Kamar Dewananda Hadiyanto
"Ragil ! Mobil kantor paling biasa apa?" tanya Dewa ke sekretarisnya.
"Pak, ini tuh hari Sabtu. Semua mobil tidak ada yang beroperasi" jawab Ragil yang sebal acara nge-gym nya diganggu Bossnya.
"Gue tuh tanya, mobil kantor paling biasa itu apa, kenapa lu jawabnya jauh banget. Macam gue tanya Cikini, lu jawab Gondangdia!" balas Dewa judes.
"Kok bapak tahu lagu itu?" tanya Ragil heran. Setahunya Boss minus akhlak itu sukanya bangsa lagu-lagu rock 80s - 90s, bukan dangdut apalagi dangdut koplo.
"Gimana kagak tahu, tuh pak Amir, tukang kebon rumah kalau kerja nyetelnya lagu itu pakai bluetooth speaker pulak !" sungut Dewa kesal sama tukang kebunnya yang super ngeyel kalau disuruh kecilin volumenya, malah semakin keras.
Ya benar rumah gue Gedhe macam markas segedhe Gaban tapi ya kagak pakai soundtrack dangdut koplo ! Jatuh harga diri!
Ragil terbahak karena tahu pak Amir memang agak sedikit Samin.
Sebenarnya arti kata samin itu berasal dari Ajaran Samin (disebut juga Pergerakan Samin atau Saminisme) adalah salah satu suku yang ada di Indonesia. Masyarakat ini adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, di mana mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan. Bentuk yang dilakukan adalah menolak membayar pajak, menolak segala peraturan yang dibuat pemerintah kolonial. Masyarakat ini acap memusingkan pemerintah Belanda maupun penjajahan Jepang karena sikap itu, sikap yang hingga sekarang dianggap menjengkelkan oleh kelompok di luarnya.
Seiring waktu, suku Samin lebih suka dipanggil wong sikep karena konotasi Samin dikenal negatif karena berarti wong bebal, keras kepala kalau sudah punya karep dan ngeyelan. ( maafkan jika aku ada salah kata ). Mereka ada di daerah Bojonegoro dan Blora tinggal di kawasan pegunungan Kendeng.
"Memang pak Dewa mau pakai buat apa mobil kantornya? Paling biasa Avanza pak."
"Matic?" tanya Dewa.
"Ya jelas manual pak..." Ragil mendengar umpatan Dewa.
"Yang matic nggak ada Gil? Capek tahu pakai manual ! Mama pakai mikir pula !"
"Ya sudah bapak pakai Tesla nya kenapa sih? Kan Tesla mobil nggak mikir !" balas Ragil jengkel. Lama-lama gue ruqyah deh nih boss rewel !
"Kamu ada mobil biasa matic nggak?" tanya Dewa.
"Mobil saya saja Expander pak. Bukan mobil sejuta umat macam Avanza atau Xenia pak..." jawab Ragil.
"Ya sudah. Aku naik vespa saja. Thanks Gil !" Dewa pun mematikan panggilannya membuat Ragil melongo.
"Kenapa pakai acara tanya mobil, Bambaaaanngggg!!!!" teriak Ragil kesal membuat orang-orang di ruang gym itu menoleh ke arah nya.
***
Dewa bersiap untuk pergi membuat Safira menatap bingung ke putranya yang berdandan hendak pergi menggunakan motor.
"Katanya mau taubat nasuha, diam di rumah. Kok malah mau cabut?" tanya Safira yang sedang menonton Criminal Minds acara tv favoritnya.
"Ini juga salah satu misinya mama" jawab Dewa yang memakai jaket dan tas Fanny atau biasa dibilang tas pinggang tapi model cross body meek Prada nya.
"Kamu mau kemana?" Safira menatap tajam ke Dewa.
"Cari tahu soal Jeng Alina..." jawab Dewa membuat Safira tersedak roti tawar yang sedang dimakannya. Buru-buru Dewa mengambil air putih untuk mamanya.
"Kamu ... Tuh !" Safira menepuk-nepuk dadanya akibat potongan roti menjadi salah masuk. "Bisa... Bisanya manggil Jeng ke Alina..." Safira menerima air putih yang diberikan Dewa.
"Lho, namanya saja Wis Jowo mama. Dan dia bilang sendiri kalau wong Jowo... Wajar dong kalau aku panggil Diajeng Alina... Macam Opa Eiji ke Oma Ayame meskipun Oma Ayame dikit darah jawanya. Harus ada yang meneruskan tradisinya dong mama sebagai wong Jowo" balas Dewa panjang lebar mengacuhkan mata abu-abu itu menatap galak ke arahnya.
