Bekerja Yang Lain

Selamat Membaca

🌿🌿🌿🌿🌿

Riuhan suara anak-anak terdengar hampir memenuhi halaman sekolah TK ini, anak-anak itu merasa senang karena hari ini adalah hari penerimaan raport semester akhir. Dari saking begitu senangnya mereka sampai berlomba-lomba ingin melihat hasil raportnya dari tangan ibu mereka.

Kecuali si kecil Arta, dengan digandeng oleh bundanya, bocah itu diam saja dengan memperhatikan teman-teman sekolahnya, mungkin karena tangan kirinya membawa tas yang berisi hadiah sehingga membuatnya jadi diam saja.

" Sayang, Arta mau lihat nilai raportnya nak?, itu temanmu yang lain pada lihat raport mereka loh. " Naya menawarkannya karena putranya hanya diam saja.

" Tidak bunda, Alta mau lihat di lumah saja. " seperti biasa, Arta menyahutnya dengan nadanya yang terdengar datar.

" Yakin?, kamu tidak penasaran?. "

Dan Arta menggeleng, memang benar Arta berbeda dari anak-anak yang lain. Terkadang Naya berpikir sebenarnya watak putranya mirip dengan siapa, tak mungkin mirip ayahnya karena sifat Arta cenderung kaku.

Melihat sang bunda yang nampak berpikir jujur di dalam lubuk hatinya Arta jadi tertawa. Untuk saat ini dirinya tak perlu tahu bagaimana nilai raportnya, bukankah dirinya juara satu, bahkan gurunya tadi juga mengatakan jika dirinya adalah peserta didik dengan nilai terbaik.

" Bunda masih mau di sini?, Alta mau pulang bunda. " dengan menggoyangkan tangan bundanya Arta ingin bundanya sadar dari lamunannya.

" Oh iya sayang, ayo kita pulang. " Naya jadi reflek sendiri, mungkin karena masih sedikit penasaran dengan sifat putranya membuat Naya hampir larut dengan pikirannya sendiri.

" Artaa... Artaa... "

Dua anak-anak berlarian dengan memanggil-manggil Arta.

" Itu teman-teman kamu nak. " langkahnya harus terhenti lantaran mereka yang mulai datang.

" Meleka datang, mau apa sih?. " Arta jadi malas, jika sudah seperti ini pasti akan lama sampai rumahnya.

" Halo apa kabar tante. " sapa anak-anak itu.

" Alhamdulillah, kabar tante baik nak. " Naya senang karena anak-anak kecil ini menyapanya dengan ramah.

" Arta, kamu sudah lulus kan, setelah ini mau sekolah SD di mana?. " tanya anak itu yang bernama Ruli.

" Iya, kamu mau lanjut sekolah SD di mana Arta?. " tanya Yogi juga.

" Ya di mana saja. " begitulah sahutan Arta, mungkin terdengar seperti orang yang kurang berpendirian tapi itulah jawaban Arta.

" Kok di mana saja sih?, seharusnya kamu sudah menentukan setelah lulus dari TK kamu akan sekolah SD di mana. " ucap Yogi karena seharusnya seperti itu.

" Memangnya kenapa?, ada apa sih kok kalian kepo?. " teman-temannya selalu seperti ini.

" Ya bukan apa-apa Arta, kita berencana mau sekolah SD sama kamu, kamu kan pintar, jadi kita bisa belajar sama kamu. " terang Yogi agar Arta tak salah paham.

" Iya seperti itu Arta, kita ingin sekolah di sekolah yang sama lagi dengan kamu agar kita bisa belajar bersama. " Ruli sangat berharap bisa sekolah di sekolah yang sama lagi dengan Arta.

Bagi seseorang yang memiliki hati tentulah merasa begitu sangat terharu ketika mendapati pengakuan seperti itu, teman-temannya begitu sangat berharap bisa sekolah di sekolah yang sama dengannya, tapi tak semudah itu, di mana dirinya akan sekolah itu semua tergantung pada keputusan bundanya.

" Kamu akan lanjut sekolah di SD mana Arta?, siapa tahu sekolahnya sama seperti sekolah yang kita mau?. " Ruli ingin temannya ini menjawab pertanyaannya sekarang juga.

Arta memandang pada bundanya, bagaimana jawabannya hanya bundanya lah yang tahu karena biar bagaimanapun yang membiayai biaya sekolahnya adalah bundanya.

" Kalau mau sekolah SD di mana, itu telselah bunda, aku mau sekolah di SD manapun yang bunda tentukan. " dengan tanpa melepaskan tatapannya dari bundanya Arta mengatakannya.

