Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Langkahnya terpaksa harus pelan lantaran terhalang oleh banyaknya orang yang berada di pasar, bukan hal yang main-main pasar ini memanglah sangat ramai.
" Permisi bu, permisi. " pak Rahmat berseru agar diberi jalan.
Dengan terus mengarahkan pandangannya ke area di mana banyak sayuran ditata pak Rahmat juga terus berjalan ke arah sana.
" Permisi bu, permisi mbak. " seru pak Rahmat kala mendekati area sayuran dijual.
Dan dua wanita itu pun memberi jalan pada pak Rahmat.
Hingga pak Rahmat pun benar berada di area di mana macam-macam sayuran dijual.
" Di mana wanita tadi?. " pak Rahmat merasa bingung, padahal wanita hamil yang ia duga nyonya Nayanya berada di sini.
Pak Rahmat mengarahkan pandangannya pada orang yang berlalu lalang di pasar ini, siapa tahu wanita hamil yang sempat dirinya lihat sedang belanja hal lainnya.
" Di mana wanita hamil itu?. " gumam pak Rahmat.
" Sedang cari apa pak?, apa bapak mau beli sayuran?. " seru seorang wanita.
Sontak pak Rahmat pun jadi berbalik badan.
" Bapak mau beli sayuran?, kalau mau beli monggo silakan dipilih sendiri pak. " seru wanita itu yang menawarkan jualannya.
" Tidak, terima kasih bu, saya hanya mencari seseorang, tapi orang itu sudah tidak ada. " sahut pak Rahmat.
" Seseorang siapa pak?, di sini banyak orang. " tanya wanita pedagang itu.
" Anu bu wanita hamil, tadi saya seperti melihat orang yang saya kenal membeli sayuran di sini. " terang pak Rahmat karena itulah yang sempat dilihatnya.
" Aduh, kalau wanita hamil di sini lebih dari satu pak, saya tidak tahu soal itu. " begitulah yang wanita penjual sayuran itu tahu.
" Iya, tidak apa-apa bu. " sahut pak Rahmat.
Harus bagaimana lagi, mencari seseorang yang dikenal di tengah keramaian seperti ini memang tak mudah, banyaknya orang yang berseliweran ke sana kemari lah yang menjadi penghalangnya.
Sebenarnya pak Rahmat sendiri masih tak yakin apakah wanita hamil yang dilihatnya benar nyonya Nayanya atau tidak, tapi jika tidak dipastikan tak akan ada jawaban akan keraguannya.
" Semoga wanita tadi memang bukan nyonya Naya. " jujur pak Rahmat menyesali keterlambatannya, andai kondisi pasar tak sangat ramai pasti dirinya bisa lebih cepat menghampiri wanita hamil tadi.
Drtt... drtt... drtt...
Handphone di saku bajunya bergetar yang menandakan adanya panggilan yang masuk, dengan gerakan cepat pak Rahmat langsung merogoh handphone pintarnya.
Deg...
" Ya Tuhan, tuan Arland. " pak Rahmat langsung menoleh ke arah di mana tuan Arlandnya berada, dan ternyata benar, tuan Arlandnya masih berdiri dengan menelponnya.
" Ba-baik tuan. " cepat-cepat pak Rahmat meletakkan handphonenya di saku bajunya lagi, pria yang sudah berumur itu langsung bergegas menuju ke arah tuannya.
Pak Rahmat hanya berharap semoga tuan Arlandnya tak marah karena telah dirinya tinggal.
*****
Dua wanita yang berbeda generasi ini akhirnya tiba juga di kontrakan kecil mereka. Setelah dua kali pergi ke pasar akhirnya keduanya kembali dengan membawa hasil dari jerih payah mereka yang dimulai semenjak sebelum subuh.
Selalu tak ketinggalan itulah sayuran hijau yang hampir setiap hari selalu bergantung di tangan Naya.
Bu Aini mulai membuka pintu rumahnya, rumah kontrakan yang hampir sembilan bulanan ini telah ditempatinya bersama sang putri Naya.
" Mana sayurannya nak?, ayo kamu masuk duluan. " seru bu Aini dengan mengambil alih sayuran yang dibawa Naya.
Tanpa bertanya Naya langsung saja masuk ke rumahnya, wanita yang hamil besar itu juga ingin segera mengistirahatkan tubuhnya. Dan sepasang ibu dengan putrinya itu pun benar-benar masuk.
Naya duduk saja di sofa, tak ada salahnya kan jika ingin mengetahui penghasilan dari penjualan kuenya.
