Di Dalam Mobil Range Rover Dewa
Alina melirik ke arah pria yang tampak serius menyetir apalagi ini malam Minggu yang sudah pasti macet dimana-mana. Dalam hatinya, Alina ingin percaya jika Dewa memang ke rumah eyangnya karena mau beli tanaman tapi mengingat bagaimana pria itu, rasa skeptis pun muncul.
"Jeng Alina, ini aku antar kemana? Rumah eyang Daud atau ke kostan?" tanya Dewa setelah jalanan agak lengang.
"Kost an saja pak Dewa. Depan belok kiri" jawab Alina sambil menunjuk jalan yang dua blok dari gedung bank Arta Jaya Kebon Jeruk.
"Benar nggak ke rumah eyang?" tanya Dewa lagi.
"Nggak pak."
Dewa pun belok kiri dan mereka masuk ke daerah rumah semi kampung karena ada komplek perumahan disana.
"Yang mana?" tanya Dewa.
"Itu pak, rumah dua lantai. Yang cat putih pagar hitam." Alina menunjukkan rumah yang berada di sebelah kiri jalan. "Pak Dewa lurus saja nanti mentok belok kanan, sudah jalan besar."
"Okay jeng Alina. Kalau nggak ketemu tinggal pakai google lambe... "sahut Dewa cuek.
"Google lambe?" Alina menatap pria ganteng itu bingung.
"Takon ( tanya ) lah" cengir Dewa. "Oh, boleh minta nomor ponsel mu?"
"Buat apa pak?"
"Kirim pulsa. Ya buat ngobrol kek, kirim reel Instagram kek... WhatsApp, FaceTime... Gimana sih Jeng?" rajuk Dewa dengan bibir manyun membuat Alina tidak percaya jika di hadapannya adalah CEO Bank Arta Jaya.
"Pak, hp saya bukan iPhone jadi nggak bisa FaceTime" jawab Alina.
"WhatsApp video call kan bisa. Sudah, minta nomor ponselnya. Gil, catat !" Dewa menyerahkan ponselnya yang sudah di unlock ke Ragil untuk mengetik nomor Alina. Gadis itu menyebutkan nomornya dan Ragil menyimpan nya. Tak lama ponsel Alina berbunyi.
"Itu nomornya pak Dewa, nona Alina. Nomor pribadi, bukan nomor bisnis" ucap Ragil.
"Baik pak Ragil. Akan saya simpan." Alina pun menyimpan nomor Dewa.
Mobil mewah itu pun berhenti di depan pagar hitam rumah kost yang ditempati Alina.
"Terimakasih pak Dewa, pak Ragil" ucap Alina sopan saat hendak turun dari mobil.
"Eh tunggu Jeng Alina ..." Dewa membuka pintu mobilnya dan turun lalu memutar tubuhnya melewati moncong mobil. Pria itu membukakan pintu mobil tempat Alina duduk. "Monggo..." senyum Dewa.
"Matur nuwun pak Dewa." Alina tersenyum manis. Ragil pun membuka pintu mobil untuk pindah tempat duduk.
"Sudah, masuk sana Jeng. Aku tunggu sampai kamu masuk rumah" ucap Dewa membuat Alina membuka pintu pagar dengan kunci gembok yang memang diberikan pemilik kost kepada penghuninya agar bertanggung jawab atas keamanan kost selain memasang CCTV juga.
Dewa menunggu sampai Alina masuk ke dalam rumah lalu berpaling ke Ragil. "Lu nyetir Gil. Gue capek !" Dewa langsung masuk dan duduk di kursi bekas Alina duduk.
"Iya deh pak. Bilang saja bapak gak mau saya duduk bekas nona Alina disana" jawab Ragil sambil berjalan ke arah kursi pengemudi.
Dewa yang duduk di kursi penumpang depan, mencium bau parfum yang dipakai Alina. "Hhhmmm, L'Eau Par Kenzo... Wanginya klasik."
Ragil hanya menggelengkan kepalanya sambil menjalankan mobil Bossnya. "Pak, jangan kebayang yang rusuh-rusuh. Ingat, bapak mau taubat nasuha!"
"Suudzon lu ! Cuma pengen tahu seleranya Jeng Alina... " protes Dewa.
"Saya cuma mengingatkan bapak biar bapak tetap kekal di jalannya... "
Dewa mendelik dan langsung menoyor kepala Ragil. "Lu tuh kok lama-lama njelehi sih ?"
"Lha saya kan ketularan njelehinya bapak... Penyakit njelehi itu menular..." jawab Ragil kalem.
"Dah, pulang Gil ! Lu kalau capek, tidur saja di rumah daripada lu nyetir jauh" ucap Dewa.
"Iya pak. Saya nginap di rumah bapak ya?"