Arta tak ingin terlalu membebani bundanya, biaya sekolah tidaklah sedikit, jika dirinya harus sekolah di sekolah yang mengeluarkan banyak biaya tentulah bundanya tak akan sanggup.

" Tante, terus Arta mau sekolah SD di mana?. " tanya Ruli.

" Iya tante, Arta mau sekolah SD di mana?, siapa tahu sekolahnya Arta sama dengan sekolah yang mau kita masuki juga?. " tanya Yogi.

" Kalau soal itu... tante masih belum tahu nak, nanti-nanti sajalah mau tante pikirkan. " hanya jawaban canggung seperti itulah yang bisa Naya katakan.

" Hum... ternyata masih belum jelas Arta mau sekolah di mana. " Yogi jadi lesu setelah mendengar jawaban dari bundanya Arta.

Mau itu Yogi dan Ruli saat ini menjadi kurang semangat setelah mendengar jawaban dari bundanya Arta, mungkinkah Arta akan sekolah di tempat yang jauh.

Jangankan apakah putranya Arta ingin lanjut sekolah di SD mana, bahkan untuk biaya pendaftarannya saja Naya masih belum memiliki uang yang benar-benar cukup agar putranya ini bisa daftar sekolah.

Hanya ada uang lima ratus ribu rupiah saja yang tersisa, bahkan untuk uang pembelian buku, tas, sepatu dan juga seragam putranya saja Naya merasa ragu apakah uang yang hanya berjumlah sekian itu akan cukup.

Pendapatan dari hasil penjualan kuenya sudah cukup lama berkurang, banyaknya kue-kue yang dijual harus bersaing dengan kue-kue buatannya, sehingga pembeli yang berminat untuk membeli kue buatannya pun menjadi berkurang, dan itu sangat berdampak pada kondisi keuangannya.

" Sepertinya aku harus menjual kue di pasar lain juga. " ini masih baru muncul dalam pikiran Naya.

" Bunda ayo kita pulang?. " ajak Arta dengan menggerakkan tangan bundanya.

" Iya, ayo sayang. " sahut Naya.

" Yogi, Luli, aku sama bunda mau pulang dulu ya?. "

" Iya, sana pulanglah Arta. " sahut Ruli dan Yogi.

Dari raut wajah kedua bocah itu sangat jelas begitu lesu, seperti orang yang masih belum ikhlas.

" Tenang, jangan sedih begitu, meski kita sekolah SD di sekolah yang beda kalian beldua kan masih bisa main ke lumah aku. " seru Arta pada akhirnya.

" Iya, kamu benar Arta, kita masih bisa main ke rumah kamu. " sahut Ruli.

" Ya sudah Ruli, Yogi, tante sama Arta mau pulang duluan ya?. " seru Naya dengan tersenyum.

" Iya tante. " begitulah sahutan Ruli dan Yogi.

Naya benar membawa putranya Arta, mungkin dari luar Naya nampak terlihat tenang, tapi dalam pikirannya saat ini sedang berusaha keras bagaimana menemukan cara agar bisa segera mendapatkan uang lagi, apalagi waktu masuk SD untuk siswa baru tinggal sebentar lagi.

*****

Langit malam yang tak pernah henti menaungi kala sang mentari telah tenggelam telah menyelimuti dengan sempurna. Namun warna langitnya yang gelap itu seperti telah menelan banyak bintang, seolah seperti berkabung itulah yang nampak pada langit malam di luar sana.

Pintu rumahnya masih terbuka, dengan duduk di sofa panjangnya Naya memandang ke arah halaman luar rumahnya.

Yang ada di dalam pikirannya saat ini masih sama, yaitu memikirkan bagaimana agar mendapatkan uang tambahan dari usaha penjualan kuenya agar dapat membiayai putranya sekolah.

" Ya Tuhan bantu hamba, bantu hamba agar bisa mendapatkan rezeki lebih. " dalam diamnya Naya berdoa agar Tuhan bisa memberinya tambahan rezeki.

Mungkin memang nampak muluk, sudah diberi banyak rezeki oleh Tuhan namun masih meminta lagi, tapi harus bagaimana, saat ini Naya benar-benar bingung memikirkan biaya sekolah untuk putranya.

" Nay... Naya... " bu Aini berseru memanggil putrinya.

" Ibu, iya ada apa bu?. " dengan menoleh ke belakang, Naya melihat ibunya tergesa-gesa menghampirinya dengan sambil lalu membawa handphone jadulnya.

" Nak ini, bu lek menelpone, katanya mau bicara penting sama kamu. " Aini langsung saja menyerahkan handphone jadul itu pada Naya.