" Alhamdulillah nak, untuk penjualan kuenya kita dapat untung bersih seratus lima puluh ribu. "
" Alhamdulillah bu, artinya penjualan kue kita hari ini dapat untung lebih banyak dari pada hari kemarin. "
" Iya nak, ini uangnya mau ibu gunakan untuk membeli kebutuhan makan kita, setelah itu sisanya kita tabung untuk biaya kamu melahirkan. "
Selalu seperti ini, semenjak memulai usaha untuk jualan kue, bu Aini selalu menyisihkan uang dari hasil penjualannya untuk ditabung agar ketika putrinya Naya sudah tiba waktunya untuk melahirkan dirinya tak perlu merasa bingung soal biaya.
" Bu, nanti kalau Naya melahirkan Naya tidak mau berlama-lama di rumah sakit, semakin lama di sana akan membuat biayanya semakin bertambah bu. " inilah yang tidak Naya inginkan ketika dirinya melahirkan.
Dan Aini melihat ketidakinginan Naya, kasihan sekali putrinya ini seharusnya disaat mengandung segala kebutuhannya harus dipenuhi oleh suaminya, tetapi apa nyatanya putrinya Naya mengandung tanpa adanya seorang suami di sampingnya.
" Ya bu, Naya tidak mau lama di rumah sakit, nanti uang ibu bisa habis. "
" Iya baik, ibu turuti maumu. " bu Aini pasrah saja.
Lebih baik memang mengiyakan saja keinginan Naya.
*****
Satu persatu setiap rerumahan, toko-toko dan pepohonan telah dilalui, lalu lalang kendaraan yang melaju telah banyak menyalip mobilnya.
Di dalam benda besi ini hanya ada Arland dengan supir pribadinya pak Rahmat, karena mobil yang dikendarai melaju tak terlalu cepat maka tak sedikit kendaraan lain yang menyalip.
Hanya ada keheningan di dalam mobil ini, mungkin hanya pak Rahmat lah yang sesekali melihat keadaan tuan Arlandnya lewat cermin kecil depan dari mobil mewah ini.
" Tuan. " seru pak Rahmat setelah sekian lama diam.
Arland tak menyahut tapi pria itu tetap siap mendengarkan.
" Jadi kita pulang tanpa naik pesawat tuan?. " tanya pak Rahmat.
" Apa kamu merasa keberatan menyetir?. " sahut Arland tapi terdengar kurang mengenakkan.
" Tidak tuan sama sekali tidak, saya hanya khawatir jika tuan Arland sampai kelelahan karena terlalu lama di dalam mobil. " pak Rahmat memang sangat mengkhawatirkan keadaan tuannya.
" Sudah, kamu fokus saja menyetir. " begitulah sahutan Arland.
" Baik tuan. " sahut pak Rahmat.
Lalu pak Rahmat memilih kembali fokus menyetir.
Jujur pak Rahmat tak mengerti dengan apa yang terjadi pada tuannya, semenjak tuannya Arland kembali mendapatkan ingatannya malah membuatnya menjadi sosok yang lebih pemurung.
" Apa jangan-jangan tuan Arland jadi seperti ini karena ditinggal nyonya... " pak Rahmat malah teringat akan sosok wanita hamil yang mirip seperti nyonya Nayanya.
" Tuan. " seru pak Rahmat.
" Apa saya boleh bertanya sesuatu?. " tanya pak Rahmat.
Dalam seketika Arland langsung mengarahkan tatapan tajamnya pada pak Rahmat sang supir pribadi.
" Bertanya apa?. " sahut Arland.
" Anu tuan, itu soal nyonya Naya. " sahut pak Rahmat.
Dan benar saja, seketika itu kedua bola mata Arland jadi melotot tajam.
" Tadi di pasar, saya seperti melihat wanita yang mirip nyonya Naya, saya... "
" Jangan sebut nama wanita murahan itu lagi. " sentak Arland.
Deg...
" Jika kamu masih menyebut namanya, aku akan turun sekarang juga dari dalam mobil. "
" Ba-baik tuan. " seperti dihujam oleh ribuan jarum itulah yang dirasakan oleh hati pak Rahmat.
Pak Rahmat tak menyangka jika tuan Arlandnya akan semarah ini.
" Wanita itu wanita murahan, bisa-bisanya dia memilih kabur bersama pria lain disaat suaminya sedang sakit. "
" Jika suatu hari nanti aku bertemu dengan wanita murahan itu, akan aku pastikan hidupnya akan seperti di neraka. " Arland sangat marah, benar-benar sangat marah.
Ruangan mobil yang awalnya sunyi senyap malah disapu habis oleh kemarahan Arland.
Arland benar-benar sangat marah pada Naya, dan dalam hatinya hanya ada satu hal yang ingin dilakukannya kala bertemu kembali dengan mantan istrinya itu, yaitu membuat hidup Naya menjadi hancur sehancur-hancurnya.
Bersambung..........
❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments