BAB. 3 Pentahouse

Setelah menandatangani kontrak secara pribadi masalah apartemen dengan Aditya, Renal yang lelah mengalami jet leg ditambah pagi yang begitu memuakan, membuat kepalanya pening, baru saja sampai di apartemen barunya itu, ia menjatuhkan dirinya ke dalam Sofa besar di ruang tengah.

Sekilas ia teringat dengan persyaratan antara penyewa dan induk semang yang baru saja ia lakukan tadi.

................

Setengah jam yang lalu di cafe, setelah Aditya selesai menulis persyaratan yang ada, Renal yang terlalu lelah tak begitu memperhatikan setiap persyaratan, kecuali sebuah syarat dimana ia sebagai pihak penyewa di bebankan biaya siapapun yang akan tinggal bersamanya di apartemen itu.

Sesaat Renal mengangkat alisnya bingung dan menatap Aditya dengan penuh curiga. aku tidak tau jebakan batman apa lagi yang akan anak ini lakukan, tapi sudahlah—batin Renal yang tak mau ambil pusing, karena ia sangat membutuhkan tempat tinggal saat ini, toh! dia juga tak akan selamanya tinggal di sana, ia langsung menandatangani kontrak itu layaknya bukan surat yang begitu berarti.

"sudah, untuk pembayarannya. bisakah aku membayarnya besok. " ucap Renal yang disambut dengan senyum sumringah Aditya seraya mengambil surat persyaratan dari tangan Renal.

"tentu, lusa pun kau mau membayarnya, tak apa-apa" ucap Aditya dengan senang.

"jadi, mana kunci apartemennya? " tanya Renal dengan wajah yang letih, Aditya merogoh tas kecilnya mencoba mengeluarkan sebuah kartu.

"bukan kunci, tapi kartu" ucap Aditya sambil mengangkat alisnya dengan nakal.

Saat Renal diajak Aditya untuk melihat apartemennya, betapa terkejutnya apartemen yang dimaksud oleh Aditya adalah sebuah penthouse 2 lantai yang mewah. hal itu membuat Renal sempat membelalakkan matanya kaget.

"kau gila, aku hanya membayar 50% biaya apartemen lamaku, untuk penta house" Pekik Renal tak percaya, Aditya terkekeh pelan.

Renal yang melihat Aditya tertawa hanya bergidik ngeri, karena dia tak tahu seberapa kayanya keluarga temannya itu, tapi Aditya perlahan mendorong Renal masuk.

"sudah-sudah, ini kartunya dan selamat menikmati rumah barumu, aku harus ke rumah sakit, sampai jumpa. " Seru Aditya seraya berlalu dan menutup pintu apartemen meninggalkan Renal yang masih terpaku dengan seisi apartemen yang mewah itu, tak begitu banyak barang didalamnya tapi cukup menunjukan kalau si yang empunya apartemen adalah orang yang berwibawa, rajin dan minimalis.

................

Begitulah terjadinya yang kini membuat Renal bisa menikmati berbaring dengan nyaman di atas Sofa besar di ruang tengah apartemen itu. karena lelah, Renal pun terlelap, jendela kaca besar yang menerangi ruangan tengah itu, menunjukan matahari dan warna langit silih berganti menunjukan waktu yang terus berputar sampai langit berwarna oren dengan langit yang mulai gelap menandakan petang hari pun tiba.

Renal terbangun dari tidurnya, ia melihat seisi apartemen sudah gelap, jadwal tidur Renal berantakan karena perbedaan waktu yang berbeda di indonesia dan inggris. ia bangkit dari tidurnya, dan memegang kepalanya yang pening.

Dengan malas ia menggerakkan tubuhnya menyalakan lampu dan  menuju ke dapur, ia mengambil segelas air dan meminumnya dengan perlahan. lagi-lagi tak bisa Renal pungkiri Apartemen penthouse ini sangat menakjubkan.

Renal yang puas melihat seisi apartemen pun kembali ke Sofa dan mencari-cari ponselnya, di tatap layar ponselnya di mana 20 panggilan tak terjawab dan pesan dari Shopia tertera di layar ponselnya, Renal menatap nanar dan bayangan  kejadian pagi tadi terlintas lagi di pikirannya.

"itu bukan yang ku inginkan" gumam Renal seraya melempar ponselnya kesamping dan ia menyandarkan tubuhnya dalam—dalam ke Sofa berharap sofa itu bisa seketika melahap nya. 

Tapi saat pandangan Renal mulai menerawang jauh ke depan, tiba-tiba saja ponselnya berdering, di ambil ponselnya dengan malas dan dilihatnya lagi layar ponsel, dimana tertera nama Aditya. Renal pun mengangkat telepon itu.