" Bu lek?... " Naya jadi bingung, bu lek yang mana yang ibunya maksud.

" Iya bu lek kamu bu lek Sima, katanya mau bicara penting sama kamu. " jelas Aini.

Naya sampai membulatkan mulutnya membentuk huruf O kala mengetahui siapa sosok yang menghubunginya.

" Halo assalamualaikum bu lek. " sahut Naya.

" Waalaikumsalam, akhirnya bu lek bisa dengar suara kamu lagi nak, bagaimana apa kamu sehat?. "

" Alhamdulillah sehat bu lek, semuanya juga sehat di sini, tumben bu lek menelpon Naya, katanya mau bicara penting, mau bicara apa bu lek?. " Naya ingin langsung membicarakan persoalannya.

" Begini nak, akhir-akhir ini bu lek sering sakit-sakitan, bu lek ingin ambil cuti kerja sementara tapi tidak bisa karena bu lek sudah terikat kontrak. "

" Memangnya bu lek kerja apa, kok sampai terikat kontrak?. "

" Asisten rumah tangga nak, bu lek menelpon kamu karena butuh bantuan kamu, Nay, kamu mau ya menggantikan bu lek bekerja?, bu lek masih kurang sehat nak. "

Apa ini, apa dirinya tak salah mendengar, malam seperti ini ada sebuah pekerjaan yang ditawarkan padanya.

" Nay, kamu dengar bu lek?. "

" Iya bu lek Naya dengar, iya baik akan Naya pikirkan dulu. " entah pikiran apa yang terjadi, Naya sendiri tak tahu dengan jawabannya.

" Jangan lama-lama ya nak, bu lek harap jawaban kamu adalah iya, dan kalau bisa sesegera mungkin kamu datang ke sini. "

" Bu lek tenang saja. " sahut Naya.

" Maaf ya nak bu lek telpon kamu malam-malam begini, tapi bu lek benar-benar butuh bantuan kamu nak. "

" Iya bu lek tidak apa-apa. "

" Ya sudah bu lek tutup dulu telponnya ya nak. "

Tut..

Begitu cepat bu lek Simanya telah mematikan handphonenya.

Saat ini dirinya benar-benar sangat membutuhkan uang tambahan, dan bu leknya menghubunginya dan memberinya tawaran pekerjaan.

Ini seperti bukan sebuah kebetulan, mungkinkah ini adalah jawaban dari Tuhan atas kebingungannya, jika memang benar seperti itu, maka dirinya harus bekerja yang lain, dirinya harus bekerja menjadi asisten rumah tangga menggantikan bu leknya.

" Arta, kamu bisa lanjut sekolah nak. "

Bersambung..............

