Dafi tampak tenang duduk menunggu dokter yang tengah menangani Indira keluar dari ruangan. Sesekali pria itu melirik arloji. Kurang dari dua menit dokter keluar dari ruangan membuat Dafi menoleh.
Dafi bangkit dari kursi besi tempat ia duduki lalu menghampiri dokter Andi.
"Bagaimana keadaannya?"
"Semuanya baik. Hanya saja pasien kurang asupan makanan membuat tenaganya lemah dan demam. Kalau bisa makan yang teratur dan perbanyak makan sayur, buah-buahan karna itu sangat bagus untuk wanita yang tengah hamil. Apalagi dia tengah hamil muda," papar dokter Andi rinci.
Tubuh Dafi seketika mematung mendengar ucapan terakhir dokter pria tersebut. Apa ia tidak salah dengar? Indira hamil?
"Maksud Dokter, dia hamil?"
Dokter itu mengangguk."Iya, Pak. Dia tengah hamil. Apa anda sebagai suaminya tidak tahu tentang hal ini?"
Dafi merapatkan bibirnya, ia menunduk dengan tatapan yang bergulir. Napas Dafi mendadak memberat. Dan tanpa mengatakan apapun ia menerobos masuk ke dalam ruangan menghiraukan panggilan dokter Andi.
Kedua manik coklat itu perlahan terbuka. Rasa denyutan di kepala membuat Indira meringis kecil. Ia menatap ruangan bercat putih yang tampak asing serta bau obat-obatan yang menyengat.
"Apa kamu sudah tahu tentang kehamilan ini?"
Baru saja siuman, Dafi menerobos masuk ke dalam ruangan lalu menyemburkan pertanyaan pada Indira yang saat ini tergolek lemah di brankar. Tatapan wanita itu tampak sayu.
Raut keterkejutan pun tampak jelas di wajah pucat Indira. Sementara Dafi tak sabar menunggu jawaban wanita muda tersebut yang diam membisu.
"Jangan diam! Jawab pertanyaan saya. Apa kamu sudah tahu kalau kamu sedang hamil?"
Dafi kembali mengulang pertanyaannya dan kali ini penuh penekanan. Indira mengigit bibir bawahnya, ia meremas sprei brankar penuh ketakutan.
"Apa kamu bisu? Cepat jawab!"
"I-iya..." Indira membalas tersendat-sendat. Dafi yang mendengar itu mendesah.
"Kenapa tidak mengatakan kehamilan kamu pada saya?"
Indira tersenyum getir. Dadanya semakin terasa sesak dan perih."Memangnya kalau saya mengatakan tentang kehamilan ini apakah Tuan akan bertanggung jawab? Tidak, kan. Jadi buat apa saya mengatakannya."
Tanpa diinginkan air mata merembes dari pelupuk mata Indira yang semakin membanjir.
"Saya sudah hancur setelah Tuan merenggut hal yang sangat penting dalam diri saya. Dan sekarang saya harus mengandung, yang saya sendiri tidak pernah menginginkannya."
Dafi diam seribu bahasa. Pria itu terus mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Indira, yang mengandung banyak kepedihan di dalamnya. Dan Dafi bisa merasakan itu.
Indira menangis sesegukan hingga tubuh wanita muda itu gemetar. Bahkan ia tersendat-sendat saat mengucapkan setiap kata. Ini benar-benar sakit. Bahkan sangat sulit untuk mengutarakan rasa sakit ini.
"Andai boleh, saya ingin menggugurkan janin ini. Daripada dia lahir dan tersiksa karna aib masa lalu saya. Dan saya tidak ingin dia lahir tanpa seorang ayah..."
"Jaga ucapanmu itu! Saya tidak akan mengizinkan kamu menggugurkan anak saya!" ucap Dafi sarkas.
Mendadak emosi Dafi langsung naik mendengar ucapan Indira.
"Kenapa? Bukankah bagus janin ini saya gugurkan. Setidaknya ini bisa menutup rapat kebejatan Tuan..."
