Setelah mengambil makan secara prasmanan Renal pun duduk di samping jendela kaca dimana menunjukan sisi kota London yang padat.
Suara berdehem seseorang membuat Renal menoleh, ditatapnya Dokter Ellen yang sedang tersenyum manis padanya.
"boleh saya duduk di sini" ucap Dokter Ellen , sebelum Renal menyetujui, Renal melihat sekeliling dimana banyak kursi kosong—tapi mungkin saja dokter Ellen bukan tipe yang suka makan sendiri, Renal pun menyetujuinya, hal itu membuat senyum senang terukir dibibir dokter Ellen menambah kecantikan diwajahnya, tapi sayangnya Renal tampak tidak terlihat terpesona dengan kecantikan gadis bule itu.
Suasana canggung dimana suara sendok dan garpu saling bersahutan diantara Renal dan Ellen, membuat kesunyian disekitar kantin itu semakin terasa, sesekali Ellen melirik kearah Renal seperti ada yang ingin ia bicarakan.
"apa anda menyukai opera? " Tanya Ellen akhirnya memecahkan suasana canggung. Renal terdiam sebentar menimbang-nimbang apa yang dimaksud Ellen.
"tidak juga" Jawab Renal pelan, Ellen mengangguk seperti mengerti.
"kalau anda berminat" Ucap Ellen antusias seraya merogoh kantung jas dokternya mengeluarkan sebuah tiket opera dan menyodorkan tiket itu kesamping tempat makan Renal.
"anda bisa menontonnya, kali ini tema operanya sangat menarik beberapa bintang opera ikut serta dan ini adalah tiket V—"
Belum sempat Ellen berbicara.
"dokter Ellen, maaf saya tahu anda berniat baik, tapi saya tidak bisa menerima tiket ini" ucap Renal memotong perkataan Ellen seraya menyodorkan kembali tiket yang diberi oleh Ellen.
"ah, begitu! maafkan saya, tampaknya anda tidak tertarik" ucap Ellen dengan senyum kecewa terukir di bibirnya, Renal merasa tak nyaman dengan penolakannya pun merasa sedikit canggung.
"bukan tidak tertarik, hanya saja. untuk sekarang saya terlalu sibuk, terima kasih sudah berniat baik memberikan tiket ini untuk saya" Ucap Renal mencoba mencairkan suasana canggung.
"oh tentu apa yang saya pikirkan" Ucap Ellen yang kembali mengembangkan senyum manisnya.
"kalau begitu saya permisi" Ucap Renal seraya mengangkat tempat makannya dan beranjak dari tempat duduk.
"kalau anda tidak sibuk, apakah anda akan menonton? " Tanya Ellen sebelum Renal melangkah lebih jauh.
Renal menoleh kearah Ellen dengan ragu dan ia tersenyum.
"mungkin saja" Ucap Renal seraya membungkuk kecil, seraya pergi. Renal melangkah kembali ke ruang dokternya, untuk menyelesaikan laporan yang akan ia serahkan ke pihak staff administrasi.
****************
Hari kelulusan tiba, Cesya hampir saja menangis terharu karena pidato kepala sekolah yang begitu menyentuh hati, tapi sayang rasa senangnya lebih dominan dari ungkapan kepala sekolah yang terkadang membingungkan dan bertele-tele—sampai membuat beberapa guru di belakangnya berdehem tidak sabar.
Hari itu langit sangat cerah, suasana haru dan suka cita meliputi seluruh murid tahun terakhir yang baru saja menerima pengumuman kelulusan mereka.
Tak banyak teman yang mengucapkan selamat pada Cesya, karena Cesya tak begitu banyak memiliki teman semasa ia bersekolah di jakarta, tapi itu tidak begitu berarti. karena yang paling dinanti-nanti oleh Cesya adalah hari esok dimana ia akan berangkat ke Inggris.
Dari jauh Cesya melihat sosok Nela dan Farhan sedang tertawa lepas dengan teman-teman lainnya, Cesya ikut senang melihat itu walaupun ada rasa sedih, tapi itu tak akan masalahkan—batin Cesya.
Karena hari kelulusan para murid bisa langsung pulang, Cesya yang tak begitu berbaur dengan teman-temannya memilih untuk pulang.
