"Mama..."
"Kamu ngapain peluk pembantu ini?"
Sudah Dafi duga pertanyaan itu akan meluncur dari mulut orang tuanya. Ia tidak menduga bila sang mama sudah ada di rumah ini, ia kira mama akan datang setelah ia pulang dari kantor.
Pria itu melirik Indira yang tampak jelas raut kecemasan dan ketakutan dari wajahnya. Arum menatap lekat keduanya, menunggu jawaban putranya. Dengan jelas ia melihat Dafi tiba-tiba memeluk Indira. Tidak mungkin penglihatannya salah.
Dan apa itu pantas dilakukan seorang majikan pada pembantu?
"Aku tidak memeluknya. Aku hanya ingin mencuci tangan." Sepertinya itu jawaban paling bodoh yang Dafi lontarkan.
Setenang-tenangnya Dafi menampilkan raut wajahnya ataupun bahasa tubuhnya, Arum takkan mudah dibohongi ia kenal betul putranya tersebut apalagi bila sedang berbohong.
"Kamu yakin, Dafi? Kamu tidak berniat membohongi Mama?" ucap Arum. Kini, tatapannya beralih pada Indira."Dan kamu, Indira coba jelaskan yang sebenarnya."
Kecemasan dan ketakutan Indira semakin menjadi-jadi. Ia melirik Dafi seolah meminta pertolongan. Terlalu dirudung ketakutan wadah yang Indira pegang jatuh ke lantai.
"Sudah, Ma. Jangan tanya Indira seperti itu, kita tidak melakukan apapun." Dafi melangkah mendekati Arum. Berusaha meyakinkan wanita paruh baya itu.
Arum menggeleng. Tak termakan dengan ucapan putranya. Bahwa ia semakin curiga melihat gelagat Indira yang tak bisa menyembunyikan kecemasannya. Kini, tatapan Arum fokus pada manik hitam Dafi.
"Kamu tahu kan Dafi, Mama tidak bisa dibohongi. Walau seberusaha apapun kamu berkilah. Mama sudah beberapa menit yang lalu berada di area dapur ini."
Dafi langsung mengantupkan bibirnya. Ia melirik Indira yang menekukkan wajahnya ke bawah dengan ekspresi yang sama. Dafi menghela napas pelan, butuh berapa menit untuk ia membuka suara membalas ucapan sang mama.
"Iya, apa yang Mama lihat memang benar. Aku memang ada hubungan dengan Indira__"
Plak!
Tamparan keras langsung melayang keras ke pipi Dafi. Indira membekap mulutnya, shock dan terkejut dengan pemandangan di depan matanya.
Dafi mengusap pipinya yang kini tampak memerah. Arum menatap marah dengan emosi yang terlihat dari wajahnya yang memerah.
"Mama nggak pernah ngajarin kamu jadi pria brengsek seperti ini, Dafi! Apalagi sampai menjalin hubungan dengan Indira sedangkan kamu sudah beristri!" pekik Arum.
Ia benar-benar tak menyangka Dafi menjalin hubungan gelap dengan pembantunya sendiri. Sangat memalukan!
"Ma, aku bisa jelaskan. Ini semua tidak seperti yang Mama pikirkan_"
"Apapun alasannya Mama tidak membenarkan apa yang kamu lakukan, Dafi!"
Lagi-lagi Arum memotong ucapan putranya. Ia sangat benci perselingkuhan terlebih itu dilakukan oleh putranya sendiri. Kecewa? Tentu, Arum sangat kecewa dan marah. Dan ia tidak ingin mendengar alasan apapun untuk berusaha membela pembantu yang ia anggap gadis baik-baik itu.
Tatapan Arum beralih pada Indira.
"Apapun alasannya kamu tetap pelakor! Lebih baik hidup dalam hinaan daripada jadi simpanan!"
Ucapan Arum bagai lesatan anak panah yang tepat mengenai ulu hati Indira. Wanita paruh baya itu terburu-buru emosi terlebih dahulu tanpa ingin mendengar penjelasan yang sebenarnya.
Sungguh, Indira tidak pernah ingin diposisi ini. Menjadi istri simpanan majikannya. Namun, satu alasan membuat ia setuju menjadi istri kedua adalah buah hati yang tengah ia kandung.
