BAB. 13 Pergi ke London

Kirana menghampiri anak sulungnya yang kini sedang meletakan beberapa bumbu dan bahan makanan yang akan mereka jadikan barbeque.

"bagaimana pekerjaanmu, nak? "tanya Kirana sambil menusuk beberapa sayur dan daging ke besi khusus memanggang barbeque.

" baik, semuanya baik-baik saja" jawab Aditya santai. Kirana hanya tersenyum mendengar ucapan anaknya itu.

"apa ada masalah di London? " tanya Kirana, Aditya terdiam tampak menimbang-nimbang sesuatu, lalu ia menatap ibunya.

"apa ibu kecewa aku pindah dari rumah sakit? " ucap Aditya dengan wajah penasaran.

"tentu tidak, itu adalah pilihanmu,hanya saja jarak rumah sakit tempat kerjamu sekarang cukup jauh, apa tidak apa-apa kau berangkat ketempat yang jauh dari apartemen kita" ucap Kirana, membuat Aditya terdiam.

"sebenarnya aku sudah membeli apartemen baru dan apartemen lama itu—" belum selesai Aditya berbicara, ayahnya pria berambut coklat lurus di potong cepak sangat rapi, berbeda dengan kedua saudara lelakinya yang berewok Christopher ayah dari Aditya itu hanya memiliki kumis tipis dan tubuhnya jangkung serta agak berisi.

"ayo cepat kita mulai memanggangnya" seru Christopher membuat semua orang bersorak gembira.

"kau mau bilang apa tadi" tanya Kirana memastikan kalau barusan Aditya ingin membicarakan sesuatu.

"ah, tidak... tidak apa-apa" jawab Aditya dengan cepat, seraya membawa tusukan besi yang dipenuhi sayuran dan daging itu ke depan dimana ayahnya sedang menyiapkan tempat panggangan.

Kirana menatap punggung anak sulungnya merasa ada yang mengganjal.

Sesekali Aditya melihat adiknya Cesya dengan banyak pikiran di kepalanya, —'ku harap tidak terjadi apa-apa' batin Aditya.

Malam itu keluarga Brown menikmati kebersamaan mereka dengan suka cita, hingga hampir tengah malam.. .

Sedangkan di tempat yang berbeda, Renal baru saja pulang dan masuk ke kamar penginapannya.

"dari mana saja kau" Marah Jonny pria berambut pirang dengan warna mata kelabu, teman sekamar serta salah satu perawat yang datang bersama Renal ke Manchester yang bertugas membantunya sebagai relawan untuk seminar.

"ada apa? " tanya Renal bingung, Jonny menyodorkan ponselnya yang sedang dalam panggilan telpon. Renal mengambil ponsel itu dan mengangkat telponnya.

"halo" seru Renal.

"kemana saja kau" suara marah pria diseberang sana yang bisa Renal kenali yaitu Dr. Richard.

"ponsel saya mengalami sedikit bermasalah, ada apa dokter? " tanya Renal, terdengar suara Dr. Richard menjadi berat.

"kembalilah malam ini juga, ada sesuatu yang terjadi, aku butuh kau untuk ikut bersamaku kedalam ruang operasi, ingat ini kesempatanmu untuk langsung melakukan tindakan" Ucap Dr. Richard dengan suara gusar, Renal paham betul maksud dari Dr. Richard itu.

"baiklah aku akan mencari tiket kereta untuk berangkat malam ini" ucap Renal, seraya menutup panggilan setelah mendengarkan beberapa ucapan dari Dr. Richard.

"kita pulang malam ini, bersiap-siaplah dan cari tiket kereta untuk malam ini? " Ucap Renal kepada Jonny saat ia mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya.

"apa! oh baiklah...tentu saja" jawab Jonny sambil menggerutu karena kejadian seperti ini tidak hanya 1 atau 2 kali dalam hidupnya sebagai perawat, seraya membuka beberapa aplikasi di ponselnya.

Sedangkan Renal dengan cepat merapikan barang-barangnya.

"ada! keberangkatan 1 jam lagi" pekik Jonny, Renal yang mendengar itu mempercepat geraknya. dan kini Jonny juga dengan cepat merapikan barang-barangnya, setelah dirasa mereka tak ada lagi barang yang tertinggal dengan cepat Renal dan Jonny pun check out dari penginapan.

Mereka menuju ke stasiun kereta api menggunakan taksi, saat itu jam sudah menunjukan jam 11 malam. di stasiun kereta api tampak sepi walaupun masih ada beberapa orang yang berlalu lalang bahkan menunggu kereta api yang sama seperti mereka, sekitar 20 menit lagi kedatangan kereta api terlihat dari  layar jadwal kereta api yang berkelap kelip di dinding informasi.

