❁ Happy Reading ❁
"Lex, Gege bilang kalau Papa gua mau ke rumah gimana kalau gua ntar malam ke rumah lu?"
"Boleh, yok Lin." Lexin melemparkan pandangannya ke belakang samping tempat duduknya.
"Gua les Piano keknya," Fanglin cemberut saat mengingat jadwal hariannya yang sangat padat bahkan di hari sekolah.
"Yah kalau lu ada mah pasti seru, Lin. Tapi lu keknya bentar doang ya?" terlihat ekspresi sedikit menyesal di wajah Lexin karena salah satu sahabatnya tidak bisa bergabung.
"Maybe, gua juga nggak tau bakalan selama apa pokoknya ntar malam gua bakalan ke rumah lu langsung nggak bilang dulu," gadis bermarga 'Hao' tersebut mengangguk mengerti dengan maksud ucapan dari Fanglin. Dan tak lama bel pulang berbunyi menggema dengan indahnya memecah keadaan sekelasnya yang sepi.
Setelah sampai di rumah yang selalu sepi saat dirinya pulang sekolah Xinyue langsung masuk ke kamarnya membereskan diri selanjutnya berniat berendam sebentar menenangkan pikirannya sebelum ke rumah Lexin nanti.
Siap dengan ponsel, beberapa buku juga perintilan lainnya, Xinyue turun menuju ke ruang tengah ingin menemui gegenya yang sedang santai menonton televisi.
"Ke markas?"
"Nggak, gua mau ke rumah Lexin, ntar malem kalau tu orang tua udah pulang kabarin ajaa,"
Gege hanya mengangguk singkat mengangkat cangkir tehnya sambil menyeruput minuman itu pelan, setelah berpamitan gadis itu meraih kunci motor di atas kulkas, mengeluarkan motor kesayangannya dan mulai menyetir membawa motor tersebut mengarah ke rumah Lexin.
Jika hari ini salah satu hari paling dikesalinya mungkin hari ini akan berada di urutan pertama menurut Xinyue, yaa saat ini Xinyue duduk terdiam di atas motor keadaan rumah Lexin sepi, sepertinya tidak ada orang. Dirinya juga sudah berkali-kali menelfon Lexin tapi tidak ada jawaban. Sedikit putus asa, tapi Xinyue tidak ingin pulang, gadis itu turun dari motor dan mulai mengetuk pagar rumah Lexin.
"Bangke emang lu Lex, mau pulang tapi takutnya udah ada Papa. Tapi coba gedor aja dah moga ada mamanya atau siapapun itu yang keluar,"
Tidak ada jawaban sama sekali, Xinyue tidak menyerah dia menarik pagar ke arah kiri dan bergerak, pagar tersebut tidak terkunci. Xinyue membuka pagar sedikit lebar agar dirinya sekalian membawa motornya masuk.
Tangannya tergerak memencet bel rumah Lexin sekali, tidak ada jawaban sama sekali, dia diam sejenak memberi jeda lalu memencet bel sekali lagi dan nihil, tidak ada jawaban.
"Xinyue ya?" Suara wanita menyahuti dari rumah sebelah mengagetkan dirinya.
"Eh iya tante, Lexin nya nggak ada ya, tan?" Xinyue berusaha bertanya seramah mungkin walau dalam hatinya merasa kesal dengan Lexin.
"Nggak ada, beberapa menit yang lalu keluar dengan mamanya," Wanita yang kelihatan berusia 30an tersebut kembali menyiram tanaman hiasnya.
"Oh gitu ya, yaudah makasih tante," hanya bisa pasrah saja mendengar jawaban dari wanita di sebelah sana.
"Iya sama-sama,"
Xinyue menuntun motornya pasrah menuju keluar pagar, dia tidak ingin pulang saat keadaan seperti ini, dia duduk di motor dan mencoba menghubungi Fanglin.
"Ih .... Gua lupa Fanglin ada les piano, pasti sekarang tu anak lagi sibuk," memasukkan ponsel ke saku, lalu menaruh tangannya di atas helm sambil menikmati matahari yang mulai tenggelam.
