Rumah Milik Daud Prayogo
Dewa tersenyum sopan ke arah pria tua itu dan sedikit menganggukkan kepalanya. "Assalamualaikum, pak" sapanya.
"Wa'alaikum salam. Masnya mau beli tanaman?" tanya Daud sambil tertatih berjalan nya dan Dewa dengan sigap membantu pria itu agar tidak jatuh.
"Pun pak, pinarak mawon ( duduk saja )" bimbing Dewa ke kursi teras. "Bapak bisa mengawasi saya dari sini saja."
Daud terkejut mendengar ucapan bahasa Jawa Alus dari pria blasteran itu. "Lho, mas nya bisa bahasa Jawa?"
"Saget tho pak, wong bokap kulo wong Jowo ( bisa tho pak, soalnya bokap saya orang Jawa )" jawab Dewa dengan pedenya membuat Daud tertawa kecil.
"Arek jaman Saiki ( anak jaman sekarang ), ngomonge gado - gado" kekeh Daud. "Namamu siapa Ngger?"
"Wuuuiiiihhhh sudah lama tidak ada yang manggil saya Ngger" seru Dewa heboh.
Nama Angger dalam bahasa Jawa mempunyai arti anak. Sapaan tersebut biasanya digunakan untuk menamai anak laki-laki. Seperti tolé jadi Lé, boy atau son dalam bahasa inggris dan Nak dalam bahasa Indonesia.
Parjo yang melihat pria jangkung dengan wajah setengah bule itu heboh, hanya bisa menggelengkan kepalanya. Di Jakarta, sudah banyak anak-anak yang tidak tahu unggah ungguh maupun bahasa Jawa tapi pria ganteng satu ini berbeda.
"Jenengmu sopo Ngger ( namamu siapa nak )?" tanya Daud.
"Kulo Dewa... Bapak asmonipun sinten njih ( bapak namanya siapa ya - Jawa kromo Inggil )?" Dewa pun Salim ke Daud dengan gaya takzim.
"Eyang Daud. Biasa eyang dipanggil dengan nama itu... Kowe golek tanaman opo ( kamu cari tanaman apa )?"
"Begini eyang Daud, leres njih ( benar ya ). Mboten nopo-nopo Kulo sanjangi ngaten ( tidak apa-apa saya panggil begitu - Jawa kromo )."
"Rak Popo" jawab Daud. "Kowe golek kanggo sopo ( kamu cari buat siapa )?"
"Buat mama saya. Hari ini saya bikin ulah dan telinga saya sudah kena jewer dua kali... Ya Allah Gusti, untung itu mama saya yang bawa saya sembilan bulan dalam perut dengan suasana suka dan duka. Kata mama saya, dulu dalam perut sudah nyusahin, brojol lebih nyusahin..." jawab Dewa dengan wajah serius membuat Daud dan Parjo terbahak melihat ekspresi pria itu.
"Kowe pancen ndablek sakjane ( kamu memang bandel mungkin )" gelak Daud yang merasa mendapatkan mood booster dengan kehadiran pria ganteng yang ternyata koplak.
"Kalau itu tidak perlu diragukan, eyang. Wong bokap saya jaman muda juga bandelnya nggak ketulungan... Jadi Ono sing ditiru ( ada yang ditiru )" jawab Dewa dengan wajah yakin.
"Sing elek Kuwi Ojo mbok tiru tho Ngger ( yang jelek itu jangan kamu tiru lah nak )" ucap Daud.
"Sampun keblandrak ( sudah kejadian )" jawab Dewa polos membuat dua pria tua disana terbahak.
"Wis mandheg ( sudah berhenti ), taubat Ngger..." nasehat Daud.
"Ini juga dalam proses taubat nasuha, eyang. Suwer, serius... " Dewa mengacungkan jari telunjuk dan tengah seperti tanda peace.
"Alhamdulillah... Soale mesakke ( kasihan ) ibumu. Ngomong-ngomong ibumu pekerjaan nya apa?" tanya Daud.
"Mbeleh orang ( sembelih orang )" jawab Dewa membuat Daud dan Parjo terkejut.
"Ibunya mas Dewa tukang jagal?" tanya Parjo dengan tubuh bergidik.
"Tukang jagal di ruang operasi alias dokter bedah."
"Dewa juga dokter?" tanya Daud.
