Tubuh Indira menegang hingga kedua tangannya melepaskan piring yang ia pegang tanpa sadar. Sebuah pelukan dan sepasang tangan melingkar di perutnya membuat jantungnya berhenti berdetak dalam persekian detik. Aroma maskulin menguar membuat Indira bisa menebak pelaku yang tengah memeluknya.
Indira membalikkan tubuhnya dengan cepat, kedua matanya membola kala mendapati majikannya sudah berada di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat. Hembusan napas hangat pria itu menerpa permukaan wajahnya.
"Tu-tuan..."
"Asst..., diam Indira." Dafi meletakkan jari ujung telunjuknya di bibir lembab sang istri.
Detak jatuh Indira semakin menggila dengan sentuhan yang suaminya berikan dibagian bibirnya. Dafi sedikit memiringkan wajahnya, perlahan mengikis jarak diantara mereka berdua. Indira meremas sisi wastafel kala bibir mereka berdua menyatu. Awalnya hanya ciuman biasa namun berubah menjadi sebuah lum*tan dan sesapan penuh hasrat, hanya Dafi yang berhasrat melakukan itu. Sementara Indira begitu tegang.
Mencium istri keduanya bagai berciuman dengan patung tak ada balasan. Meskipun begitu, Dafi tetap menyukainya bahkan lebih bergairah dengan pembantunya tersebut. Dafi melepaskan tautan bibir mereka berdua. Napasnya memburu menatap kedua manik coklat istrinya.
Indira pikir Dafi akan berhenti sampai sini. Ia benar-benar takut, takut ketahuan Airin dan takut kembali melakukan hal sama seperti malam itu. Namun, apa yang Indira pikirkan tak sejalan. Dafi mengangkat tubuh Indira dalam gendongannya dan kembali menyatukan bibir mereka berdua. Bahkan pria itu mengigit bagian bawah Indira cukup kuat membuat wanita muda itu mengadu kesakitan hingga membuka mulutnya, Dafi segera melesatkan lidahnya ke dalam mulut Indira.
Dafi yang berpengalaman dalam urusan ranjang begitu mudah melumpuhkan Indira dalam kungkungannya. Membuat wanita muda itu takkan bisa menolak bahkan akan membuat Indira kecanduan dengan setiap sentuhan yang ia berikan.
Lenguhan wanita itu semakin membakar semangat Dafi untuk melakukan lebih dari ini. Ia meletakkan Indira di atas sofa, melepaskan satu persatu kancing baju Indira. Persetan dengan Airin yang mengetahui ini semua, ia sudah tak bisa menahan lagi. jujur, hasratnya mudah terpancing hanya melihat tubuh Indira. Istri keduanya seperti magnet yang membuatnya ingin terus melekat.
"Mas Dafi!" Suara keras Airin membuat Dafi tersadar dari fantasi liarnya membayangkan hal v*ulgar dengan sang pembantu.
Airin menghampiri Dafi yang diam mematung di belakang Indira. Sedangkan Indira baru menyadari majikannya entah sejak kapan berada di belakangnya tanpa ia sadari.
"Kamu ngapain dari tadi berdiri dibelakang Indira?" ucap Airin yang sadari tadi memperhatikan suaminya berdiri dibelakang Indira dan tatapan matanya terus menatap pembantunya.
"Aku hanya minta buatkan kopi pada Indira," dusta Dafi, mengusap tengkuknya menyamarkan gugup yang melanda benaknya. Setelah mengatakan itu Dafi beranjak dari sana tanpa ingin berkata pun.
Indira mengkerutkan keningnya dengan ucapan majikannya. Dafi tidak meminta dibuatkan kopi padanya. Apakah ini hanya alasan pria itu saja? Tapi kenapa harus berbohong, ucap Indira dalam hati.
Airin menatap kepergian suaminya dengan penuh tanda tanya dalam hatinya. Ia benar-benar tak puas dengan jawaban Dafi, apalagi suaminya terlihat gugup meski wajahnya terlihat tenang.
Kini, Airin beralih menatap Indira.
"Tolong belikan pembalut di minimarket depan, stok pembalutku sudah habis."
"Baik, Nyonya."
Airin memberikan selembar uang merah pada Indira.
"Kembalian nya kamu ambil saja untuk jajan," ucap Airin.
Indira mengangguk semangat. Kebetulan sekali ia juga ingin membeli rujak, dari tadi ia ingin sekali makan yang asam-asam.
Setelah meminta dibelikan pembalut pada Indira, Airin kembali ke kamar dan mendapati suaminya duduk bersandar di bahu ranjang sambil mengutak-atik ponsel. Wanita itu diam mematung diambang pintu, menatap rumit suaminya.
"Hati-hati dengan asisten rumah tangga zaman sekarang. Bisa-bisa suamimu tergoda dengan pembantunya sendiri kalau sering di tinggal berdua." Ucapan temannya beberapa hari lalu tiba-tiba terngiang-ngiang dalam kepala Airin.