"Halo" seru Renal dengan nada malas.

"selamat pagi dokter Renal" Canda Aditya, Renal memutar matanya tidak tertarik.

"2 hari lagi kau akan masuk kerjakan, pastikan selama 2 hari itu kau gunakan untuk merapikan kamarku" Ucap Aditya mengejek temannya, Renal hanya tersenyum kecut mendengar ucapan temannya itu.

"apa urusanmu menelepon ku? " Tanya Renal yang tak mau ikut candaan temannya itu.

"besok pembantu akan datang, pastikan pintu jangan kau kunci ganda, aku sudah memberitahunya kalau ada keluarga ku menginap di rumah" Jawab Aditya menerangkan kebiasaan pembantu yang membersihkan apartemennya itu.

"senang jadi keluargamu" seru Renal membalas ejekan temannya itu sambil tertawa mencibir.

"tentu saja, bukankah itu lebih baik" ucap Aditya sambil tertawa kecil.

"baiklah hanya itu, beristirahat lah, pekerjaan yang menantimu di rumah sakit lebih banyak, jadi pastikan kau baik-baik saja, aku menelponmu karena takut mendapat kabar buruk dari orang yang putus cinta" Ucap Aditya mengkhawatirkan temannya itu, Renal tersenyum puas karena setidaknya dia punya satu teman yang bisa dipercayainya.

"terima kasih, aku akan menikmati apartemen mewah ini sepuasnya" jawab Renal dengan senang.

"ok kalau begitu sampai jumpa" ucap Aditya sebelum memutuskan panggilan, Renal setelah mendengar nada memutuskan sambungan panggilannya kembali menyandarkan dirinya ke kepala sofa. 

Tak lama kemudian Renal beranjak dari sofa dan membawa tas kopernya menuju kamar lantai atas dimana Aditya sebelumnya sempat memberitahukan letak kamarnya berada.

Kamar ke-3 pojok kanan— batin Renal seraya menuju kamar yang dituju dan membuka kamar itu secara perlahan.

Dinyalakannya lampu, cat kamar itu berwarna abu cream yang elegan, beberapa rak buku dan meja tulis yang berdekatan dan ranjang yang cukup besar berada di tengah, kamar itu cukup luas dan ada balkon. 

****************

Cesya sekarang duduk termenung di depan televisi ruang keluarganya yang berada di lantai bawah rumahnya yang bak mansion itu, terasa sangat hening dimana hanya ia dan kakaknya yang tinggal di rumah. 

Pada hari itu Cesya tumben sekali bangun pagi karena tak bisa bisa tidur dimana pikirannya menjadi sangat kalut akibat kejadian kemarin. 

Ia tak tahu harus bersikap seperti apa di hadapan Nela dan Farhan, yang mungkin sekarang mereka sedang menguatkan satu sama lain, berbeda dengan Cesya yang hanya memiliki dirinya sendiri. 

Cesya hanya menghela nafas lesu menatap keatas langit-langit rumahnya di penuhi dengan ukiran unik dan lampu kristal yang kewah tergantung di atasnya. 

"Cesya" Panggil kakaknya dari lantai atas, membuat Cesya mengalihkan pandangannya 

ke arah kakak yang celingak-celinguk mencarinya. 

"Aku disini" Seru Cesya membuat Lydia melangkah menuruni anak tangga turun ke bawah menghampiri adiknya. 

"Kamu gak siap-siap sekolah" Ucap kakaknya seraya menghampiri adiknya yang sekarang terduduk malas di ruang keluarga. 

"Bentar lagi" Bisik Cesya tak bersemangat. 

"Masih mikirin yang kemarin" Ucap Lydia seraya duduk di samping adiknya yang bersandar setengah baring di sofa. 

"Udah siap mental untuk hari ini? " Tanya Lydia yang disambut reaksi Cesya yang memutar matanya kesamping tak mau membahas hal yang jelas ia belum siap. 

"Mau gak mau, harus aku hadapi" Bisik Cesya, mendengar itu membuat Lydia tersenyum bangga. 

Tapi siapa sangka keadaan malah semakin buruk—

Bersambung… 

Terpopuler

Comments

Tajima Reiko

Tajima Reiko

ceritanya bikin ketagihan, keep up the good work thorr!

2023-07-23

1

Dallana u-u

Dallana u-u

Bikin deg-degan tiap babnya.

2023-07-23

1

Daisy

Daisy

Keren banget, semoga ceritanya terus berkualitas author!

2023-07-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!