"Oh untungnya nggak Eyang. Pertama, aku takut darah, kedua aku malas kuliah lama-lama. Ini saja aku sudah termasuk lama lulusnya gara-gara kelamaan bandel. Kalau bokap nggak ancam saya bakalan dimasukkan ke pesantren seumur hidup dan nyokap mau sunat habis milik saya, mungkin saya sudah di drop out dari kampus" cengir Dewa membuat Daud dan Parjo terkekeh melihat pria ganteng itu sangatlah santai.
"Terus ini cari tanaman supaya mamamu tidak marah sama kamu?" tanya Daud.
"Leres eyang. Mama saya itu cantiknya top banget tapi kalau sudah keluar Maleficent nya... Wuuuiiiihhhh... saya sampai mending diam saja daripada nanti malah kemana mana. Di keluarga saya memang dididik, rule number one. Emak selalu benar. Rule number two, kembali ke rule number one."
Parjo tertawa geli melihat wajah serius Dewa. "Tapi mas Dewa, kalau ibunya salah?"
"Saya ngeyel kalau mama salah tapi satu yang harus diingat, tidak boleh membentak mama. Debat boleh tapi jangan sampai menaikkan nada suara yang menjurus membentak karena pantang di keluarga kami."
Daud mengangguk. "Ajaran yang bagus."
"Eyang Daud tinggal sama pak Parjo saja?" tanya Dewa. "Anak cucu eyang dimana?"
"Ada cucu perempuan aku tapi dia tinggalnya di Kebon Jeruk, kost disana karena dekat dengan tempat kerjanya."
"Oohh... Cucunya nggak kemari eyang?" tanya Dewa dengan wajah dibuat selempeng mungkin tapi dalam hatinya berharap tiba - tiba Alina Mak jegagik mecungul ( tiba-tiba muncul ).
"Alina, nama cucuku datang biasanya besok. Kalau hari Sabtu begini, dia sibuk urus jualannya di toko online" jawab Daud.
Yaaaahhh gue salah hari, Bambaaaanngggg! Dewa mengumpat dalam hati. "Oooohhh begitu..."
"Nak Dewa jadinya mau ambil tanaman apa?" tanya Daud.
"Chinese Money plant. Cocok ini buat ruang kerja mama saya. Setidaknya nggak bau dokter dan antiseptik deh !" senyum Dewa.
"Cocok kok itu Ngger. Gampang perawatan nya."
"Njih eyang."
Dewa akhirnya membayar tanaman itu dan menyantolkan di Vespanya. Setelahnya pria itu pun pamit pulang dan berjanji akan kembali lagi untuk membeli tanaman lainnya.
"Ndoro sepuh, saya baru kali ini ketemu dengan cowok yang santainya seperti itu. Padahal kelihatan kalau dia anak orang kaya" ucap Parjo usai menutup pagar rumah.
"Anake wong sugih tapi ngerti unggah ungguh Ki arang-arang jaman Saiki ( anaknya orang kaya tapi tahu tata Krama tuh jarang-jarang jaman sekarang ). Meskipun jarene dekne ndablek ( katanya dia bandel ), tapi dasar didik orang tua nya bagus. Kayake cah Kuwi Ono priyayi ne nek ndelok glegere ( sepertinya anak itu ada keturunan priyayi kalau dilihat dari bentuknya )" gumam Daud.
"Kalau dijodohkan ke mbak Alina gimana Ndoro sepuh?"
Daud tersenyum. "Kita kan belum tahu siapa keluarganya, Parjo. Jangan terkesima saat pertemuan pertama. Mungkin memang Dewa seperti itu atau hanya dibuat-buat... Kita akan tahu saat pertemuan berikutnya..."
Parjo mengangguk. Entah kenapa Parjo sangat suka dengan pria slengean itu karena bisa membuat Daud tertawa setelah sekian lama tidak bisa tertawa sejak divonis menderita kanker kulit stadium tiga.
Setidaknya ndoro sepuh tampak senang hari ini berkat kehadiran mas Dewa.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Ermi Sardjito
matur nuwun mbak hana....keluhanku terbalas di cerita ini, seting d indonesia, orgnya juga indonesia, jawa pisan.....Wah...jian matur nuwun sanget mbak. Njawani tenan critane.🙏😍❤️❤️
2024-04-16
2
Gina Gina
baru mulai baca. tapi aslii bikin sakit perut ini
2023-11-16
2
Tri Yoga Pratiwi
daud prayogo ini kayaknya kenal sama keluarga Pratomo, gak asing namanya, salah satu pengawal atau pegawai di keluarga Pratomo
2023-08-07
1