"Kamu mau menemui Alina?" tanya Safira yang sudah bisa menetralisir nafasnya.
"Lihat dulu dia tinggal dimana tepatnya. Si Orgil sudah dapat datanya."
"Ragil, Dewa ! Ragil Wibisono nama asisten kamu ! Tapi lama-lama dia bisa jadi Orgil kalau kamu tidak semakin waras !" hardik Safira.
"Lha mama malah doain Ragil jadi Orgil. Kasihan ma, nanti bisa dipecat Papa karena kena mental illness ... " ucap Dewa serius.
Safira hanya bisa menghitung sampai seratus daripada dia khilaf mengambil scapel.
***
Dewa mengendarai Vespanya yang berwarna biru navy itu dengan santainya menuju rumah milik Daud Prayogo di daerah Grogol Petamburan. Pria itu pun melihat sebuah rumah dengan halaman bisa menampung tiga mobil yang dipenuhi berbagai macam tanaman dan di pagarnya yang bewarna biru, ada sebuah papan bertuliskan ..
Menjual berbagai tanaman hias dan menerima kost pria. Kost wanita juga ada.
Dewa mengerenyitkan alisnya lalu mencari bel rumah dan saat hendak memencet tombol itu, seorang bapak - bapak hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek serta sandal jepit, menghampiri pagar.
"Masnya mau kost atau beli tanaman?" tanya pria itu.
Dewa memutar otak bagaimana bisa lama disini. "Beli tanaman buat mama saya" jawab pria ganteng itu.
"Oh silahkan... Vespanya bawa masuk saja mas. Soalnya suka nggak aman disini. Tuh, kami sampai pasang CCTV demi tidak kehilangan tanaman" ucap bapak itu sambil membukakan pagar dan Dewa membawa masuk motor Vespanya.
"Tanaman saja dicolong? Kalau burung apalagi berkicau, dicolong wajar. Lha ini tanaman..." gumam Dewa sambil melepaskan helmnya.
"Namanya juga maling mas. Oh, masnya mau tanaman jenis apa buat mamanya ?" tanya bapak itu.
"Kecil, imut dan cantik tapi bukan kaktus, soalnya itu berduri... Mama saya cantik tapi cukup lah biar dia yang galak, tidak perlu diperjelas pakai kaktus..." gumam Dewa sambil melihat - lihat tanaman dan melirik ke arah pintu rumah berharap Alina keluar dari sana.
Bapak itu tertawa. "Mas nya lucu. Ini bagaimana mas? Lucu, imut, cantik, dan perawatannya mudah" ucapnya sambil memberikan sebuah pot berisikan tanaman dengan daun yang bulat.
"Namanya apa ini pak?" tanya Dewa yang memang baru melihat tanaman itu.
"Chinese Money plant. Mirip sama uang koin China kan mas?" jawab bapak itu.
"Ini gampang perawatan nya?" tanya Dewa.
"Gampang mas. Cocok di ruang kerja ... Kalau bisa sesekali ditaruh di bawah matahari pagi tapi jangan setiap hari..."
Dewa melihat tanaman itu dengan seksama. Cocok nih buat ruang kerja nyokap di rumah sakit ! "Ini bisa macam kucing ngawe-ngawe... Eh manggil-manggil gitu ngga, buat dapat rejeki?" tanya Dewa.
Bapak itu tertawa. "Masnya wong Jowo tho ? Kok tahu bahasa ngawe-ngawe... Lama lho saya nggak dengar."
"Oma buyut ku wong Solo. Bokap wong Jowo juga ... Kenapa memang pak?"
"Mas nya kayak blasteran tapi bisa bahasa Jowo jadi nggak nyangka saja."
"Parjo ! Siapa itu?"
Dewa dan bapak yang dipanggil Parjo itu menoleh ke arah pintu rumah. Tampak seorang pria lanjut usia berdiri disana dengan mengenakan tongkat.
Dan Dewa tahu siapa pria itu. Daud Prayogo, kakek angkat Alina Ratnadewi.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
shinta
misi dimulai!!
2023-07-30
1
ellyana imutz
joos mas dewa cedaki disik pawang e alina ..wes luluh langsung sat set menuju KUA ben plong tobat nasuha ne
2023-07-29
1
Kaylaa
tak kira mau deketi alina pake vespa....ternyata....mantap dewa....lanjutlah
2023-07-29
1