar. Arland merasa bingung, apakah yang baru saja dirinya lihat, jika benar itu sebuah mimpi lalu mengapa sangat jelas sekali. Dalam bayangan itu sangat jelas jika dirinya dan Naya telah menjadi sepasang kekasih.
Diperhatikannya penunjuk waktu yang ada di dinding, ternyata waktu menunjukkan pukul sebelas siang.
" Sial, siang-siang begini kenapa ada bayangan wanita gila itu?. " antara kesal dan bingung Arland tak mengerti dengan apa yang dirasakannya.
Sebenarnya siapa Naya, mengapa bayangan akan wanita itu sangat jelas dalam mimpinya, mimpi, jujur Arland sendiri tak bisa memastikan apakah itu benar mimpi atau tidak.
" Tidak, wanita itu bukan istriku, aku masih belum menikah. "
Arland tak percaya dengan pengakuan Naya, baginya dirinya masih belum menikah, sangat tak mungkin jika Naya adalah istrinya karena sangat tak mungkin jika dirinya mengajak Naya menikah, itu semua sangat tak mungkin.
Bersambung...........
❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Uthie
harusnya cari tau kebenaran nya Arland 😌👍
2024-01-29
1