Terkadang orang-orang langsung mengambil kesimpulan atas apa yang mereka lihat tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka hebat dalam masalah mengoreksi kesalahan seseorang dan menghakiminya.Tanpa tahu mentalnya terguncang atas sesuatu yang ia sendiri tidak ingin di posisi ini.
Indira tahu ini salah dan sangat salah tapi di posisi ini ia adalah korban yang paling dirugikan.
"Cukup, Ma! Jangan salahkan Indira. Aku yang salah, aku yang salah dalam masalah ini! Indira sedang hamil anakku!"
Ucapan diakhir kalimat yang Dafi lontarkan membuat Arum terperangah tak percaya. Wanita paruh baya itu hampir limbung ke samping bila Dafi tak sigap menahan tubuhnya. Arum terlihat sangat shock.
"Dia hamil?" Arum kembali bertanya untuk memastikan apa yang ia dengar tak salah.
Dafi mengangguk."Iya, Ma. Tapi kali ini jangan salahkan Indira lagi. Aku akan menceritakan semuanya. Sekarang kita ke kamar dulu."
Dafi menggiring orang tuanya menuju ke kamar. Sebelum meninggalkan tempat itu Dafi menoleh menatap Indira sekitar, mata wanita itu tampak sembab dan itu membuat hatinya perih.
Indira mengusap kasar air mata yang kini berguguran dengan derasnya setelah suaminya pergi dari tempat ini. Saat ini hatinya diselimuti ketakutan. Takut orang tua Dafi tak menerima statusnya yang kini menjadi Istri kedua Dafi. Ia tahu, hal ini benar-benar membuat wanita paruh baya itu shock ditambah ia hanya pembantu dengan status sosial yang berbeda jauh dengan suaminya.
•
•
Tatapan Arum lurus dengan sorot mata kosong mendengarkan penjelasan Dafi. Termasuk saat Dafi melakukan hal tak sepantasnya pria itu lakukan pada pembantunya sendiri hingga tumbuh janin di dalam rahim pembantu tersebut. Marah? Tentu Arum sangat marah mendengar fakta yang sebenarnya.
"Maafkan aku, Ma. Aku salah sudah melakukan itu dengan Indira. Tapi aku melakukannya saat tidak sadar."
"Aku tidak mungkin melepaskan Indira, dia sedang mengandung anakku..." ucap Dafi serak, bersimpuh di hadapan Arum yang tengah duduk di bibir kasur dan tak memberikan reaksi apapun kecuali kebisuan.
"Lalu bagaimana dengan Airin?" tanya Arum setelah terdiam beberapa saat dengan tatapan yang sama, lurus ke depan.
Dafi yang menunduk dalam di hadapan sang mama kini mendongak. Dafi terdiam beberapa saat.
"Airin tidak tahu tentang masalah ini. Tapi aku mohon jangan beritahu Airin, Ma. Aku tidak ingin kehilangan Airin..."
Dafi meraih kedua tangan Arum lalu menggenggamnya begitu erat."Aku sangat mencintai Airin, aku tidak ingin dia marah dan kecewa setelah tahu apa yang aku lakukan."
Ketakutan menyelimuti benak Dafi dengan bayangan dalam kepalanya bila Airin sampai mengetahui ini semua dan meninggalkannya.
Arum memejamkan matanya sejenak lalu menghela napas dalam."Lalu, setelah bayi itu lahir apa yang akan kamu lakukan?" tanya Arum.
"Aku akan menceraikan Indira. Aku menikahinya sampai bayi itu lahir."
______
Yang penasaran dengan bagian bab selanjutnya. Spoiler bab selanjutnya aku posting di SG, Instagram @khazana_va
Maaf ya aku belum bisa posting spoiler bab selanjutnya di tempat ini🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ainisha_Shanti
dasar lelaki pecundang 😡😡😡.
2023-08-14
0
Maulana ya_Rohman
seperti gak punya hati dan perasaan🤧
2023-08-12
1
inisial_S🍃
setelah cerai Indira yang berhak atas anaknya.. 😋
2023-08-12
2