"Kalau gua pulang ntar Papa pasti banyak omong. Nih penghuni rumah rupanya lagi keluar, ke rumah Fanglin nggak mungkin, ngapain gua kesana orangnya aja pergi. Lalu gua kemana?" Pasrah dengan keadaan, gadis itu berdoa semoga Lexin segera pulang atau gegenya yang mengabari kalau orang tua mereka sudah pulang.
"Gua harus kemana nih? Kek anak terlantar aja dah, gua tanya aja lah dulu sama gege tu orang tua udah pulang belum," Xinyue merogoh saku jaket hitamnya lalu dengan cepat mencari kontak gege, baru saja dihubungi orang yang di telfon langsung menjawab.
*On Call*
"Iya napa?"
"Heh itu orang tua udah pulang belom sih? gua di depan pagar rumah Lexin nih, Lexin nya kagak ada di rumah,"
"Astaga, napa lu kagak ke rumah Fanglin aja?"
"Fanglin lagi nggak bisa diganggu, dia lagi les Piano,"
"Napa kagak ke rumah temen gua?"
"Aish gua males lagi mau ke sana, ini udah hampir malam tu orang tua udah pulang belom sih?"
"Belum, Papa masih ngobrol ama kakek nenek ini gua aja diam di kamar, males gua ke bawah,"
"Anjir lah, gua bakalan kemana nih?"
"Lu tunggu aja dulu sampai Lexin pulang, ntar kalau tu orang tua udh pulang gua bakalan ngabarin,"
"Iya dah,"
Tepat saat dia mematikan telfon, sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan pagar, Xinyue yakin kalau itu penghuni rumah di belakangnya ini. Lexin yang melihat Xinyue di depan pagar langsung turun dari mobil dan menghampiri.
"Lu ngapain di sini? Depan pager diam-diam kek anak ilang, napa kagak masuk?" Lexin mengusap wajah Xinyue pelan melihat ekspresi pasrah gadis di hadapannya.
"Lu napa juga kagak bisa ditelfon?" Tanya Xinyue menyadari kalau Lexin turun dari mobil tidak membawa apapun di tangannya.
"Gua kagak bawa ponsel tadi, Sorry ya gua lupa banget tadi," Lexin membuka pagar rumahnya lebar agar mobilnya bisa masuk, Xinyue ikut memasukkan motornya ke dalam.
Di kamar Lexin, Xinyue duduk di atas kasur menunggu sahabatnya kembali dari dapur, sesekali dia melirik sekeliling, kamar Lexin aesthetic dengan nuansa putih dan cream, beberapa foto-foto hiasan juga lukisan semakin menambah kesan damai di kamarnya.
Xinyue bangkit dari kasur setelah Lexin berjalan keluar kamar, langkah kakinya tergerak berjalan menuju ke jendela, matanya melihat keluar hamparan langit malam penuh bintang, hanya ada sedikit awan, bulan juga tidak terlalu kelihatan, tapi suasana Kota Beijing sangat indah malam ini.
Pandangannya tiba-tiba teralihkan saat melihat sebuah mobil hitam berhenti di depan pagar rumah Lexin, dari balik tirai dia melihat dengan seksama pergerakan mobil tersebut.
Sambil tetap melihat mobil tersebut Xinyue diam membatin, Mobilnya kek nggak asing, keknya gua kenal itu mobil siapa, tapi nggak mungkin sih.
Lexin masuk ke kamar, melihat Xinyue yang tidak ada di atas kasur sorot matanya menatap heran saat mendapati sahabatnya yang mengintip sambil bersembunyi di balik tirai.
"Woi lu ngapain anjir?" Lexin terkekeh sambil berjalan mendekati dan memegang bahu Xinyue membuat gadis itu sedikit kaget.
"Sstt .... Diam dulu!" jari telunjuknya menutup mulut Lexin agar diam sebentar lalu dirinya semakin menajamkan penglihatannya setelah melihat orang yang didalam mobil hendak keluar.
