Saat ia mulai tenggelam dalam pikirannya tiba-tiba terdengar suara wanita tak ia kenal.
"permisi, bolehkah saya meminta nomor telpon anda? " tanya wanita berambut pirang bermata kuning, membuat Renal kaget.
"maaf, saya tidak bisa" ucap Renal menolak wanita itu, wanita itu tampak kecewa dan hanya mengangguk mengerti seraya pergi, dari belakang Renal bisa mendengar suara para wanita di belakang sedang berbisik tentangnya, hal itu tidak membuatnya nyaman, lalu ia mengeluarkan ponsel dari mantel.
Saat mengetuk layar ponselnya mata Renal terbelalak melihat wallpaper di ponselnya dimana itu jelas adalah wajah Cesya.
"apa ponsel kami tertukar" gumam Renal mulai panik, ia pun mencoba-coba menghubungi ponselnya. tapi tidak bisa. di ingat-ingatnya lagi saat terakhir ia memakai ponsel baterainya memang tinggal beberapa persen.
Renal pun memegangi kepalanya yang pening, seperti rentetan masalah tak habis-habisnya ia rasakan hari itu.
Tapi apalah daya, Renal hanya bisa berharap Cesya cepat menyadari ponselnya yang tertukar. tak lama pesanan kopi Renal datang, Renal pun menyeruput kopi hangatnya dengan wajah masam.
****************
"terima kasih" ucap Cesya kepada pak supir seraya menutup pintu taksi.
Kemudian ia menaiki beberapa anak tangga untuk sampai ke depan pintu rumah, Cesya membuka pintu tanpa memencet bel, dan setelah ia masuk ia membuka mantelnya dan menaruh kedalam lemari.
"si bontotku baru pulang" terdengar suara seseorang yang sangat Cesya kenal. Cesya menoleh ke belakang dan ia melihat sosok kakak sulung yang ia rindukan selama ini.
"kak Aditya" Seru Cesya seraya memeluk Aditya dengan erat.
"lama tidak berjumpa" ucap Aditya yang dibalas anggukan kepala adiknya itu.
"bagaimana kabarmu? " tanya Aditya, kini Cesya melepaskan pelukannya dan dengan raut wajah marah, Cesya pun menceritakan apa yang terjadi padanya hari itu.
Cesya berbicara sambil berjalan menuju dapur dimana Aditya mengikutinya dari belakang, dari raut wajah Aditya terkadang ia seperti menahan tawa apa yang terjadi pada adiknya itu, tapi menuju akhir cerita wajah Aditya tampak serius.
Cesya mengeluarkan beberapa makanan dari kulkas dan memanaskannya di microwave.
"jadi pria itu yang membayar taksi." ucap Aditya akhirnya berbicara setelah mendengarkan cerita adiknya yang panjang lebar.
"iya, untungnya aku bertemu orang baik" ucap Cesya seraya memperhatikan menit microwave berharap angka itu cepat berubah.
Tak lama kemudian muncul sosok Lydia dari ruang tengah, ia menatap kearah kedua saudaranya itu.
"ternyata kalian disini" ucap Lydia acuh tak acuh berjalan kearah kulkas.
"Lydia, apa kau akan menetap di inggris? " tanya Aditya, Lydia yang baru saja mengeluarkan sebuah minuman kaleng dari kulkas menatap Aditya aneh.
"gak, aku bakal balik ke indonesia, pekerjaanku di sana masih ada terlebih Eyang Putri menugaskan itu padaku" Jawab Lydia menutup kulkas dan membuka minuman kaleng yang ada di tangannya.
Aditya menghela nafas pelan lalu beralih kearah Cesya yang sekarang sudah mendapatkan makanan di tangannya.
"lalu kau Cesya" tanya Aditya.
"Aku akan mencoba tes di Universitas London" jawab Cesya, yang membuat mata Aditya terbelalak.
"APA!!! " Pekik Aditya kaget membuat Lydia dan Cesya saling menukar pandangan mereka heran dengan reaksi Aditya.
"ada apa denganmu? " tanya Lydia bingung, Cesya kini duduk di kursi meja makan hanya menatap kakak-kakaknya itu sekilas karena ia sangat lapar, tanpa peduli ia pun memakan makanannya dengan lahap.
"itu berarti kau akan tinggal di London" tambah Aditya seraya menyerbu kursi seberang meja makan dimana Cesya sedang makan.
Mulut Cesya yang dipenuhi oleh makanan hanya mampu menganggukkan kepalanya, Lydia pun ikut duduk bergabung dengan mereka hanya menatap Aditya penuh curiga.
"apa kau melakukan sesuatu di London? " tanya Lydia menatap curiga.