Renal duduk di kursi tunggu panjang, sedangkan Jonny pergi untuk mengambil tiket fisik dari mesin tiket digital di stasiun itu. mata Renal menatap terus kearah ponsel yang ia bawa.

'gadis ini bahkan tidak tahu caranya membuat kata sandi untuk ponselnya' batin Renal saat mengetuk layar hp itu yang langsung muncul halaman utama, dan ia pun mulai berpikir kemungkinan akan sulit baginya untuk mengembalikan ponsel itu kepada Cesya.

Sesekali ia mengusap wajahnya mencoba menghilangkan banyaknya pikiran di otaknya saat itu. entah berapa lama Renal tenggelam dalam pikirannya sampai Jonny menyadarkannya untuk naik kereta yang ternyata sedari tadi sudah tiba.

Renal dengan cepat membawa kopernya masuk kedalam kereta yang tak terlalu banyak penumpang itu, lalu duduk di tempat no tiket yang di dapatnya dari Jonny sebelumnya.

Setelah para penumpang masuk meninggalkan kesunyian di stasiun, kereta pun tak lama berjalan, Renal dan Jonny menaiki kereta terakhir dimana mereka akan melakukan transit di beberapa daerah untuk sampai ke kota London, malam itu menjadi malam yang panjang buat Jonny dan Renal.

Keesokan harinya pukul 2 siang—

"Cesya! apa kau sudah mempersipakan semuanya" Teriak Lydia yang bersiap-siap untuk mengantar adiknya itu ke bandara.

"iya sebentar" Sahut Cesya seraya merapikan beberapa barang kecil yang akan ia bawa.

"ponselku dimana" gumam Cesya seraya mencari ponselnya ke seluruh penjuru kamar, sambil menggaruk kepalanya ia pun mengingat-ingat terakhir kali ia memakai ponselnya.

"di mantel" bisiknya mengingat, sambil membawa koper dan juga tas kecil ia menuruni tangga, menuju ke pintu depan.

"apa kau sudah siap? " tanya Lydia saat melihat adiknya yang sedang terburu-buru itu berlalu dari hadapannya.

"iya" seru Cesya begitu saja seraya mengambil mantelnya yang ada di dalam lemari.

Lalu dengan cepat mencari ponselnya, saat sudah mendapati ponselnya. dan mengetuk-ngetuk layar ponsel yang tak kunjung menyala itu dan tersadar sejak pulang kemarin ia belum sempat mencharger ponselnya.

"Ayo" seru Lydia membuka pintu rumah, sayangnya tak ada waktu lagi untuk mencharger ponselnya, dengan merengut Cesya pun mengikuti kakaknya keluar dari rumah.

Keluarga Cesya pun ikut mengantar kepergian Cesya sampai ke depan pintu rumah. tanpa terkecuali kakek, nenek dan ayahnya.

"aku pergi papa" Ucap Cesya seraya memeluk ayahnya.

"hati-hati di jalan, pastikan kau menghubungi kami saat tiba" ucap Christopher merasa tak rela anak bungsunya itu akan pergi lagi darinya.

"jangan membuat masalah, ok" tambah Kirana, seraya memeluk Cesya.

"kita akan bertemu lagi nanti" ucap Aditya dengan raut wajah yang sulit di tebak, lalu memeluk Cesya. Cesya hanya tersenyum dan mengangguk.

Kemudian setelah melepas pelukan Aditya, Cesya pun memeluk kakek dan neneknya.

"Jaga kesehatanmu sayang" Ucap nenek berwajah cantik dengan mata sendu, walaupun dipenuhi keriput tapi nenek masih tampak cantik dengan rambutnya yang tipis dan beruban serta kakeknya yang bertubuh tinggi dan berisi, wajahnya yang tua dan ramah, membuat sedikit kenangan terlintas dalam pikiran Cesya dimana kakeknya itu masih seperti pria gagah yang sering menjenguknya dimasa kecil, kini dipenuhi keriput dan sering sakit-sakitan.

"aku akan merindukan kalian" ucap Cesya sedih, nenek mengelus pipi cucu kecilnya itu dan mengangguk mengerti.

Cesya pun berbalik menuju kearah kakaknya yang kini sudah berada di dalam mobil siap mengantar Cesya untuk pergi ke bandara.

Bersambung…

Terpopuler

Comments

Doubi

Doubi

Astafirullah, janganlah begitu nak😅🫂

2023-08-03

0

raazhr_

raazhr_

next thor, semangat😉

2023-08-03

1

raazhr_

raazhr_

di tendang dong wkwk😭 Jan galak² ces😆

2023-08-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!