"Lagian lu ngeliatin apaan sampe segitunya?" Lexin jadi ikutan penasaran dengan kelakuan Xinyue di dekat jendela dan langsung mengintip keluar mencari apa yang dilihatnya.
Lexin dan Xinyue memperhatikan dengan seksama gerak gerik orang di dalam mobil tersebut, saat orang tersebut keluar dari mobil Xinyue tiba-tiba langsung berlari meloncat ke kasur mengambil ponselnya.
"Lu kenapa?!" Lexin sangat kaget melihat Xinyue yang tiba-tiba saja kabur setelah melihat orang dibawah keluar dari mobil.
"Papa gua anjir, gua takutnya dia mau ngambil gua," mendengar ucapan Xinyue, Lexin yang kebingungan melakukan apa tiba-tiba saja dia segera menutup tirai kamarnya dan menutup pintu setelah itu menghampiri sahabatnya.
Xinyue yang kebingungan dan kelabakan langsung menghubungi gege lagi dan untungnya langsung di jawab saat itu juga.
*On Call*
"Halo Xin, lu napa?"
"Gege .... Aa gua tiba-tiba takut njir," Suara Xinyue terdengar gemetar dahinya sedikit berkeringat.
"Yaa lu ngapain sih?! Jangan buat khawatir napa," Mendengar suara Xinyue seperti ketakutan Gege menjadi tidak tenang apalagi mengingat adiknya itu memiliki mood swing jadi jika tiba-tiba Xinyue ketakutan berarti adiknya sedang dalam masalah.
Melihat Xinyue yang terlalu gemetaran sampai tidak bisa bicara, Lexin merampas ponselnya nengambil alih menjawab panggilan dengan gege.
"Gege mending lu ke rumah gua jemput Xinyue, soalnya Papa lu ke sini, gua nggak tau harus gimana,"
"What?! Papa gua ke sana? Oklah gua segera ke sana, jangan sampai Papa gua ngambil Xinyue,"
Lexin mengangguk lalu mematikan panggilan sepihak dan meletakkan ponsel Xinyue di atas kasurnya. Melihat Xinyue merapikan tas, Lexin segera menarik tangan Xinyue membawanya turun ke bawah, dia berniat membawa gadis itu memutar keluar lewat pintu belakang melalui dapur, tapi saat mereka melewati area dapur Mama Gu memanggil mereka.
"Lex, Xinyue ini ada Papa kamu nyariin," Mama Gu sedang duduk di ruang tamu dengan Papa Lexin. Pria yang duduk di hadapan mereka menggunakan pakaian santai itu tersenyum hangat.
Melihat pria itu, Xinyue memberanikan diri untuk sebisa mungkin menolak jika pria yang masih bergelar 'Papa' nya itu tidak membawanya pergi. Dengan langkah perlahan dia berjalan menghampiri, entah kenapa nyalinya ciut saat melihat wajah Papa nya itu.
"Siapa tante? Papa aku? Kan aku udah dibuang sejak kecil, aku dari kecil tinggal dengan Gege, jadi mungkin aja dia ngaku-ngaku," mulutnya berusaha berucap ketus tanpa peduli kalau ada Papa dan Mama Lexin di depannya.
"Xinyue kurang ajar kamu, kamu tidak mengakui saya Papa kamu!" Pria itu yang langsung tersulut emosi berdiri dengan ekspresi yang kesal.
"Lah kok marah? Kan emang kenyataan aku nggak punya ortu sejak kecil, tanya aja sama Lexin," Xinyue berucap lalu melempar pandangan ke Lexin yang berada di dekat mamanya.
"Iya maa, Xinyue udah tinggal sama Gegenye dari kecil, orang tua mereka nggak tau kemana. Lalu paman siapa ngaku-ngaku Papanya Xinyue?" Lexin mengusap bahu mamanya lalu membisikkan sesuatu.
"Xinyue, cepat ikut Papa atau Papa paksa kamu!" Pria itu seakan naik pitam, dia berjalan hendak mendekati Xinyue, gadis itu menyadari dan bergeser pelan ke arah Lexin.