"tidak, haha gak mungkinlah" tawa getir Aditya membuat Lydia semakin curiga, Lydia yang melihat reaksi kakaknya itu hanya mengangkat alisnya semakin memojokkan Aditya.
"kalian bersenang-senanglah berdua, ada yang harus aku lakukan" Ucap Aditya dengan cepat pergi kelantai 2 rumah itu menuju ke kamar tamu yang akan ia tempati.
"bagi dong" Seru Lydia merebut sendok makan Cesya, saat melihat Cesya yang makan dengan lahap.
"aaa~jangan di habisin" marah Cesya melihat Lydia melahap makanan dengan cepat.
Sedangkan Aditya mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Renal, tapi sayangnya semua panggilan telponnya tidak masuk.
"kemana anak ini di saat penting kayak gini" marah Aditya. seraya mengirimkan pesan ke Renal berkali-kali tapi tak ada satupun pesan terkirim, hal itupun membuat Aditya frustasi dan menatap keluar jendela kamar tamu itu dengan tatapan nanar.
"gak bakal terjadi apa-apa kan" gumam Aditya seraya menjatuhkan dirinya keatas kasur. sambil menghela nafas berat Aditya pun menutup wajahnya dengan lengan tangannya mencoba menjernihkan pikirannya.
Tak terasa malam pun tiba dimana seluruh keluarga Brown berkumpul untuk memasak barbeque, Cesya dan keluarga lainnya asik berkumpul di halaman belakang.
"Cesya kau bilang akan mencoba tes masuk universitas London bukan? " Ucap Uncle Hanry pria bertubuh kekar dengan wajah berewok dan rambut kecoklatan khas keluarga Brown itu baru saja membawakan beberapa daging kehadapan Cesya.
"iya" jawab Cesya cepat, seraya menggeser piring penuh daging itu kearah sepupunya di samping.
"Bukannya tes masuk akan dimulai 2 hari lagi" Ucap Uncle Hanry menambahkan. Cesya pun membelalakkan matanya kaget.
"bukankah seminggu lagi" pekik Cesya, tapi Lydia datang dan duduk disamping Cesya seraya menyodorkan ponselnya.
"Uncle Hanry benar" tambah Lydia menunjuk kearah ponselnya jadwal tes universitas London kearah adiknya itu.
"lalu aku harus bagaimana, aku bahkan belum menyiapkan apapun" ucap Cesya, walaupun Cesya sudah melakukan pendaftaran secara online tapi Cesya belum menyiapkan beberapa persyaratan lain yang diperlukan.
"kalau begitu kau harus berangkat ke London besok" Ucap Aunty Silvia wanita paruh baya berambut pirang, dengan mata biru yang jernih memancarkan kecantikan wanita khas eropa yang elegan, dia adalah istri Uncle Hanry.
"tapi tiketnya" gumam Cesya, Lydia mengibaskan rambutnya dengan elegan dan dengan jarinya yang lentik menari di atas ponselnya, dengan bangga beberapa saat kemudian Lydia menunjukan layar ponselnya kembali kearah Cesya.
"selesai" Ucap Lydia menunjukan detail pembelian tiket pesawat kepada Cesya. Cesya kagum dengan kemampuan kakaknya itu, biarpun umur Lydia termasuk muda yaitu 24 tahun, tapi dia adalah satu-satunya pewaris dari usaha Eyang Putri di indonesia, mangkanya setelah lulus kuliah dengan cepat tahun lalu, Lydia langsung berkerja sebagi manager di perusahaan makanan milik Eyang Putri.
Cesya mengangkat jempolnya bangga kepada Lydia, Aditya yang mendengar pembicaraan keluarganya itu hanya bisa memegang kepalanya yang semakin pening, memikirkan bagaimana jadinya kalau Renal dan Cesya bertemu di apartemen di London.
"Kau sakit nak? " tanya Kirana seraya memegang punggung anak sulungnya itu khawatir, Aditya langsung menoleh kearah ibunya dengan senyum sumringah mencoba membuang pikiran-pikiran buruknya, berusaha untuk tidak membuat ibunya khawatir.
"gak, gak apa-apa, biar aku bantu" Ucap Aditya seraya mengambil beberapa bahan makanan yang ibunya bawa, Kirana hanya menatap Aditya dengan bingung—tentu saja firasat ibu itu sangat kuat, sehingga Kirana bisa melihat kalau ada yang di pikirkan oleh anak sulungnya itu.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Nilaaa🍒
tanda jodoh, hp nya sama sampai ketukar😂
2023-08-15
0
Nur.Syit_
Plis jadi penasaran siapa si pejalan kaki itu!!🤧... Tetap semangat buat updatenya Thor❤️
2023-08-01
1