IRSM: Benih yang Tak Dinginkan

Satu bulan berlalu....

Sudah satu bulan Indira bekerja di rumah tersebut. Memendan rasa trauma dan sesak  yang ia rasakan, tak mudah melupakan kejadian yang membuat mahkotanya terenggut. Meski sudah beberapa minggu berlalu Dafi terus memberikan tekanan dan ancaman agar ia tak buka mulut. Dan seperti yang pria itu katakan, ia mendapatkan gaji tiga kali lipat. Tapi apakah uang bisa mengembalikan apa yang hilang dalam dirinya? Tidak.

Ia tidak jauh beda seperti pelacur di luaran sana. Ia merasa sangat kotor meski mandi dengan air sebanyak apapun di dunia ini.

Indira membekap mulutnya tiba-tiba rasa mual dan perut yang bergejolak kembali melanda. Akhir-akhir ini ia selalu merasakan mual dan pusing. Mungkin karna efek kelelahan.

Saat fokus dengan pekerjaannya membersihkan meja makan, Indira menghentikan pergerakan tangannya. Ia baru ingat sudah lewat seminggu ia tidak datang bulan. Seharusnya minggu kemarin ia datang bulan. Karna ia tahu betul tanggal berapa ia datang bulan.

Tiba-tiba raut kecemasan tampak di wajah Indira. Ia meremas serbet yang ia pegang. Tangannya mengusap perut datarnya.

"Semoga saja aku tidak hamil..." lirih Indira. Cukup kehormatannya yang direnggut, dan itu sudah membuat hatinya hancur berkeping-keping. Jangan sampai ada kehidupan baru yang tumbuh di dalam rahimnya. Sungguh, mungkin ia takkan sanggup bila itu benar-benar terjadi.

"Indira!" Suara teriakan nyaring Airin membuat Indira yang larut dalam lamunannya terlonjak.

Buru-buru wanita muda itu menghampiri sang majikan yang terus berteriak memanggil namanya. Terlihat Airin tengah mengeluarkan kantong plastik belanjaan dari bagasi mobil. Hari ini ia libur bekerja dan memutuskan untuk berbelanja keperluan dapur dan kebutuhannya juga.

"Kenapa kamu lama sekali. Seharusnya saat dipanggil cepat datang. Sekarang malah aku yang menurunkan barang-barang ini!" gerutu Airin meletakkan plastik putih di lantai.

"Maaf. Tadi saya di belakang," balas Indira seraya mengangkat dua kantong belanjaan. Namun, rasa mual yang Indira rasakan semakin menjadi-jadi ketika aroma tak mengenakan yang berasal dari kantong belanjaan.

Huek!

Tanpa bisa di tahan Indira memuntahkan cairan bening yang kental ke lantai membuat Airin terpekik melihatnya. Wanita muda itu menjatuhkan barang belanjaan lalu berlari menuju ke wastafel. Indira memuntahkan seluruh isi dalam perutnya yang terasa sangat bergejolak.

"Bila sakit seharusnya minum obat," ucap Airin yang menyusul pembantunya tersebut. Wanita cantik dengan tubuh ideal itu mengusap tengkuk Indira dengan lembut. Meski memiliki mulut yang pedas Airin begitu baik.

"Kamu seperti orang yang sedang hamil."

Celetukan yang Airin lontarkan membuat tubuh Indira seketika menegang. Kini, Indira membersihkan mulutnya lalu menegakkan tubuhnya.

"Saya tidak apa-apa, Nyonya. Hanya mual biasa, mungkin karna kelelahan," balas Indira mengulas senyum tipis di bibir yang terlihat pucat.

"Tapi kamu harus tetap minum obat. Ini, kamu suruh satpam membelikan kamu obat di apotek. Saya tidak mau kamu sampai sakit. Karna semua pekerjaan rumah kamu yang handle." Airin mengeluarkan selembar uang dari tasnya lalu memberikan pada Indira.

