BAB. 15 Adik Aditya

Sedangkan ditempat lain Cesya yang berada di luar bandara yang sebelumnya sedang mencari-cari taksi, dan berhenti karena panggilan telpon dari Renal tadi dengan bingung menatap ponsel Renal.

"apa tadi dia bilang menunggunya? disini!!!??? " pekik Cesya membuat beberapa orang yang berlalu didekatnya kaget.

"jangan bilang dia terbang dari Manchester untuk ponselnya, ya ampun." gumam Cesya kaget, di ikatnya erat syal yang melilit di lehernya supaya hangat, karena mungkin butuh waktu lama untuk menunggu Renal, karena cuaca di London saat ia datang cukup dingin.

Sesekali Cesya mengusap kedua tangannya supaya hangat, kepulan asap tipis terus keluar setiap ia menghembuskan nafas ke tangannya.

Tak berselang lama sebuah taksi tiba-tiba berhenti di dekatnya, Cesya tak begitu memperhatikan taksi itu, hanya menatap kearah lain berharap Renal bisa dengan ajaib datang ke hadapannya.

"hei" Seru seseorang membuat Cesya menoleh dan betapa terkejutnya Cesya saat melihat sosok Renal sudah berada di sampingnya.

"bagaimana bisa? bukankah dari Manchester membutuhkan waktu 4 jam" tanya Cesya tak percaya, Renal tak menjawab ia hanya menyodorkan ponsel Cesya.

"oh" pekik Cesya seraya menyodorkan ponsel Renal, mereka pun saling bertukar ponsel, saat ponsel kembali ke tangan pemiliknya masing-masing. mereka langsung mengecek ponsel mereka dengan seksama.

"anda tidak melihat galeriku kan" ucap Cesya, Renal menatap Cesya dengan kesal.

"aku tidak tertarik dengan privasi orang lain" ucap Renal tegas, Cesya pun menganggukkan kepalanya mengerti.

"baiklah, tak ada masalah." ucap Renal merasa lega, "kalau begitu semoga ini pertemuan terakhir kita, tak ada satu pun hal baik terjadi setiap kita bertemu" Ucap Renal, Cesya pun mengangguk setuju dengan ucapan Renal.

"benar, terima kasih atas bantuan anda selama ini, semoga kita tidak bertemu lagi" Ucap Cesya seperti mengatakan pertemuan mereka layaknya kejahatan yang tak boleh terulang lagi. Renal terkekeh pelan.

"kalau begitu aku pergi" ucap Renal membalikan tubuhnya, Cesya pun mengangguk mengerti. Renal menuju taksi yang ia tumpangi tadi, tapi sebelum ia pergi, seperti menimbang-nimbang sesuatu, Renal berbalik berjalan kembali kearah Cesya sambil meronggoh kantung mantelnya.

"gunakan ini, ini balasan atas payungmu" ucap Renal seraya memasangkan sarung tangan hangat yang kebesaran pada Cesya.

"terima kasih" ucap Cesya seraya membantu Renal memasangkan sarung tangan itu. Renal merasa sedikit kasian dengan Cesya, karena gadis itu berdiri di tempat yang cukup dingin, padahal Cesya bisa memilih untuk menunggu di dekat pintu bandara yang masih mendapatkan udara hangat dari pengatur suhu ruangan.

Setelah selesai menggunakan sarung tangan itu, Renal pun langsung melangkah pergi.

"selamat tinggal" ucap Renal, yang disambut anggukan dari Cesya.

tapi—

Suasana London waktu sore sangat indah dimana kilauan sungai Thames terlihat dari kejauhan, Cesya yang kembali melewatkan jam makan siangnya merasa lapar dan kini ia berjalan menuju ke pusat restoran dan kedai yang tak jauh dari perpustakaan.

Sesekali Cesya digoda oleh para remaja sekitar membuatnya risih. Cesya dengan cepat memasuki Restoran dan memesan beberapa makanan pada pelayan wanita, pelayan wanita yang melayani Cesya tampak menyadari ketidaknyamanan Cesya karena segerombolan remaja lelaki yang duduk di meja teras Restoran.

"jangan di hiraukan, mereka tidak akan sampai masuk kesini" ucap pelayan wanita itu ramah mencoba menenangkan Cesya, Cesya mengangguk sambil tesenyum, pelayan wanita itupun berlalu membawa catatan pesanan Cesya.