❤❤❤❤❤

Episodes
1 Dua Garis
2 Tuan Arland Sedang Kritis
3 Setelah Seminggu Berlalu
4 Arland Sadar
5 Kamu Siapa?
6 Menikahi Karena Kasihan
7 Wanita Gila
8 Surat Cerai
9 Pergi Dari Rumah
10 Baju Siapa Ini?
11 Memutuskan Berpindah
12 Seperti Nyonya Naya
13 Wanita Murahan
14 Perut Naya Sakit
15 Arta Putra Arland
16 Enam Tahun Telah Berlalu
17 Anak Haram
18 Sangat Mirip Dengannya
19 Bekerja Yang Lain
20 Kasihan Bunda
21 Menjadi Asisten Rumah Tangga
22 Penggantinya Bi Sima?
23 Naya
24 Kenapa Kamu Tega Nay?
25 Ingin Memberi Pelajaran Pada Naya
26 Naya, Ini Benar Kamu?
27 Aku Bukan Suamimu Lagi
28 Terikat Kontrak
29 Menguntungkan Sepihak
30 Merahasiakannya
31 Buka Bajumu
32 Temani Aku Mandi (21+)
33 Mandi Bersama (21+)
34 Jadi Bersikap Baik
35 Merasa Cemburu
36 Seperti Tahanan
37 Kedatangan Sandra
38 Rencana Licik Sandra
39 Terkejut Karena Uang
40 Arta Adalah Anakku
41 Hanyalah Mimpi
42 Siapa Anak Kecil Itu?
43 Disuruh Kembali Bekerja
44 Dia Pembantuku
45 Memiliki Seorang Anak
46 Merasa Tak Terima
47 Bekerja Harus Profesional
48 Om Ganteng
49 Pergi Ke Mall
50 Belanja Baju
51 Tamu Tak Diundang
52 Tukang Drama Yang Handal
53 Pekerjaan Yang Lebih Ringan
54 Hanya Seminggu
55 Mirip Tuan Arland
56 Cerita Dari Pak Rahmat
57 Kekhawatiran Naya
58 Kekhawatiran Naya 2
59 Obat Perangsang
60 Maafkan Aku (21+)
61 Noda Merah (21+)
62 Om Ayahnya Arta Ya?
63 Kedatangan Arland
64 Kemarahan Aini
65 Masih Trauma
66 Biang Keroknya
67 Serangan Arland
68 Hukuman Dari Arland
69 Hukuman Dari Arland 2
70 Pergi?
71 Bertemu Nenek Tua
72 Menemukan Lokasinya
73 Suara Ketukan Pintu
74 Arland Yang Datang
75 Pengakuan Arland
76 Ikut Ke Pasar
77 Di Mana Arta
78 Hilangnya Arta
79 Bersama Ayah
80 Bersama Ayah 2
81 Kamu Jahat Mas
82 Hidup Bersama Lagi
83 Bunda
84 Berkumpul Bersama
85 Tidak Akan Pernah Bisa Pergi
86 Mandi Bersama
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Aku Sudah Memiliki Istri
89 Dia Istriku Bukan Pembantuku
90 Pengakuan Arta
91 Kamar Pribadi Arta
92 Setelah Kita Menikah Kembali
93 Lebih Bahagia ( Finish )
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Dua Garis
2
Tuan Arland Sedang Kritis
3
Setelah Seminggu Berlalu
4
Arland Sadar
5
Kamu Siapa?
6
Menikahi Karena Kasihan
7
Wanita Gila
8
Surat Cerai
9
Pergi Dari Rumah
10
Baju Siapa Ini?
11
Memutuskan Berpindah
12
Seperti Nyonya Naya
13
Wanita Murahan
14
Perut Naya Sakit
15
Arta Putra Arland
16
Enam Tahun Telah Berlalu
17
Anak Haram
18
Sangat Mirip Dengannya
19
Bekerja Yang Lain
20
Kasihan Bunda
21
Menjadi Asisten Rumah Tangga
22
Penggantinya Bi Sima?
23
Naya
24
Kenapa Kamu Tega Nay?
25
Ingin Memberi Pelajaran Pada Naya
26
Naya, Ini Benar Kamu?
27
Aku Bukan Suamimu Lagi
28
Terikat Kontrak
29
Menguntungkan Sepihak
30
Merahasiakannya
31
Buka Bajumu
32
Temani Aku Mandi (21+)
33
Mandi Bersama (21+)
34
Jadi Bersikap Baik
35
Merasa Cemburu
36
Seperti Tahanan
37
Kedatangan Sandra
38
Rencana Licik Sandra
39
Terkejut Karena Uang
40
Arta Adalah Anakku
41
Hanyalah Mimpi
42
Siapa Anak Kecil Itu?
43
Disuruh Kembali Bekerja
44
Dia Pembantuku
45
Memiliki Seorang Anak
46
Merasa Tak Terima
47
Bekerja Harus Profesional
48
Om Ganteng
49
Pergi Ke Mall
50
Belanja Baju
51
Tamu Tak Diundang
52
Tukang Drama Yang Handal
53
Pekerjaan Yang Lebih Ringan
54
Hanya Seminggu
55
Mirip Tuan Arland
56
Cerita Dari Pak Rahmat
57
Kekhawatiran Naya
58
Kekhawatiran Naya 2
59
Obat Perangsang
60
Maafkan Aku (21+)
61
Noda Merah (21+)
62
Om Ayahnya Arta Ya?
63
Kedatangan Arland
64
Kemarahan Aini
65
Masih Trauma
66
Biang Keroknya
67
Serangan Arland
68
Hukuman Dari Arland
69
Hukuman Dari Arland 2
70
Pergi?
71
Bertemu Nenek Tua
72
Menemukan Lokasinya
73
Suara Ketukan Pintu
74
Arland Yang Datang
75
Pengakuan Arland
76
Ikut Ke Pasar
77
Di Mana Arta
78
Hilangnya Arta
79
Bersama Ayah
80
Bersama Ayah 2
81
Kamu Jahat Mas
82
Hidup Bersama Lagi
83
Bunda
84
Berkumpul Bersama
85
Tidak Akan Pernah Bisa Pergi
86
Mandi Bersama
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Aku Sudah Memiliki Istri
89
Dia Istriku Bukan Pembantuku
90
Pengakuan Arta
91
Kamar Pribadi Arta
92
Setelah Kita Menikah Kembali
93
Lebih Bahagia ( Finish )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!