Wanita itu menggelengkan kepalanya menepis pikiran buruk itu. Suaminya takkan mungkin tergoda dengan Indira. Suaminya sangat setia padanya. Apalagi melihat interaksi keduanya yang begitu kaku. Dan ia juga lebih cantik dari segi fisik dibanding Indira yang ia anggap seperti anak kecil karna sikap polos dan lugu pembantunya tersebut. Dafi lebih suka wanita agresif seperti dirinya.
"Sayang, kenapa berdiri di situ?" Suara Dafi membuyarkan lamunan Airin.
Airin tersenyum lalu melangkah menghampiri suaminya.
"Mama besok akan berkunjung ke sini. Baru saja mengirim pesan."
Ucapan Dafi membuat langkah Airin terhenti dan senyuman yang langsung menghilang bagai debu tertiup angin senja.
•
•
Brak!
Seseorang menabrak Indira cukup keras kala wanita itu keluar dari minimarket. Belanjaan yang Indira pegang seketika jatuh ke tanah. Indira segera memunguti barang miliknya tanpa melihat pelaku yang menabrak dirinya.
"Maaf, aku sedikit buru-buru. Sini, biar aku bantu." Pria asing yang mengenakan kemeja hitam kotak-kotak itu membantu Indira memunguti barang belanjaan yang terjatuh ke tanah.
Indira belanja cukup banyak. Bukan hanya membeli pesanan majikannya tapi juga membeli kebutuhan untuk dirinya.
"Ini belanjaan mu, sekali lagi maaf... ya Dek," ucap Jo ketika mereka berdua saling berhadapan. Pria itu menatap wajah Indira yang tampak imut baginya dan tatapan polos wanita muda itu membuat Jo terpaku untuk beberapa saat.
Indira mengambil dengan gerakkan cepat barang belanjaan miliknya di tangan Jo dan segera pergi dari hadapan pria itu tanpa berkata apapun termasuk sekadar berucap terima kasih.
Jo menatap kepergian wanita asing yang entah siapa namanya. Ia langsung terpaku dengan tatapan polos dan manik coklat berair itu.
Indira mempercepat langkahnya untuk segera pulang ke rumah, ia tidak ingin Airin menunggu lama. Namun, langkah wanita itu terhenti ketika menatap penjual rujak. Ia sampai lupa, ia ingin membeli rujak.
Indira yang awam tentang persoalan kehamilan tak menyadari bahwa ia tengah mengidam. Mungkin saat ini ia bisa membeli apapun yang ia inginkan selama harganya terjangkau dan bisa ditemukan. Tapi bagaimana bila ia mengidam sesuatu yang harus ia dapatkan dari ayah sang bayi?
•
•
Indira yang sudah memasuki gerbang kembali menghentikan langkahnya ketika sebuah mobil menyalip dirinya lebih dulu setelah meng-klakson. Mobil itu berhenti tepat di pekarangan rumah Dafi.
Pria yang tak asing bagi Indira keluar dari mobil BMW hitam nan mewah itu. Jo yang baru keluar dari mobil tak sengaja menatap sosok wanita yang baru beberapa menit lalu ia temui, kini berdiri tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang.
Sementara Indira kembali melanjutkan langkahnya, menghiraukan tatapan Jo padanya. Lagi dan lagi langkah Indira terhenti ketika Jo menghalangi jalannya. Pria yang tak cukup dengan satu wanita itu menghalangi jalan Indira.
"Kamu ingin ke mana, hmm?"
"Ingin masuk ke rumah." Indira menjawab seadanya tanpa ingin membalas tatapan pria asing di hadapannya.
"Rumah kamu di sini?" Jo kembali melontarkan pertanyaannya tanpa membiarkan wanita muda itu pergi dari hadapannya.
Indira mengangkat pandangan matanya, membalas tatapan manik biru kecoklatan tersebut. Baru hendak membuka mulut, suara keras Dafi mengagetkan keduanya. Tatapan Dafi tajam dan menusuk ke arah Indira seolah mengatakan pada istrinya untuk segera masuk rumah.
"Hey, mau ke mana gadis manis? Kita belum berkenalan!" Jo berteriak tak tahu malu ketika wanita muda itu berhasil lari darinya. Indira lewat pintu belakang masuk ke dalam rumah itu.
Dafi berdecak tak suka. Mendadak dadanya memanas seperti terbakar.
_______
Hai semuanya! Terima kasih sudah mampir.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen.
See you di part berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ainisha_Shanti
dah ada yang mula cemburu ni
2023-08-07
1
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
cemburu kah?
2023-08-07
0
Maulana ya_Rohman
kan.... kan... kan..... cemburu😏😏😏😏😏😏... kenapa di sia²kan😡😡😡😡😡😡... makanya gengsi nya jangan di gedhe²in😠😠😠😠😠
2023-08-06
0