Wanita itu awalnya menolak uang pemberian Airin. Dan menyakinkan bahkan ia baik-baik saja, tapi Airin tetap memaksa membuat Indira terpaksa menerimanya.

"Bersihkan bekas muntahanmu tadi di lantai dan jangan lupa susun barang belanjaan di dapur. Dan jangan lupa juga buatkan aku jus mangga," titah Airin yang diangguki Indira.

Airin beranjak pergi menuju kamarnya. Sementara Indira menatap lembaran uang yang ia pegang sekarang. Apa ia harus membeli benda itu untuk memastikan semuanya? Jujur, ia benar-benar takut bila hasilnya positif. Tapi, ia juga berhubungan dengan majikannya sekali dan tak mungkin jadi.

Indira berusaha berpikiran positif.

"Mas..." Airin menyambut semangat suaminya yang baru saja pulang setelah beberapa hari menginap di luar kota karna urusan pekerjaan.

Dafi memeluk Airin, mencium singkat bibir merah sang istri. Aroma harum yang menguar dari tubuh Airin membuat Dafi ingin berlama-lama memeluk wanita tersebut. Rasa rindu dan letih yang ia rasakan langsung musnah setelah bertemu dengan Airin, wanita yang sangat ia cintai.

"Bagaimana keadaanmu, Sayang? Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Dafi yang juga memastikan Indira tak membuka rahasia mereka berdua selama ia pergi ke luar kota.

Airin mengangguk."Semuanya baik, Mas. Apa Mas lapar? Aku sudah menyiapkan makanan untukmu."

Airin menggiring Dafi ke meja makan yang sudah tersedia begitu banyak makanan.

"Apa kamu yang membuatnya?"

Airin mengangguk. Wanita itu mengambil piring kosong lalu mengambil nasi serta lauk kesukaan suaminya. Dafi menuang air putih lalu meminumnya.

"Di mana pembantu itu?" tanya Dafi setelah menghabiskan air minumnya. Matanya menatap setiap sudut ruangan yang tak ada tanda-tanda sosok wanita itu muncul.

"Dia punya nama, namanya Indira. Kamu dari kemarin panggil dia pembantu terus. Tadi Indira izin keluar, mau ke apotek. Padahal sudah aku suruh untuk minta belikan satpam saja."

Sebelah alis Dafi terangkat mendengar penuturan sang istri."Dia sakit?"

Airin mengangguk sambil meletakkan piring di depan Dafi."Iya, Mas. Dari tadi mual-mual terus kayak orang lagi hamil," balas Airin.

Uhuk!

Dafi terbatuk, tersedak ludahnya sendiri kala mendengar ucapan sang istri. Pria itu kembali meminum air putih untuk meredakan batuknya.

"Indira!"

Suara panggilan Airin membuat Indira yang baru saja dari apotek menghampiri majikannya. Wanita muda itu sedikit terkejut ketika mendapati Dafi sudah pulang dari luar kota. Sementara Dafi menatap Indira dengan tatapan tajam seolah mengintimidasi membuat Indira benar-benar tak nyaman dengan tatapan yang diberikan.

"Sudah beli obatnya?" Airin melontarkan pertanyaannya. Ia menatap kantong plastik bening yang Indira pegang.

"Sudah, Nyonya. Saya permisi ke belakang dulu." Sungguh, Indira tidak ingin berlama-lama di tempat ini apalagi tatapan Dafi membuat ia takut.

Baru beberapa langkah menjauh dari meja makan panggilan Airin membuat Indira kembali menghentikan langkah kakinya.

"Ada apa Nyonya?"

"Jangan lupa setrika dress ku yang warna merah polos itu. Besok aku akan memakai itu!"

Indira mengangguk setelahnya ia kembali melanjutkan langkah menuju kamarnya yang tidak jauh dari dapur. Airin kembali melanjutkan melahap makanannya namun tatapan Dafi yang terus menatap Indira membuat wanita itu menghentikan kunyahannya.

"Kamu kenapa melihat Indira kayak gitu banget?"

"Tidak apa-apa," balas Dafi singkat dan kembali menyantap makanannya dengan pikiran ke mana-mana.

Indira menutupi pintu kamarnya. Ia mengeluarkan tespeck dari saku celananya.  Melihat benda panjang nan kecil itu sudah membuat dada bergemuruh penuh ketakutan.

"Semoga hasilnya negatif. Cukup mahkota ku yang terenggut, jangan sampai aku hamil..."

Indira masuk ke dalam kamar mandi untuk segera menggunakan benda itu. Dalam hati ia berharap besar hasilnya negatif meski harapan itu kecil. Apalagi akhir-akhir ini ia sering merasakan mual dan pusing.

Kurang dari satu menit mencelupkan tespeck ke urinnya, Indira mulai mengangkat benda itu. Perlahan garis dua yang begitu jelas tampak di tespeck itu. Seketika badan Indira melemas hingga menjatuhkan benda itu. Tubuh wanita itu hampir limbung ke samping bila tidak berpegangan pada tembok. Wajahnya terlihat sangat shock. Pelupuk matanya mulai berembun.

Indira meremas perut datarnya dari balik baju. Isakan kecil terdengar dari bibirnya yang gemetar.

"Apa yang harus aku lakukan..."

Ia benar-benar bingung. Hamil di luar nikah dan bingung harus meminta pertanggungjawabannya. Majikannya, Dafi adalah orang yang menanamkan benih ini dalam rahimnya. Tapi apakah pria itu akan bertanggung jawab? Sedangkan pria itu memaksanya untuk tutup mulut atas apa yang mereka berdua lakukan malam itu.

Airin langsung bergelayut manja di tangan kekar Dafi yang masih basah saat pria itu keluar dari kamar mandi setelah selesai mandi.

"Mas..." rengeknya.

"Ada apa, Sayang?"

"Besok pagi aku di jemput Seno. Teman aku, dia fotografer."

Raut wajah Dafi seketika berubah dingin. Airin yang melihat perubahan dari raut wajah suaminya tentu tahu jawabannya.

"Kami berdua hanya teman."

Dafi menghela napas kasar."Walaupun hanya teman, aku tidak ikhlas melepaskanmu dengan pria lain. Sebaiknya sopir pribadi kita saja yang mengantarkanmu daripada harus menumpang dengan pria lain atau aku saja yang mengantarkan mu!"

Airin merengut sebal."Aku bisa jaga batasan ya, Mas. Kamu kira kerja jadi model tidak bertemu banyak pria? Banyak Mas. Aku di jemput Seno karna tempat kerja kami sama. Aku kerja bukan selingkuh!" ucap Airin sedikit meninggikan suaranya.

Belum sempat Dafi hendak membalas ucapan Airin, wanita itu sudah keluar dari kamar dan menutup pintu dengan kasar. Dafi memejamkan matanya sejenak, berusaha meredam emosi yang mulai tersulut. Istrinya benar-benar keras kepala.

Terpopuler

Comments

inisial_S🍃

inisial_S🍃

ayok up

2023-07-25

0

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

lanjut lagi thor......
blm ada bucin sama Indira di dlm diri Dafi...

2023-07-24

0

Ainisha_Shanti

Ainisha_Shanti

orang kalau dah buat kesalahan. belum sempat orang memarahi kesalahannya, dia dah marah dulu.

