Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Doa tulus untuk sang suami selalu dipanjatkannya. Meski suaminya masih terdiam dengan kedua matanya yang masih belum terbuka, ia sangat yakin jika sebenarnya suaminya bisa mendengar seruannya.
Bintang-bintang malam di langit yang membentang di luaran sana telah banyak bersinar, bahkan semakin lama cahaya dari bintang-bintang itu semakin banyak bermunculan.
Naya kembali membuka mukenahnya, wanita yang masih belum memberitahu kehamilannya pada semua orang itu baru saja usai menunaikan ibadah sholat isaknya.
Malam ini, di ruangan perawatan khusus VVIP ini hanya menyisakan Naya dengan suaminya Arland yang masih setia pada tidur panjangnya.
Naya mulai mendekati suaminya, Naya ingin duduk di dekat suaminya.
Diperhatikannya keadaan suaminya, tak ada perubahan apapun setelah seminggu berlalu, suaminya Arland masih dalam kondisi koma.
Setiap kali melihat keadaan suaminya yang seperti ini membuat hati Naya serasa pilu, tapi Naya juga tak bisa berbuat apa-apa karena kapan suaminya akan sadar masih belum bisa diketahui.
Dengan duduk di samping sang suami, Naya mulai meraih tangan kanan suaminya. Setiap hari Naya selalu berharap semoga dengan sentuhan-sentuhannya bisa membuat suaminya Arland bisa segera sadar.
Cup... cup...
Diciumnya punggung tangan kanan itu dengan penuh sayang. Kata dokter orang yang koma bisa mendengar suara-suara orang di sekitarnya.
" Bukalah matamu mas, sampai kapan kamu akan terus tidur seperti ini?, aku rindu bisa mendengar suaramu lagi. " seolah tiada bosannya Naya berusaha mengajak suaminya untuk berbicara.
Setiap hari Naya merindukan suara suaminya Arland, meski di luaran sana Arland terkenal sebagai sosok yang dingin dan acuh, namun itu tak berlaku untuk dirinya, suaminya Arland selalu bersikap hangat padanya, dan saat ini Naya merindukan kehangatan itu.
" Bangunlah mas Arland, aku punya kabar bahagia untuk kamu, apa kamu tahu kalau saat ini aku sedang hamil?. "
" Iya aku hamil mas, sebentar lagi mas Arland akan segera punya anak, ayo mas Arland segera sadar, aku tidak mau merawat anak kita sendirian. " dengan menggenggam erat tangan sang suami, tanpa terasa Naya menjatuhkan air matanya di sana.
Jujur, sebenarnya Naya sudah merasa cukup lelah dengan keadaan ini, rasa rindunya yang teramat sangat ingin melihat Arland seperti hari-hari sebelum kecelakaan itulah yang membuat Naya menjadi seperti ini.
Naya tak tahu harus sampai kapan seperti ini, setiap harinya suaminya sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda akan segera sadar.
" Sadarlah mas Arland, katanya kamu sangat mencintaiku, jadi aku mohon segeralah sadar. " semakin deras saja air mata Naya yang bercucuran sampai-sampai membuat jemari Arland menjadi basah.
Dan dengan reflek jemari Arland jadi bergerak.
Deg...
Seketika itu Naya langsung mengangkat wajahnya.
Dan lagi, jemari Arland menunjukkan reflek gerakan kecil.
" Mas... mas, tangan kamu bergerak. " Naya sangat tersentak, air matanya yang sebelumnya bercucuran mendadak jadi terhenti.
" Mas, kamu mendengarku?, kamu mendengar aku bicara mas?. " Naya melihatnya dengan jelas, jemari suaminya Arland melakukan gerakan kecil.
Senyuman kecil mulai nampak di kedua sudut bibir Naya. Naya merasa sangat senang, akhirnya setelah sekian hari lamanya suaminya Arland ada respon juga.
" Ya ampun dokter, aku harus memberitahu dokter. " cepat-cepat Naya mengusap sisa lelehan air matanya.
Naya menekan tombol pemberitahuan agar dokter datang ke kamar tempat suaminya dirawat.
Naya sangat berharap semoga dengan ini bisa menjadi sinyal jika suaminya Arland akan segera sadar.
Ceklek...
Pintu masuk itu pun telah dibuka, dan dokter bersama seorang suster yang datang. Tak membutuhkan waktu lama ternyata, dokter dan suster sudah siap datang.
" Dokter, dok baru saja tangan suami saya bergerak. " seru Naya yang memberitahu sang dokter.
" Baiklah nyonya, saya akan memeriksa tuan Arland dulu. " sahut sang dokter pria itu yang bernama dokter Ridwan.
Naya sedikit memundurkan tubuhnya, biarkan dokter yang biasa menangani suaminya melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
Dokter Ridwal mulai melakukan pemeriksaan, dokter yang sudah berumur kepala empat itu harus hati-hati saat melakukan pemeriksaan, apalagi setelah nyonya Naya melihat adanya perkembangan dari suaminya.
Dengan harap-harap cemas Naya melihatnya, Naya sangat berharap semoga malam ini ada kabar baik yang bisa dirinya dengar.
" Cepatlah sadar mas, kamu sudah lama tidak berbicara denganku. "
Dokter Ridwan telah melakukan pemeriksaan dengan sangat hati-hati, tapi entah mengapa dokter Ridwan merasa tak ada perkembangan apapun dari tuan Arland, sepertinya tuan Arlandnya hanya menunjukkan reflek biasa saja.
" Bagaimana dok?, apa keadaan suami saya sudah membaik?. " tanya Naya yang sudah sangat tak sabar ingin tahu apa jawaban dari sang dokter.
Dokter Ridwan tak langsung menyahut, jika diperhatikan dari nyonya Nayanya, nyonyanya ini sangat mengharapkan kabar baik.
" Bagaimana dok?, apa suami saya ada tanda-tanda akan segera sadar?. " tanya Naya lagi.
" Jadi seperti ini nyonya, pada beberapa orang yang mengalami koma terkadang memang dapat menggerakkan sedikit anggota tubuhnya sebagai reflek. "
" Kondisi koma pada setiap orang itu berbeda-beda, saat orang mengalami koma adanya gerakan reflek, respon verbal bahkan hingga menangis dapat menjadi faktor penting untuk menjadi penentu kesembuhan pada orang yang mengalami koma. "
" Tapi dari hasil pemeriksaan yang saya dapatkan, tuan Arland sama sekali tak menunjukkan adanya tanda-tanda jika kondisinya akan membaik, kondisi tuan Arland masih sama seperti hari-hari sebelumnya. "
" Maafkan saya nyonya, saya harus mengatakan kenyataan ini karena itulah yang saya dapatkan dari hasil pemeriksaan dari tubuh tuan Arland. " dokter Ridwan mengatakannya dengan sangat panjang lebar karena memang itulah yang sang dokter dapatkan dari hasil pemeriksaannya.
Tubuh Naya seolah menjadi luruh, semua pernyataan dokter Ridwan telah membuat harapannya menjadi pupus. Padahal Naya sangat berharap jika Arland bisa segera sadar, akan tetapi apa yang didapatkannya hanya kenyataan yang sama yang sama sekali tak memberi kabar baik.
" Nyonya Naya jangan berputus asa, kami selaku tim medis yang menangani tuan Arland akan terus berusaha memberikan yang terbaik demi kesembuhannya. "
" Perawatan dan obat-obatan terbaik akan selalu kami berikan sesuai prosedur agar tuan Arland bisa kembali pulih sehingga bisa menjalani aktivitasnya kembali. " selalu dan selalu dokter Ridwan memberikan kalimat penyemangat itu baik pada pasien maupun keluarga pasiennya.
Sekali lagi, Naya merasa sudah dibuat kenyang dengan ucapan dokter Ridwan. Selalu saja dokter Ridwan memberikan kalimat positif seperti ini ketika tak menghasilkan perkembangan apapun dari kondisi suaminya.
" Nyonya tidak boleh pesimis, tuan Arland sudah sangat-sangat lewat dari masa kritisnya, mudah-mudahan tuan Arland juga lewat dari masa komanya, mari nyonya jika seperti itu kami pamit dulu. " ucap dokter Ridwan sebelum akhirnya dokter pria itu bersama susternya memutuskan untuk keluar ruangan.
Dan selalu seperti ini, Naya merasa seperti selalu mendapatkan harapan kosong.
Seminggu lebih telah berlalu, dan selama waktu itu berjalan tak ada perkembangan apapun yang menunjukkan perubahan kondisi suaminya yang lebih baik.
Sebagai seorang istri Naya mulai merasa jika dirinya mungkin harus menunggu lebih sabar lagi.
Naya kembali memperhatikan suaminya. Di samping suaminya berbaring selalu tersisa bagian ranjang kasurnya yang kosong. Sebagian ranjang kasur itu memang sengaja selalu dibiarkan kosong karena di sanalah dirinya tidur.
" Maafkan aku ya mas, maafkan aku yang selalu memaksamu untuk segera sadar, tapi aku tidak bisa berhenti, aku ingin agar kamu bisa sadar kembali, cepatlah sadar mas Arland, demi buah hati kita. " tapi sayangnya Naya malah kembali menjatuhkan air matanya.
Sepertinya malam ini Naya akan tidur dengan membawa rasa kecewa, iya kecewa karena rasa senangnya menjadi sirna karena dari hasil pemeriksaan kondisi suaminya tak sesuai dengan respon yang sempat dilihatnya.
Bersambung..........
❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments