Di dalam mobil Mazda CX-9 Merah
Ragil yang duduk di sebelah Dewa di kursi tengah, melirik ke arah sisi kirinya tempat Bossnya tampak memikirkan sesuatu yang menurut perasaan nya adalah suatu Membagongkan. Menjadi asisten Dewa dua tahun ini, membuat Ragil sudah paham sikap dan gaya Bossnya.
Dewa itu sebenarnya bukan pria jahat tapi dia sangat menikmati kehidupan bebasnya. Wajah ganteng, good looking, selalu tampil rapih dan Dandy, ramah kepada siapa saja, membuat banyak cewek-cewek yang dengan suka rela menyerahkan tubuhnya ke Dewa.
Selama Ragil bersama Dewa, sang asisten tahu bahwa Dewa pantang merebut cewek tapi jika ada cewek yang nempel dengan nya, ya diembat lah. Sudah enam bulan lebih Dewa tidak ada acara clubbing, ngafe atau pun one night stand dan itu membuat Ragil juga kedua orangtuanya Dewa senang.
Kedua orangtua Dewa tidak tahu bahwa ada alasan kenapa putra nya berubah dan hanya Ragil yang tahu. Delapan bulan lalu, mantan kekasih Dewa meninggal akibat HIV AIDS dan hal itu membuat Dewa shock. Meskipun sudah memakai pengaman setiap melakukan hubungan intim, tapi tetap saja Dewa merasa was-was. Diam-diam Dewa pergi bersama Ragil ke Seoul untuk memeriksakan diri. Dewa memilih tidak di Jakarta, Singapore ataupun Tokyo karena banyak keluarga nya disana dan bisa tahu situasinya.
Ragil lah yang menemani saat Dewa mendapatkan hasil yang membuat pria itu menangis lega karena semua hasilnya negatif. Dewa pun bertekad untuk hidup sehat dan bersih, meninggalkan semua maksiat dan diam-diam mulai kembali ke jalurnya. Ragil lah yang menjadi saksi sikap slengean yang semakin parah Dewa hanyalah cara dirinya untuk tetap waras di jalurnya meskipun sebelumnya dia sudah Membagongkan.
"Pak Dewa ..." panggil Ragil.
"Hhhmmm..."
"Bapak kenapa?" tanya Ragil yang takut Bossnya kesambet setan Senin. Bukannya setan Senin itu nongol setiap hari Senin? Yang bakalan membuat semua orang kelimpungan?
"Tidak apa-apa. Kita ketemuan dimana habis ini?" tanya Dewa dengan wajah kembali biasa.
"Di Ritz Carlton pak."
"Oke."
***
Cafe Thackeray di daerah Kebon Jeruk
Alina memesan steak setelah dipaksa Gatot sedangkan pria itu memesan iga bakar dan semangkuk sop buntut untuk mereka makan berdua.
Wajah ayu Alina memperhatikan para pengunjung yang datang dan kebanyakan memang para pegawai dan anak muda untuk makan siang.
"Baru buka ya kayaknya. Interiornya masih fresh ..." ucap Alina sambil melihat - lihat suasana dalam cafe itu.
"Baru dua bulanan kayaknya Al. Kamu nggak perhatiin?" tanya Gatot.
"Nggak. Aku jarang perhatian cafe seperti ini. Soalnya nggak bakalan masuk ke tempat seperti ini sendirian."
"Kenapa? Banyak yang datang sendirian sambil bekerja di depan laptop..." Gatot mengedikkan dagunya ke arah seorang remaja sibuk mengetik di depan laptop.
"Ah aku lebih suka di rumah. Sama saja, kalau mau tidur tinggal rebahan. Lebih irit juga, nggak keluar duit berlebih untuk jajan. Di rumah kan kalau malas masak ya tinggal pesan via ojek online."
Gatot tersenyum. Inilah yang dia suka dari Alina. Gadis yang sederhana di dunia yang penuh dengan konsumtif dan saling berlomba-lomba memamerkan segala sesuatu melalui konten. Wajah Alina sebenarnya bisa dikomersilkan namun gadis itu tetap low profile dan menikmati menjadi seorang guru TK.
Gatot tidak pernah menemukan Alina di berbagai media sosial dan hanya memiliki akun Instagram. Tidak ada TikTok, Twitter, Facebook ataupun akun sosial media lainnya.
"Al... Malam Minggu kamu ada acara nggak?" tanya Gatot.
"Memang ada apa?" balas Alina.
"Kita nonton yuk. Ada film action baru, judulnya...." Gatot menyebutkan judulnya. "Aku traktir di premier. Mau ya Al ?"
Alina tampak ragu karena satu sisi film itu memang dia sudah tunggu-tunggu karena aktornya adalah aktor favoritnya.
"Kita beli popcorn yang besar sekalian soalnya itu film bakalan lama sekitar tiga jam" rayu Gatot lagi.
Alina berperang dalam hatinya antara ingin nonton tapi tidak mau bersama Gatot. Namun akhirnya... "Baiklah. Aku mau."
Gatot tersenyum lebar. "Aku jemput di kostan kamu?"
"Oke. Jam berapa?"
"Jam lima aku jemput. Oke?"
Alina mengangguk. "Baik. Aku tunggu."
***
Dewa menyelesaikan semua acaranya hingga tengah malam dan kembali ke rumah orangtuanya dengan wajah lelah disana. Saat dirinya masuk ke ruang tengah, tampak Bagas sedang menonton film klasik Die Hard.
"Malam pa" sapa Dewa sambil melepaskan dasi nya. Jas mahalnya dia letakkan di sofa.
"Malam Wa. Capek?" tanya Bagas.
"Dasar asisten lucknut ! Aku disuruh kerja rodi sampai Rabu !" omel Dewa sambil duduk di sebelah Bagas.
"Mandi sana Wa, bau rokok dan alkohol kamu ! Minum tadi?" tanya Bagas.
"Hanya bir. Aku sudah ngurangi minum alkohol dan kalau ketemuan di cafe begitu, aku sudah tidak pesan aneh-aneh. Cukup bir." Dewa meletakkan kepalanya di atas kepala sofa.
"Tapi semua lancar kan Wa?"
"Alhamdulillah... " jawab Dewa sambil memejamkan matanya.
"Siapa itu Alina Ratnadewi?" tanya Bagas membuat Dewa membuka matanya.
"Bagaimana papa... " Dewa tersenyum smirk. "Mama cerita ya?"
Dewa Hadiyanto
"Iya mamamu cerita."
"Mama kemana, Pa?" tanya Dewa yang celingukan mencari Safira.
"Tidur. Tadi papa harus kasih obat sakit kepala. Mamamu habis kehilangan pasiennya diatas meja operasi jadi besok kamu jangan tanya soal kerjaan mama ya" pinta Bagas.
Safira adalah dokter bedah yang sangat sensitif dan paling tidak bisa menerima kalau ada pasiennya meninggal meskipun dirinya tahu kans untuk selamat itu tipis tapi wanita cantik itu bukan tipe gampang menyerah. Safira bisa down berhari-hari jika ada pasien yang gagal dia selamatkan nyawanya.
"Pa, kalau mama begitu, berarti mama masih punya empati dan simpati. Kan banyak dokter yang pasien nya meninggal, ya sudah. Bodo amat dan lanjut ke pasien lainnya."
"Kan kamu tahu sendiri mamamu... " senyum Bagas. "Kembali ke Alina. Jadi kamu serius mau ngejar gadis itu?"
"Serius pa, karena melihat dia, membuat aku bertekad taubat menjadi lebih baik. Aku memang sudah tidak seperti dulu enam bulan terakhir ini karena aku jenuh ... Ada fase yang membuat kamu berpikir, Wis mandheg ( sudah berhenti ). Mau sampai kapan kamu akan hidup seperti ini? Apa yang kamu cari dan dapatkan? Tidak ada artinya..." jawab Dewa panjang lebar.
Bagas juga tahu enam bulan terakhir ini, Dewa semakin rajin mendekatkan ke Sang Pencipta. Tidak ada alasan ABCD buat minggat ke clubbing atau pulang pagi. Bagas tidak tahu apa yang membuat Dewa berubah tapi selama itu menjadikan anaknya lebih baik, dia ucapkan syukur.
"Wa, kalau memang kamu mau ngejar Alina, hidupmu diperbagus karena jika kamu lurus maka Allah akan memberikan anugerah tidak terhingga. Kita semua sudah tahu kan?"
Dewa mengangguk.
"Kalau Alina sudah punya pacar, kamu jangan jadi pebinor."
"Pekesor kali Pa. Perebut kekasih orang. Kan baru pacar, Pa. Prinsipku, selama janur kuning belum melengkung, masih ada banyak jalan menuju ke Roma" jawab Dewa tegas.
"Iya deh. Kalau Alina mau sama kamu, Alhamdulillah. Kalau nggak mau, jangan main dukun bertindak !" Bagas menatap tajam ke Dewa.
"Anjiiiirrrr... Musyrik Pa pakai dukun !" gelak Dewa.
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
wonder mom
lha bagas malah ngajari..untg dewa sdg mode waras tenan. jal klo sdg koplak. ra yo ngobong menyan bin dupa seabreg2
2023-08-04
1
mamahe Lana
lha kok udah habis aja bacanya....up lagi donk kak hanna😘
2023-08-03
1
🍭ͪ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ꍏꋪꀤ_💜❄
papa rasa temen nih.....
hidup lurus waa apa g kasian sama mama mu yg harus ngasah scapel klo kmu mulai kluar jalur....
jika mau yg baik yaa kamu juga harus baik waaaa.....
semangat anaknya pak bagas😊😊😊😊
2023-08-03
2