"Jangan lupa besok bayar biaya nginapnya ke nyokap."
"Bubur ayam di pengkolan kan?"
"Yoi ! Nyokap kan paling suka tuh bubur ayam disana" jawab Dewa.
"Oke pak Dewa."
Dewa mengambil ponselnya. "Gil, lu sudah kasih nama kontaknya Jeng Alina ?" tanya Dewa sambil membuka icon phone dan mencari bagian recent. "Bukan bidadari Pak Dewa ? Nama apa ini Gil?"
"Nama kontaknya nona Alina..." jawab Ragil.
"Kampret lu Gil ! Ini tuh calon bidadari gue, cumiii !" Dewa mengganti nama Alina disana menjadi Bidadari Milik Dewa.
Ragil hanya menghela nafas panjang. "Kalau manggil Ustadz Ali Umar berapa ya?"
Dewa mendelik mendengar nama Ustadz yang biasa memberikan tauziah di kantor kalau acara buka puasa bersama. "Yakin lu mau ruqyah gue?"
"Habis bapak makin kesini makin amburadul..." jawab Ragil kalem.
Dewa hanya manyun mendengar jawaban asistennya.
***
Kamar Kost Alina
Alina membersihkan diri dan berganti pakaian perginya dengan daster batik lalu mengeluarkan semua isi tas nya. Ponselnya yang dia silent, menunjukkan banyaknya panggilan dari Gatot.
Gadis itu memilih memblokir nomor ponsel Gatot dan mulai mengerjakan jualan onlinenya yang terpending karena dirinya pergi menonton tadi. Alina sibuk bekerja hingga pukul satu malam dan setelahnya gadis itu pun memutuskan beristirahat karena esok dirinya hendak ke rumah eyangnya seperti biasanya.
***
Hari Minggu Pagi
Alina sedang bersiap pergi ke rumah eyang Daud, saat ponselnya berbunyi. Gadis itu melihat siapa yang menelponnya dan harus menghela nafas dulu sebelum menerimanya.
"Selamat pagi pak Dewa" sapa Alina sopan.
"Pagi Jeng Alina. Mau ke rumah eyang jam berapa?" tanya Dewa dari seberang.
"Sekitar jam sepuluh pagi pak. Ini saya sedang bersiap-siap untuk pergi."
"Aku antar saja Jeng..."
"Eh ? Tapi pak ?" protes Alina.
"Sudah, nggak boleh protes, Okay ! Berani protes, tar jadi pacar aku..."
Alina melongo. Ini ancamannya kok Membagongkan sih? "Pak Dewa..."
"Tunggu lima belas menit lagi, Jeng Alina. Aku akan sampai sana!" Dewa mematikan panggilannya, meninggalkan Alina yang terbengong-bengong. Astagaaaa ! Orang satu ini ya !
***
Lima belas menit kemudian, Dewa membuktikan ucapannya dengan tiba di kost-kostan Alina dengan menggunakan Vespa. Alina yang sudah menunggu di depan pagar, tersenyum melihat dandanan Dewa yang sangat santai, tidak terlihat sebagai salah salah satu pewaris Bank Arta Jaya. Mungkin ini yang dinamakan old money generation yang tidak suka memperlihatkan secara mencolok pakaian mereka.
Gaya old money dan new money sama-sama bertujuan untuk menampilkan status kekayaan seseorang, tapi cara menampilkannya itu beda. Kalau old money bergaya klasik elegan, sementara new money tegas dan berani.
Alina menghampiri Dewa yang sudah memegang helm baru bewarna pink.
"Pagi pak Dewa..." sapa Alina sambil tersenyum manis.
"Pagi Jeng Alina. Ini helmnya. Masih baru. Fresh from the oven dan sudah wangi karena aku kasih parfum biar nggak bau pabrik. Tenang saja, parfumnya itu berupa hair energi. Coba cium, wangi kan?" Dewa memberikan helm itu dan meminta Alina mencium dalamnya.
"Iya... Wangi" jawab Alina sambil memakai helmnya.
"Dah yuk, kita berangkat. Itu tas nya taruh depan saja." Dewa mengambil tas berisikan cake pandan untuk Eyang Daud. "Yuk naik" ucap Dewa sambil naik ke atas Vespanya dan Alina pun naik di kursi penumpang. "Pegangan..."
"Hah?"
Dewa sedikit menyentak Vespanya membuat Alina memeluk pinggangnya.
"Pak Dewaaaaa !" teriak Alina kesal sedangkan Dewa tersenyum lebar.
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sinar Mentari
moduuuussss troooooss😁😀
2024-01-05
1
Asngadah Baruharjo
gokilllll habis di dewa 🤣🤣🤣🤣🤣
2023-12-17
1
kenan Nugraha ✨
lajut author 👍🏻
2023-08-06
1