"Indira!" Kilatan penuh amarah terpancar dari sorot mata Dafi pada wanita muda itu. Sementara Indira berusaha berani pada Dafi. Walaupun dalam hati ia begitu takut melihat pancaran kemarahan majikannya.
Tapi, bila ia terus diam di bawah tekanan majikannya, justru ia akan semakin tersiksa. Ia berhak mengambil keputusan dalam hidupnya.
"Jangan main-main dengan saya. Apa yang kita berdua lakukan memang salah, tapi jangan pernah menyalahkan janin itu hadir dalam rahim mu!" ucap Dafi yang sedikit melembutkan suaranya di akhir kalimat.
Indira membuang muka ke arah lain. Ia benar-benar muak melihat wajah majikannya. Pria itu tidak akan tahu apa yang ia rasakan. Walaupun kejadian malam itu tidak sepenuhnya salah Dafi.
Dafi melangkah semakin mendekat pada Indira yang enggan menatap dirinya. Matanya menelisik sekujur tubuh Indira yang sangat kurus dan kini matanya fokus menatap perut datar wanita muda tersebut.
"Dia hadir karna kesalahan tapi bukan berarti dia harus disingkirkan..." Ucapan Dafi membuat Indira semakin meneteskan air matanya.
Tangan Indira menyentuh perutnya. Ia pun tak berniat menyingkirkan nyawa kecil dalam rahimnya. Tapi, jika di pertahankan, apakah anaknya nanti akan bahagia? Apakah ada yang menjamin anaknya tidak menjadi sasaran kata-kata jahat semua orang karna lahir tanpa seorang ayah?
•
•
Dafi duduk melamun di ruang televisi. Mata pria itu menatap layar televisi yang menyala namun pikirannya ke mana-mana. Ia mendesah frustasi. Pernyataan tentang kehamilan Indira menjadi pikiran Dafi saat ini.
"Mas, sudah pulang?" Airin tampak terkejut melihat Dafi sudah duduk di ruang televisi. Biasanya Dafi pulang pukul 7 malam.
Wanita itu baru saja pulang setelah pekerjaannya selesai.
Airin mengkerutkan keningnya melihat suaminya tampak melamun sampai tidak mendengar suaranya.
"Mas!"
Airin menepuk bahu Dafi, membuat pria itu tersentak dari lamunannya. Dafi mendongak menatap sang istri yang sudah berdiri di hadapannya.
"Mas kenapa melamun? Apa ada masalah?"
Airin ikut mendudukkan dirinya di samping Dafi. Pria itu tak langsung menjawab, melainkan mengusap pucuk kepala sang istri lembut.
"Tidak apa-apa, Sayang. Kamu kapan pulang?"
"Baru saja. Mas, tidak berangkat kerja tadi?" Dafi menggeleng.
Airin bangkit dari tempat duduknya."Aku ke kamar dulu ya Mas. Badanku berasa lengket banget mau mandi."
Dafi mengangguk.
"Indira, Indira!"
"Indira sakit, Sayang. Biarkan dia istirahat di kamar."
Ucapan Dafi membuat Airin menghentikan teriakannya. Dan kini kembali menatap suaminya.
"Masih sakit? Aku kira sudah sembuh. Akhir-akhir ini Indira sakit terus. Kalau begini pekerjaan rumah jadi terbengkalai, Mas..." keluh Airin.
Dafi menghela napas berat."Mungkin dia terlalu kelelahan. Sebaiknya kamu cepat mandi," ucap Dafi. Kali ini ia harus menutupi kehamilan Indira jangan sampai Airin tahu tentang kehamilan Indira.
_____
Hai semuanya! Terima kasih sudah mampir.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen. See you di part selanjutnya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ludi Asih
sabae indira nanti kamu jd nyonya dafi kok
2023-10-10
0
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
tak apa lah sakit2 dlu setelah itu bahagia🤗
2023-07-27
1
Maulana ya_Rohman
tersiksa batin, pikirn, hati, jiwa, pokok nya komplet..... kenapa Dafi gak peka😭😭😭😭😭
2023-07-27
1