BAB. 11 Trauma

Renal meletakkan ponselnya di samping Cesya sambil mengangkat sebelah alis merasa bingung dengan kelakuan Cesya yang seperti mencoba menghindarinya.

'wah gila!... apa dia dokter psycho penggila belajar, seperti kak Aditya. 'batin Cesya saat ia mencuri-curi kesempatan untuk melihat buku yang dibaca oleh Renal. seraya mengingat kembali masa ia SMP saat belajar bersama kakak sulungnya Aditya, dimana ia melihat kakaknya sedang menyeringai menakutkan sambil mempelajari anatomi tubuh manusia dengan mata berbinar-binar hingga meninggalkan Trauma membekas dipikiran Cesya. aku tak ingin mengingatnya lagi—batin Cesya takut.

Renal melihat Cesya berperilaku aneh, secara perlahan menarik dirinya agak menjauh dari Cesya sambil melihat sekeliling berharap tak ada yang melihat kearah mereka. tapi tatapan Renal bertemu dengan Pria penjaga yang duduk di kursi informasi, pria itu menyipitkan matanya seraya memberi isyarat diam, membuat Renal mengangguk mengerti dan menundukkan wajahnya malu.

tapi tak berselang lama terdengar suara petir menggelegar dari luar perpustakaan, secara bersamaan Renal dan Cesya menoleh keluar jendela dimana hujan telah turun dengan derasnya diluar.

'benar kata Lewis,'—batin Cesya seraya kali ini ia mengalihkan pandangan ke jam perpus yang menunjukan jam 2 siang, ia sudah melewati jam makan siang, perutnya mulai merasa lapar. tapi ditahannya sedikit lagi karena masih ada beberapa rangkuman yang perlu ia tulis.

saat itu Renal dan Cesya kembali tenggelam dalam buku mereka masing-masing, dengan suara deru hujan menyeruak masuk kedalam perpustakaan.

membuat keduanya semakin fokus akan bacaan mereka. tak terasa hari sudah menjelang sore, hujan di luar berangsur reda.

Renal menutup buku keduanya dan menatap Cesya sambil membenarkan kacamatanya, terlihat Cesya juga menutup bukunya dan menatap lelah kearah buku-buku yang lain.

"kau tak akan membaca semuanya kan? " tanya Renal merasa ngeri melihat Cesya yang sepertinya akan mengambil buku yang lain, Cesya menatap Renal dengan mata lelah.

"jangan terlalu memaksakan dirimu" ucap Renal lagi seraya merapikan buku dan bangkit untuk mengembalikannya ke rak.

Cesya hanya diam sambil meratapi buku-buku yang masih belum ia baca, tapi apa yang dikatakan Renal benar, tenaganya tidak ada lagi karena lapar untuk membaca buku - buku itu.

Sambil menghela nafas Cesya pun bangkit, menaruh ponselnya disamping ponsel Renal seraya merapikan buku - bukunya dan membawanya, bertepatan saat Renal kembali, Renal mengambil ponselnya lalu dengan sigap mengambil separuh buku yang Cesya bawa.

"terima kasih" Ucap Cesya dengan senyum manis terukir di bibirnya, Renal hanya mengangguk dan membiarkan Cesya menuntunnya ke rak.

Satu persatu buku di kembalikan menurut judul dan nomor letak yang tertera di buku. saat buku terakhir, Cesya harus meletakan buku di bagian rak yang paling tinggi.

'ayolah, seandainya tinggi ku lebih 5cm, aku bisa meletakan buku ini' batin Cesya berusaha menaruh buku yang ditangannya dengan susah payah.

Saat berusaha berjinjit lebih tinggi, Cesya merasakan keberadaan seseorang dan mengambil buku dari tangannya, dengan mudah tangan itu menaruh buku kedalam rak.

Cesya langsung menoleh kebelakang dan ia menemukan sebuah wajah tampan Renal dimana Cesya seperti melihat perpaduan wajah asia yang kental, walaupun tidak memiliki mata sipit seperti kebanyakannya orang asia timur dan warna putih kulit langsat seperti asia tenggara, tapi wajah itu menjelaskan kalau pria itu tidak memiliki fisik orang eropa seperti kebanyakan. —'apakah dia orang thailand' bisik Cesya.

"apa? " sahut Renal bingung, Cesya yang menyadari ucapannya langsung mundur.

"tidak, tidak apa-apa" Ucap Cesya dengan senyum kikuk. Renal tak ambil pusing dan mulai terbiasa dengan tingkah aneh Cesya.