2023-07-24

0

lihat semua
Episodes
1 IRSM: Terlalu Cinta
2 IRSM: Di Renggut Paksa!
3 IRSM: Ancaman Majikan
4 IRSM: Benih yang Tak Dinginkan
5 IRSM: Demam Tinggi
6 IRSM: Jangan Di Gugurkan
7 IRSM: Ajuan Pernikahan
8 IRSM: Pernikahan Siri
9 IRSM: Teman Sekampung
10 IRSM: Pernyataan yang mengejutkan
11 IRSM: Cemburu
12 IRSM: Tak Peduli
13 IRSM: Dia Hanya Pembantu!
14 IRSM: Hasrat yang Direndam
15 IRSM: Fantasi Liar Dafi
16 IRSM: Cemburu?
17 IRSM: Menginginkanmu
18 IRSM: Tertangkap Basah
19 IRSM: Hanya Sebatas Tanggungjawab
20 IRSM: Kenyataan menyakitkan
21 IRSM: Indira Yang Malang
22 IRSM: Hati Yang Terbakar
23 IRSM: Terlalu Gengsi
24 IRSM: Apakah Aku Penting?
25 IRSM: Dia Hamil?
26 IRSM: Melarikan Diri
27 IRSM: Antara khawatir dan Menyesal
28 IRSM: Permohonan Indira
29 IRSM: Kembali Ke Jakarta
30 IRSM: Keegoisan Dafi
31 IRSM: Mencari Pekerjaan
32 IRSM: Kejujuran Yang Menghancurkan
33 IRSM: Hancurnya Seorang Wanita
34 IRSM: Faza Bayu Irawan
35 IRSM: Permohonan Arum
36 IRSM: Pergi Jalan-Jalan
37 IRSM: Teringat Seseorang
38 IRSM: Ternyata bercerai
39 IRSM: Akhirnya Tertangkap!
40 IRSM: Biarkan Aku Bahagia
41 IRSM: Beri Satu Kesempatan Lagi
42 IRSM: Kecemburuan Dafi
43 IRSM: Dipermainkan Keadaan
44 IRSM: Berusaha Meyakinkan
45 IRSM: Saya Milikmu Indira
46 IRSM: Lupakan Masa Lalu
47 IRSM: Bercak Merah Pagi Hari
48 IRSM: Patah Hati
49 IRSM: Membuka Lembaran Baru
Episodes

Updated 49 Episodes

1
IRSM: Terlalu Cinta
2
IRSM: Di Renggut Paksa!
3
IRSM: Ancaman Majikan
4
IRSM: Benih yang Tak Dinginkan
5
IRSM: Demam Tinggi
6
IRSM: Jangan Di Gugurkan
7
IRSM: Ajuan Pernikahan
8
IRSM: Pernikahan Siri
9
IRSM: Teman Sekampung
10
IRSM: Pernyataan yang mengejutkan
11
IRSM: Cemburu
12
IRSM: Tak Peduli
13
IRSM: Dia Hanya Pembantu!
14
IRSM: Hasrat yang Direndam
15
IRSM: Fantasi Liar Dafi
16
IRSM: Cemburu?
17
IRSM: Menginginkanmu
18
IRSM: Tertangkap Basah
19
IRSM: Hanya Sebatas Tanggungjawab
20
IRSM: Kenyataan menyakitkan
21
IRSM: Indira Yang Malang
22
IRSM: Hati Yang Terbakar
23
IRSM: Terlalu Gengsi
24
IRSM: Apakah Aku Penting?
25
IRSM: Dia Hamil?
26
IRSM: Melarikan Diri
27
IRSM: Antara khawatir dan Menyesal
28
IRSM: Permohonan Indira
29
IRSM: Kembali Ke Jakarta
30
IRSM: Keegoisan Dafi
31
IRSM: Mencari Pekerjaan
32
IRSM: Kejujuran Yang Menghancurkan
33
IRSM: Hancurnya Seorang Wanita
34
IRSM: Faza Bayu Irawan
35
IRSM: Permohonan Arum
36
IRSM: Pergi Jalan-Jalan
37
IRSM: Teringat Seseorang
38
IRSM: Ternyata bercerai
39
IRSM: Akhirnya Tertangkap!
40
IRSM: Biarkan Aku Bahagia
41
IRSM: Beri Satu Kesempatan Lagi
42
IRSM: Kecemburuan Dafi
43
IRSM: Dipermainkan Keadaan
44
IRSM: Berusaha Meyakinkan
45
IRSM: Saya Milikmu Indira
46
IRSM: Lupakan Masa Lalu
47
IRSM: Bercak Merah Pagi Hari
48
IRSM: Patah Hati
49
IRSM: Membuka Lembaran Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!