Di rumah ia menyiapkan berbagai macam persiapan untuk keberangkatannya besok, sesekali ia menghela nafas panjang karena ia akan meninggalkan lagi rumahnya yang di indonesia.
Walaupun hanya sedikit kenangannya bersama di rumah itu, tapi ia sudah tinggal di rumah yang lumayan besar ini selama 3 tahun bersekolah di jakarta—tentu ada rasa sedih yang menyelimuti hatinya.
Keesokan harinya—
"Cesya, ayo cepat" Seru Lydia dengan terburu-buru menyeret kopernya di ikuti oleh Cesya di belakang.
Jadwal penerbangan mereka di jadwalkan ulang lebih cepat dari sebelumnya, membuat kedua saudari itu panik, hingga kalang kabut menerjang setiap pengecekan di bandara, untungnya mereka masih bisa mengejar keberangkatan pesawat.
Sesaat didalam pesawat akhirnya mereka bisa bernafas lega, karena mereka tak perlu menunggu penerbangan lain maupun mengganti maskapai lain untuk berangkat hari itu.
Perjalanan udara akan menghabiskan waktu 16 jam, saat itu Cesya untungnya membawa beberapa buku untuk bisa ia baca selama perjalanan dan juga tidur.
Perbedaan waktu antara Indonesia dan Inggris sangat jauh, ketika memasuki kawasan benua eropa tampak jelas perbedaan waktu dimana antara siang langsung ke malam sangat cepat.
Pada saat itu London sudah masuk musim Semi, sehingga suhunya tak sedingin musim dingin, tapi masih membuat kepulan asap tipis setiap orang yang bernafas, karena pada saat itu masih bulan maret awal, Cesya baru saja mendarat di Bandara Internasional London, kali ini ia dan kakaknya tak akan singgah di London melainkan langsung menaiki penerbangan berikutnya menuju Manchester dimana keluarganya sedang berkumpul.
Manchester merupakan kota metropolitan yang cukup padat penduduk, banyak hal yang menarik di kota yang terkenal dengan sepak bolanya itu. Cesya sangat antusias walaupun semasa ia hidup hanya 2x kesana saat acara thanksgiving saat ia kecil dan ulang tahun neneknya 10 tahun lalu.
Setelah menempuh perjalanan panjang selama 4 jam menuju Kota Manchester, dari London ke Manchester akhirnya 2 saudari itupun sampai ke tujuan, mereka menyewa taksi online karena tak ada banyak waktu bagi mereka untuk menunggu taksi, setelah memberikan alamat kepada supir.
Cesya menebarkan pandangannya keluar jendela menikmati kawasan kota yang ramai, pejalan kaki dan transportasi dimana-mana walaupun tidak menyebabkan kemacetan itu hal yang menarik bagi Cesya yang sudah bosan melihat kemacetan kota Jakarta yang padat, sesekali tampak Cesya tersenyum puas karena ia melihat beberapa pengamen yang elegan menggunakan alat-alat musik orkestra.
Hampir 20 menit Cesya menikmati suasana kota itu, akhirnya Cesya sampai di sebuah rumah berjejer rapi dimana setiap temboknya tertera no rumah, walaupun berdempetan, kawasan itu sangat elegan dan mewah.
Lydia turun dari mobil di ikuti Cesya, mereka menurunkan koper dibantu oleh pak supir, Lydia dengan cepat membayar biaya taksi, sedangkan Cesya dengan senang menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai pintu depan rumah itu.
Lydia melihat itu tersenyum sumringah sama seperti Cesya, Lydia tampak antusias untuk mengejutkan keluarganya akan kehadiran mereka.
Lydia memperbaiki mantel dan rambutnya, Cesya melirik kakaknya itu pun mengikuti sang kakak dan di bantu Lydia sedikit merapikan rambutnya.
Lydia berdeham sedikit membasahi tenggorokannya yang kering.
"kau siap" bisik Lydia yang di sambut anggukan oleh Cesya. Lydia tersenyum lalu menekan bel dengan antusias.
tak berselang lama, terdengar suara pintu dibuka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Cokies🐇
Semangat kak 💪
2023-08-29
0
dzaky
Ga nyangka sebagus ini!
2023-07-27
0
Nick and Judy
Keren banget, gak salah deh bakal jadi best seller, authornya jagonya!
2023-07-27
1