Sebelum keluar Cesya teringat dengan ponselnya dengan setengah berlari ia kembali ke meja untuk mengambil ponselnya.

Lalu ia menyusul Renal yang sudah keluar dari perpustakaan, hujan masih turun walaupun hanya gerimis, tampak orang-orang berlalu lalang dengan payung di depan gerbang perpus, suhu diluar bertambah dingin karena hujan.

Renal menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 4 sore waktu setempat. mereka berdiri sesaat di teras perpus. tanpa aba-aba Cesya membuka sebuah payung setelah mengeluarkan payung lipat itu dari mantelnya, yang seketika membuat Renal kaget.

"ayo! " ajak Cesya, Renal seperti bertepuk tangan di hatinya kagum—ternyata gadis di hadapannya itu tidak sepenuhnya tidak berguna.

Mereka pun berjalan dengan payung yang sama menuju gerbang perpus, karena tinggi badan mereka yang cukup berbeda jauh, sangat aneh kelihatannya Cesya yang memegang payung.

"mendekat lah" Ucap Renal seraya mengambil alih payung dan meminta Cesya untuk mendekatinya, Cesya pun mengikuti instruksi Renal itu.

"apa kau punya tempat tujuan lain? " tanya Renal menyesuaikan langkahnya dengan Cesya.

"tidak, aku akan pulang saja" jawab Cesya, Renal mengangguk dan berhenti setelah keluar dari gerbang perpus seraya melihat sekeliling lalu melambaikan tangannya untuk memberhentikan sebuah taksi.

Cesya tampak bingung, karena ia berpikir, Renal akan pergi menggunakan taksi.

Saat taksi menepi Renal membukakan pintu penumpang dan meminta Cesya untuk masuk.

"masuklah" ucap Renal menahan pintu taksi supaya Cesya bisa masuk ke dalam bangku penumpang.

"tidak aku bisa—" belum sempat Cesya menyelesaikan perkataannya Renal menariknya perlahan untuk masuk kedalam taksi.

Cesya pun dengan tidak enak hati masuk kedalam taksi.

"tolong pergi ke alamat gadis ini tuju." ucap Renal seraya menyerahkan beberapa pounds kepada sang supir.

"aku bisa membayarnya nanti" ucap Cesya berusaha untuk keluar dari taksi, tapi Renal dengan cepat menutup pintu taksi, yang membuat Cesya hanya bisa melihat Renal dari jendela taksi yang terbuka, saat Renal ingin mengembalikan payungnya, tiba-tiba Cesya menahan tangan Renal.

"untuk anda saja, anggap saja ini hadiah terima kasih saya" ucap Cesya dengan wajah memelas merasa bersalah sudah terlalu membebani Renal saat itu.

"baiklah, hati-hati dijalan" Ucap Renal, Cesya mengangguk senang setidaknya ia bisa memberikan payung itu pada Renal. Cesya pun mengatakan alamatnya kepada pak Supir.

Cesya melambaikan tangannya kearah Renal dan di sambut lambaian kecil dari Renal, taksi pun mulai jalan, Renal yang melihat taksi itu mulai menghilang diantara mobil-mobil yang berlalu lalang, langsung melangkahkan kakinya menuju ke pertokoan, untuk membeli beberapa barang yang akan ia jadikan oleh -oleh.

Cesya yang berada di dalam taksi memperbaiki duduknya dan membuka ponselnya.

"loh kok mati" gumam Cesya saat berusaha menyalakan ponselnya.

'perasaan baterai nya masih 50% tadi'—batin Cesya tapi ia pun menyerah sambil mengangkat bahunya tak berdaya karena ponselnya sudah mati total, ia pun mengembalikan ponselnya kedalam saku mantelnya.

Sedangkan di tempat lain Renal  baru saja keluar dari toko, kini ia menuju ke sebuah cafe untuk menikmati kota manchester di hari terakhirnya di kota itu.

Hujan sudah berhenti serta payung yang di berikan oleh Cesya sudah ia tutup dan ia bawa di tangannya, saat di dalam cafe setelah ia memesan kopi ia pun duduk di kursi samping jendela kaca besar untuk menikmati suasana kota Manchester yang penuh dengan orang yang berlalu lalang.

Bersambung… 

Terpopuler

Comments

Nilaaa🍒

Nilaaa🍒

Hadiah pertemuan🤭

2023-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!