Hari Minggu ... Di kediaman Bagas dan Safira
Bagas pulang ke rumah setelah menyelesaikan acara bisnis di Surabaya dan terkejut menemukan putranya Dewa dengan Safira tampak sibuk mempelajari tanaman imut di pot yang imut juga di meja makan. Tidak ada yang menyambut nya seperti biasanya.
"Kalian berdua tuh ngapain? Suami dan Papa pulang nggak ada yang nyambut? Tega ih..." rajuk Bagas sambil manyun.
"Eh sorry sayangku..." senyum Safira sambil berdiri dan menyambut Bagas. Dewa sudah biasa melihat kedua orangtuanya berciuman di depannya dan seperti semua sepupunya bilang, mereka sudah ternoda dari orok.
Bagi Dewa dan para sepupunya, kemesraan orang tua mereka masing-masing adalah gambaran bagaimana kehidupan harmonis mereka, selalu membuat dampak positif ke semua anak-anaknya. Terlepas dari gen bar-bar dan bobrok, tapi Dewa dan sepupunya menjadi anak-anak yang kuat dan mandiri.
"Kalian lihat apa sih?" tanya Bagas sambil merangkul pinggang Safira.
"Dewa tuh kemarin jalan-jalan terus lihat ada toko tanaman jual tanaman lucu, sayang."
Bagas melihat tanaman dengan daun bulat tampak lucu. "Namanya apa ini Wa?"
"Chinese Money plant. Kemungkinan ini mirip modelan patung kucing ngawe-ngawe" jawab Dewa membuat Bagas menaikkan sebelah alisnya.
"Kucing ngawe-ngawe? Tumben kamu beli tanaman... Bukannya kamu paling tidak suka ... Tunggu. Apakah yang jual cewek?" Bagas memicingkan matanya.
"Idiiihhhh, papa nih. Yang jual bapak-bapak pakai kaos oblong polos, celana pendek dan sandal jepit. Yassalam selera gue belok !"
Bagas menggelengkan kepalanya. "Daddy masih nggak percaya kamu beli tanaman tanpa ada udang dibalik gimbal."
"Oh papaku, ini serius murni tanamannya lucu dan cocok buat di meja kantornya mama biar cantik" jawab Dewa.
Bagas masih tidak percaya dengan jawaban Dewa karena tahu putranya sangat mirip dengannya dan tidak mungkin tanpa adanya kacang di dalam rempeyek mengingat Dewa benci tanaman.
"Mas, yuk masuk kamar ... Kamu pasti capek... " ajak Safira.
"Yuk, kita buat adiknya Dewa biar seru..." seringai Bagas usil membuat putranya yang ganteng manyun.
"Aku nggak mau kesundul ! Suwer !" teriak Dewa saat kedua orangtuanya masuk ke dalam kamar.
***
Dalam Kamar Bagas dan Safira
"Dewa naksir siapa?" tanya Bagas sambil melepaskan jaketnya dibantu Safira.
"Alina Ratnadewi. Guru TK yang bawa murid-muridnya study tour di kantor cabang Kebon Jeruk. Kan Dewa kamu kirim ke sana mas?" jawab Safira sambil meletakkan jaket Bagas di keranjang baju kotor.
"Dan Dewa bilang mau taubat nasuha? Seriously?" Bagas mulai membuka kancing kemejanya sambil menatap istri cantiknya. "Dewa? Taubat? Kalau memang benar, Alhamdulillah. Kalau masih bandel, kamu sunat lagi deh !"
Safira tertawa dan menerima kemeja suaminya lalu memberikan kaos rumah yang nyaman. "Kalau aku sih nggak bakalan sunat lagi mas, tapi aku kirim ke pesantren !"
"Sayang mas Chandra sudah meninggal soalnya bisa bikin Dewa mendengar kan ucapannya."
"Daddy malah sampai mau ruqyah Dewa saking jengkelnya" gelak Safira teringat Omelan Daddy nya Nathan Pratomo saat semalam menelponnya dari Solo. Setelah pensiun menjadi dokter, Nathan dan istrinya Haura, tinggal di rumah yang merupakan milik Savitri Pratomo.
( Note : saat Bayu dan Ajeng ke rumah Savitri, Nathan dan Haura sedang ke Singapore. Baca My 100th Secretary )
"Insyaallah kali ini si bocah mbeling ( nakal ) itu serius taubat nasuha, bukan taubat tomat ... " Bagas mencium bibir Safira.
"Aamiin. Papanya saja bisa taubat, masa anaknya nggak bisa..." senyum Safira.
"Kalau sudah bertemu pasangannya yang pas dan sesuai, playboy pun bakalan taubat dan tunduk dengan gadis yang membuatnya hidup lurus. Meskipun aku harus kena getok bukunya Opa Javier yang setebal batu bata..." Gerutu Bagas sambil manyun membuat Safira tertawa.
"Kena amuk mas Hoshi..." senyum Safira.
"Gara-gara kamu bawa scapel di Hermès kamu..." ( Baca Hoshi, My Tiger ).
"Hidup kita benar-benar rollercoaster ya mas..."
"Kalau lempeng, sepertinya ada yang aneh ..." gumam Bagas.
***
"Ragil !" panggil Dewa via panggilan telepon.
"Pagi pak Dewa. Ada apa pak?" jawab Ragil formal meskipun dalam hatinya merutuk boss minus akhlak nya.
"Kok mobil operasional kita nggak ada yang matic?"
"Kata pak Bagas, memang semua operasional manual sebab untuk maintenance lebih mudah. Memangnya bapak yakin mau naik Avanza atau Xenia? Wong bapak saja kalau pergi-pergi maunya pakai C-9 bapak, itu minimal. Bapak kan yang bilang mobil Avanza itu mobil odong-odong..."
"Gil, lu kok lama-lama bikin gue naik darah sih? Kalau tensi gue naik, pokoknya salah elu !"
"Lha bapak apa kabar? Tiap hari saya harus istighfar dan dzikir sama ruqyah bapak ! Yang belum ruwatan doang..." balas Ragil cuek.
"Innalilahi... gue mau diruwat ?! Lu kira gue apaan Gil?"
"Boss minus akhlak, pak."
Dewa mengacuhkan omongan Ragil yang memang merupakan tempat dirinya ngajak gelut sebagai mood boosternya.
"Gil, lu ada acara nggak?"
"Ada pak" jawab Ragil cepat.
"Apaan?"
"Hibernasi ! Yoga ! Bertapa !"
"Lu ngapain butuh begitu?"
"Demi kuat menghadapi kenyataan hidup dari Senin sampai Jumat bersama bapak."
Dewa terbahak. "Kampret lu Orgil !"
Terlepas dari saling ejek dan nistain, Dewa dan Ragil itu sama-sama saling care dengan caranya masing-masing. Dewa yang anak tunggal dan Ragil yang anak bontot, saling punya chemistry percaya satu sama lain.
***
Rumah Daud Prayogo
Alina tersenyum saat melihat kakeknya tampak cerah pagi ini dan sibuk me maintenance tanaman bonsai nya di teras bersama Parjo.
"Eyang, assalamualaikum..." sapa Alina yang datang mengenakan ojek online.
"Wa'alaikum salam, Alina sayang. Bawa apa itu?" tanya Daud.
"Bawa cake kelapa kesukaan Eyang. Alina potong ya sama bawakan teh panas lagi" ucap Alina dengan wajah berseri.
"Oke sayang" jawab Daud.
Tak lama, cake kelapa yang sudah terpotong rapi dan dua cangkir teh panas sudah tersedia di meja kopi yang ada di teras.
"Alhamdulillah, Eyang sehat dan segar" senyum Alina sambil menyesap teh nya.
"Kemarin ada cowok kemari, Al. Dia ganteng tapi rusuhnya minta ampun" cerita Daud.
"Rusuh? Rusuh bagaimana Eyang?"
"Jadi cowok itu datang untuk beli tanaman buat mamanya karena paginya kena marah. Jadi untuk minta maaf, dia kasih hadiah yang cantik. Tapi pas eyang tanya ibunya kerja apa, kamu tahu dia jawab apa?"
"Jawab apa eyang?"
"Mbeleh ( sembelih ) orang."
Alina terkejut. "Astaghfirullah... Serius eyang?"
"Kita semua Yo kaget, Al. Ternyata ibunya itu dokter bedah. Istilahnya itu lhooo..." kekeh Daud membuat Alina hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Lama cowoknya disini?" tanya Alina yang senang melihat eyangnya bisa tertawa lagi setelah sempat down akibat vonis kanker kulit nya.
"Lumayan. Tapi biarpun mulutnya cablak, anak itu nduwe ( punya ) unggah ungguh... Sopan."
"Naik apa kemari?"
"Vespa. Katanya kapan-kapan mau kemari lagi beli tanaman."
"Namanya siapa eyang?"
"Namanya Dewa."
Alina tertegun. Kenapa aku kebayang boss bank Arta Jaya yang menyebalkan itu? Tidak mungkin kan orang yang sama?! Nama Dewa kan banyak di Jakarta ini.
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
wonder mom
mmg Dewa yg tu, Alin..sing zuper njelehi, ngenegi, nggapleki. lengkip ta😉😉😉ning yen waras...menggemaskan
2023-08-02
1
Yuli Budi
iya emang dewa itu tuh ...
2023-08-02
1
ellyana imutz
suweeerrrrr dewa bikin semangat gawe ni....wes Lin tebakan u bnr dewa bos arta jaya playboy duren sawit ..
2023-08-02
2