Saat itu Cesya mengalihkan pandangannya hanya tertuju pada ponsel, tanpa tahu harus melakukan apa. ia hanya berharap setelah makan ia bisa langsung pulang.

Untungnya tak berselang lama, makanan yang ia pesan pun datang, dengan cepat Cesya melahap makanan itu berharap rasa laparnya cepat menghilang.

Malam pun tiba ternyata macetnya jalan tidak bisa ia hindari yang akhirnya membuat Cesya memilih berpindah transportasi dari taksi ke bis. malam itu penumpang bis cukup banyak, mungkin karena ia pulang bertepatan jadwal pulang orang kantoran, saat turun di halte bis terdekat dari apartemennya, Cesya mengeratkan syalnya seraya berjalan menuju apartemen yang sekitar 100 meter dari halte bis.

Saat berjalan di trotoar sesekali ia mencium bau alkohol yang menyengat setiap melewati beberapa orang di sekitarnya, kepulan asap tipis terus keluar dari mulut Cesya menandakan semakin malam suhu semakin dingin, entah kenapa jarak 100 meter Cesya rasa begitu jauh, terlebih catcalling yang kembali ia terima dari beberapa remaja di sekitar pemukiman itu, membuat Cesya semakin risih dan takut, untungnya ia berhasil masuk ke apartemen.

 

Renal baru saja keluar dari ruangan Dr. Richard, raut wajah Renal tampak lelah membuat Addy menghampirinya.

"bagaimana? " Tanya Addy, Renal mengangguk.

"Dr.Richard yang akan menangani masalah pasien kamar no. 102 dan akan melakukan operasi besok." ucap Renal, Addy tampak menghela napas panjang.

"semoga saja operasinya akan berjalan mulus" gumam Addy, Renal mengangguk setuju, setelah mengetahui informasi itupun Addy berpisah untuk memberi tahu pihak keluarga sang pasien sedangkan Renal kembali ke ruangannya untuk membuat laporan data pasien yang akan ia serahkan kepada Dr. Richard.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, laporan baru saja Renal kirim ke Dr. Richard, kini ia menjatuhkan dirinya ke sofa kecil dalam ruangan dokternya itu, sambil menutup wajahnya yang lelah dengan kedua lengannya.

Setelah memejamkan matanya sebentar, Renal teringat dengan pesan yang dikirim oleh Aditya. Renal dengan gontai mengambil ponselnya di atas meja lalu melihat satu persatu pesan chat yang dikirim oleh Aditya.

'adikku akan datang dan tinggal di apartemen' gumam Renal, tanpa membaca semua isi pesan yang banyak itu, Renal memilih untuk menelpon Aditya langsung.

"dari mana saja kau!!! " marah Aditya yang akhirnya bisa menyalurkan pertanyaan itu kepada si empunya ponsel.

"kau adalah orang kesekian kalinya menanyakan hal itu" ucap Renal seraya duduk di kursi kerja sambil menyadarkan tubuhnya.

"adikku? apa kau sudah bertemu dengannya? " tanya Aditya, Renal menghela nafas.

"belum, aku bahkan masih menggunakan pakaianku yang kemarin" ucap Renal dengan malas. Aditya seperti tertawa miris seperti bisa melihat kondisi temannya itu.

"kalau adikmu ada, apa aku harus menyewa apartemen lain" tambah Renal, kali ini terdengar suara hela nafas Aditya.

"tidak, aku sudah memikirkannya lebih baik kau tetap di apartemen itu" jawab Aditya, Renal mengangkat alisnya merasa bingung dengan perkataan Aditya.

"kenapa? " tanya Renal, yang kini memperbaiki posisi duduknya dan mencoba menajamkan pendengarannya untuk mengetahui alasan Aditya.

"adikku akan kuliah di London dan sekarang aku tidak berada di London" mendengar itu membuat Renal semakin bingung dengan ucapan Aditya.

"kau dimana? " tanya Renal sambil menautkan kedua alisnya penasaran.

Bersambung… 

Terpopuler

Comments

raazhr_

raazhr_

lanjut kk, semangat nulisnya🌷

2023-08-04

0

raazhr_

raazhr_

astaga, langsung resign ga tuh🤣

2023-08-04

0

raazhr_

raazhr_

waduh waduh😶

2023-08-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!