"Heh orang tua! Lu kagak ada hak nyuruh-nyuruh gua, jangan sok kenal," Xinyue menggenggam tangan Lexin, dia takut jika tiba-tiba Papanya melakukan sesuatu.
Pria itu langsung mengambil tindakan, dia meraih pergelangan tangan Xinyue dan menariknya menuju keluar rumah. Lexin kaget melihat tindakan Papa Xinyue, dia berniat ingin membantu sahabatnya, tapi Mama Gu tiba-tiba menarik tangannya lalu menyuruhnya masuk ke dalam. Xinyue ditarik dengan Papanya, dia berusaha meronta tapi mustahil tenaga Papanya benar-benar kuat, lebih kuat dari Gege, Xinyue juga salah tidak membawa kunci motornya.
Kaki Xinyue tiba-tiba tersandung batu, Papanya kaget dan langsung menoleh ke arahnya, melihat ada kesempatan, Xinyue segera menarik tangan Papanya dan memelintirnya ke belakang setelah itu dia menendang punggung Papanya hingga tersungkur ke tanah.
Tanpa basa basi Xinyue segera berlari keluar dari area rumah Lexin, dia tidak memikirkan dia akan kemana, intinya dia harus berlari, bahkan Xinyue melupakan motornya.
"HEH XINYUE DAI BERHENTI KAMU!!!"
Gadis itu kaget bukan kepalang, dia berharap ada suatu keajaiban yang dapat menolongnya, dia tetap berlari dan Papanya masuk ke mobil mengejarnya. Nasib baik kali ini, dia beruntung bertemu dengan Gegenya yang berlari ke arahnya.
Kalian pikir Dai Xuxi berlari dari rumahnya ke rumah Lexin?
Tidak
Dia dari rumah temannya, saat Xinyue menghubungi tadi, Gege sedang berada di rumah temannya yang tidak jauh dari rumah Lexin.
"Putar balik putar balik!" Xinyue menghentikan langkah Gegenya dan menarik tangan pria itu untuk putar balik.
Mereka asal masuk ke salah satu gang sempit yang di dekat mereka, walau gang itu sempit tapi ada beberapa rumah, salah satunya ada sebuah rumah kosong. Tanpa pikir panjang Xinyue menarik tangan Gegenya mengarah ke rumah kayu yang seperti gubuk tersebut tapi masih berdiri kokoh.
"Buruan Gege!" Xinyue merasa tidak sabaran melihat Gegenya yang lama sekali melangkah masuk.
Di dalam rumah tersebut sangat kotor, lantai kayu banyak yang jebol, tanaman rambat di sekeliling dinding, tapi itu tidak membuat Xinyue takut, karena yang ditakutkannya sekarang adalah Papanya.
Mereka berdua sembunyi dibalik beberapa kotak kayu yang tertumpuk dekat pintu, Xinyue ingin masuk lebih dalam bersembunyi tapi lantai yang banyak jebol membuat Gegenya khawatir kalau nanti gadis tersebut jatuh.
"Xin .... Lu nggak apa-apa kan?" Gege mengusap pelan pipi adiknya yang berkeringat, hatinya terasa perih melihat wajah ketakutan adiknya.
"Gua baik-baik aja selagi Gege ada di dekat gua," Gege tersenyum tipis mendengar ucapan adiknya itu.
"Dengan sembunyi di sini lu yakin kita nggak bakalan ketauan sama Papa?"
"Yakin, kalau kita di sini tu bapak-bapak reot kagak bakalan ngira kalau ada orang di sini,"
Mereka berdua berusaha agar tidak bersuara sedikit pun, nafas mereka sedikit kencang, jantung mereka berdua berdebar, seakan waktu berhenti sejenak. Hening sesaat, Xinyue merasa kalau Papanya tidak ada disekitarnya, tangannya menarik lengan baju Gege dan mengajaknya berdiri bersamaan. Sepertinya dugaan Xinyue salah.
♡ See You In The Next Part ♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments