IRSM: Tertangkap Basah

"Kamu ke mana saja Mas?" Pertanyaan mengintimidasi Airin membuat Dafi menegang diambang pintu kamar. Wanita itu sudah rapi dengan dress bermotif dan aroma wangi menguar dari tubuh wanita cantik itu.

Airin terus menatap suaminya menunggu jawaban yang keluar. Saat terbangun dari tidurnya ia sudah tidak mendapati Dafi di sampingnya.

Dafi terdiam untuk beberapa saat memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ia tidak ingin Airin sampai mengetahui semuanya.

"Kenapa diam? Jawab Mas!" tekan Airin.

"A-aku tidur di ruang kerja. Kamu tahu kan pekerjaan ku beberapa hari ini menumpuk," jawab Dafi tampak gugup namun berusaha menutupi kegugupannya dengan raut wajah yang tenang.

Raut wajah Airin yang menegang perlahan melunak. Dafi tersenyum melihat perubahan raut wajah sang istri, ia memeluk Airin lalu mengecup keningnya. Bibir yang baru saja mengecup kening Indira kini mengecup kening Airin.

"Maaf, ya. Pasti kamu mencari-cariku." Dafi semakin mempererat pelukannya pada Airin.

"Iya, tapi jangan sampai ketiduran lagi di ruang kerja." Airin mendongak menatap suaminya lalu membalas pelukan Dafi.

Namun, aroma tak asing menguar dari tubuh Dafi, menciptakan kerutan halus di kening Airin. Ia melepaskan pelukannya lalu mengendus-ngendus aroma tubuh Dafi, membuat pria itu tampak keheranan.

"Kenapa, Sayang?"

"Aroma tubuh kamu kenapa agak lain. Tapi, aku juga tidak asing dengan aroma ini."

Dafi kembali menegang.

"Ini mungkin aroma pewangi pakaian makanya agak beda. Sekarang aku mandi dulu, ya." Dafi kembali mengecup kening Airin lalu berlalu pergi dari hadapan sang istri.

Bila terlalu lama bersama Airin, maka pertanyaan akan terus meluncur. Maka dari itu Dafi memilih menghindar. Aroma tubuh Indira melekat pada tubuh pria itu termasuk aroma percintaan mereka berdua.

Airin duduk manis di dekat meja makan dan tengah menikmati roti tawar yang ia oleskan dengan selai kacang. Beruntung setelah Dafi keluar dari kamar, Indira terbangun dari tidurnya dan bergegas membersihkan diri.

"Ini Nyonya... " Indira meletakkan secangkir teh hangat di depan Airin.

"Hari ini aku akan pergi dan mungkin akan pulang malam." Airin berucap membuat Indira yang hendak beranjak mengurungkan niatnya.

"Kamu mau ke mana, Airin?" Bukan Indira yang bertanya melainkan Dafi yang kini ikut bergabung duduk di samping sang istri.

Pria itu tampak rapi dengan kemeja abu-abu dipadukan dengan celana kain hitam.

"Aku ada pekerjaan Mas, jadi seharian aku tidak pulang."

"Tapi hari ini mama datang, sebaiknya kamu batalkan saja."

"Aku sudah janji, jadi tidak bisa di cancel. Mama juga datang ke sini selalu menanyakan tentang kapan aku hamil dan sebagainya!"

Jujur, Airin benar-benar lelah dan muak dengan pertanyaan mertuanya. Lagipula menikah tujuannya bukan melahirkan keturunan, kan tapi untuk bahagia? Jadi buat apa dipermasalahkan.

"Kalau kamu nggak mau ditanya seperti itu, maka jangan ditunda-tunda lagi untuk hamil, Airin. Wajar orang tuaku selalu menanyakan itu. Aku anak satu-satunya!"

Airin mendengus, selera makannya seketika hilang. Anak selalu menjadi biang pertengkaran dan keributan mereka berdua. Ia belum siap tapi keadaan selalu menekannya untuk memberikan sesuatu yang sulit ia berikan.

"Ya sudah, aku akan pulang cepat sebelum mama ke rumah ini. Puas! " Napas Airin memburu di sertai gejolak amarah yang berusaha ia rendam untuk tidak meledak. Di tambah ia sedang datang bulan membuat Airin sangat mudah terpancing emosinya.

Sementara Indira memilih pergi dari hadapan keduanya. Jujur, ia tak nyaman ketika dua majikannya bertengkar di hadapannya secara langsung. Dan ia juga merasa kasihan dengan Airin.

"Saya pergi dulu." Dekapan seseorang dari belakang membuat Indira terkejut. Dafi memeluk dan mencium pucuk kepala sang istri.

"Tu-tuan lepas, ada nyonya Airin." Indira berusaha melepaskan diri dari jeratan suaminya. Entah apa yang ada dipikiran Dafi saat ini hingga berani melakukan tindakan yang memancing bahaya.

Kurang dari dua menit Dafi melepaskan pelukannya pada Indira, wanita itu terus memberontak.

"Ada nyonya Airin di sini. Saya tidak mau nyonya sampai tahu hubungan kita!" Indira menatap kesal pada Dafi.

"Airin baru saja pergi, jadi tenang saja. Ooh ya, hari ini orang tua saya datang. Tolong jamu dia sebaik mungkin," ucap Dafi memberitahu.

Indira mengangguk mengiakan, tanpa diberitahu pun ia akan melakukannya. Bagaimana orang tua Dafi adalah mertuanya walaupun pernikahan mereka berdua tidak diketahui siapapun termasuk orang tua suaminya sendiri.

"Jaga diri baik-baik, kalau ada apa-apa langsung telpon saya." Dafi kembali mencium puncak kepala Indira. Pria itu bersikap seperti suami sebagai mestinya. Walaupun Dafi bersikap seperti ini saat Airin tak ada di rumah. Setidaknya Dafi bisa berperan menjadi suami yang baik bagi Indira.

Setelah kepergian dua majikannya, Indira segera sarapan pagi sebelum melanjutkan pekerjaannya rumah, lain lagi bila Airin memberikan pekerjaan tambahan. Lelah? Tentu, apalagi posisi Indira sekarang tengah hamil muda membuat ia mudah kelelahan. Rasanya ia ingin beristirahat dan berleha-leha di atas kasur.

Indira yang tengah membersihkan ruang tamu seketika menghentikan aktivitasnya kala suara bel rumah berbunyi cukup keras. Ia segera melangkah menuju ke pintu. Saat pintu di buka lebar tampak sosok wanita paruh baya berdiri di depan pintu. Kening wanita paruh baya itu sedikit terlipat menatap Indira.

"Kamu siapa?"

"Saya pembantu di sini, Nyonya," ucap Indira menjawab pertanyaan wanita itu.

Tampilan wanita itu terlihat sangat wow dengan perhiasan yang melekat di bagian tubuhnya termasuk pakaian yang terlihat simpel namun memiliki harga yang cukup mahal dan bermerek.

"Kamu pembantu baru di sini?"

Indira mengangguk membenarkan ucapan wanita yang entah siapa namanya.

"Saya orang tua Dafi, pasti Dafi sudah memberitahu kamu kalau saya akan ke sini?"

"Iya, Nyonya. Silahkan masuk." Indira menyingkir dari tengah pintu, memberikan jalan untuk wanita itu.

Arum, wanita berusia 55 tahunan itu melangkah masuk ke dalam rumah tersebut. Setiap bulan ia akan berkunjung ke rumah putranya. Dafi terlalu sibuk dengan pekerjaan di Jakarta hingga untuk berkunjung ke tempatnya tidak ada waktu.

Indira mengikuti langkah Arum dari belakang. Arum mendudukkan dirinya ke sofa di ruang tamu.

"Di mana Airin?" tanya Arum, tak mendapati menantunya tersebut.

"Nyonya Airin sedang pergi kerja," jawab Indira seadanya.

Arum berdesis. Entahlah, Airin seolah tengah menghindar darinya. Dan ia benci itu. Seolah menantunya itu tak menghormati dan menghargai dirinya.

Terkadang mertua ingin menantunya menghargai dan menghormatinya, sementara menantu menginginkan mertua yang bisa memahaminya. Termasuk Airin yang menginginkan mertuanya, Arum bisa menghargai keputusan yang ia pilih untuk menunda kehamilan.

"Dasar anak itu, aku kira dia sudah berhenti bekerja sebagai model tapi masih saja. Dan Dafi benar-benar tidak tegas!" gerutu Arum. Beberapa hari yang lalu ia meminta Dafi untuk menyuruh Airin berhenti sebagai model.

Karna profesi yang Airin geluti, wanita itu selalu beralasan kariernya akan terancam karna hamil.

"Nyonya ingin minum apa? Biar saya buatkan," ucap Indira dengan sopan.

"Teh hangat saja. Kapan Dafi pulang?" Arum melontarkan pertanyaan kala Indira hendak beranjak.

"Biasanya tuan Dafi pulang agak sorean."

Arum yang mendengar itu manggut-manggut.

Indira beranjak dari hadapan wanita paruh baya itu lalu segera membuatkan minuman serta menyiapkan cemilan yang akan ia bawa ke ruang tamu. Sekitar beberapa menit Indira kembali ke ruang tamu membawa nampan.

Wanita muda itu meletakkan secangkir teh hangat serta toples-toples kecil berisi cemilan di atas meja. Arum memperhatikan.

"Kamu sudah lama bekerja di tempat ini?" tanya Arum sekedar basa-basi.

"Sudah hampir 3 bulanan saya bekerja di sini, Nyonya. Saya bekerja di sini menggantikan bibi saya."

"Dilihat dari wajah, kamu masih sangat muda. Berapa umur mu?" Arum mulai nyaman membuka obrolan dengan Indira.

"19 tahun. Awalnya setelah lulus sekolah ingin langsung kerja di kota tapi bibi melarang karna takut saya kenapa-kenapa. Dan saat bibi memilih berhenti bekerja di rumah tuan Dafi, bibi meminta saya menggantikan bibi menjadi pembantu di sini."

Senyuman tipis terbit di bibir Arum mendengarkan penjelasan wanita muda tersebut.

Jam menunjukkan pukul 15:00 sore. Terlalu lama menunggu kedatangan putranya termasuk menantunya, Airin. Arum memilih beristirahat di kamar lantai atas. Beruntung Indira tidak memindahkan barang-barangnya ke kamar itu, kalau tidak tentu itu akan menjadi pertanyaan yang sulit ia jawab.

Indira menyiapkan bahan-bahan masakan yang akan ia buat. Malam ini ia akan membuat beberapa menu makanan cukup banyak. Saat Indira tengah sibuk mencuci daging ayam yang akan ia gunakan, seseorang mendekap tubuhnya dari belakang. Tentu, Indira terkejut namun aroma parfum yang tak asing membuat ia bisa menebak siapa yang tengah memeluknya.

"Apa yang kalian berdua lakukan?" Teriakan keras seorang wanita membuat Dafi yang tengah memeluk Indira sontak melepaskan pelukannya pada Istri keduanya.

Wajah Dafi mendadak memucat dan tegang kala berbalik badan. Otaknya bekerja cepat memikirkan alasan yg tepat agar wanita yang tengah berdiri tak jauh darinya tidak salah paham dan berakhir hubungannya dengan Indira terbongkar.

_____

Spoiler bab selanjutnya aku posting di Instagram @Khazana_va

Terpopuler

Comments

Tatik Tabayy

Tatik Tabayy

siapa tuu

2023-10-10

0

Tatik Tabayy

Tatik Tabayy

wah2

2023-10-10

0

Ludi Asih

Ludi Asih

up

2023-10-10

0

lihat semua
Episodes
1 IRSM: Terlalu Cinta
2 IRSM: Di Renggut Paksa!
3 IRSM: Ancaman Majikan
4 IRSM: Benih yang Tak Dinginkan
5 IRSM: Demam Tinggi
6 IRSM: Jangan Di Gugurkan
7 IRSM: Ajuan Pernikahan
8 IRSM: Pernikahan Siri
9 IRSM: Teman Sekampung
10 IRSM: Pernyataan yang mengejutkan
11 IRSM: Cemburu
12 IRSM: Tak Peduli
13 IRSM: Dia Hanya Pembantu!
14 IRSM: Hasrat yang Direndam
15 IRSM: Fantasi Liar Dafi
16 IRSM: Cemburu?
17 IRSM: Menginginkanmu
18 IRSM: Tertangkap Basah
19 IRSM: Hanya Sebatas Tanggungjawab
20 IRSM: Kenyataan menyakitkan
21 IRSM: Indira Yang Malang
22 IRSM: Hati Yang Terbakar
23 IRSM: Terlalu Gengsi
24 IRSM: Apakah Aku Penting?
25 IRSM: Dia Hamil?
26 IRSM: Melarikan Diri
27 IRSM: Antara khawatir dan Menyesal
28 IRSM: Permohonan Indira
29 IRSM: Kembali Ke Jakarta
30 IRSM: Keegoisan Dafi
31 IRSM: Mencari Pekerjaan
32 IRSM: Kejujuran Yang Menghancurkan
33 IRSM: Hancurnya Seorang Wanita
34 IRSM: Faza Bayu Irawan
35 IRSM: Permohonan Arum
36 IRSM: Pergi Jalan-Jalan
37 IRSM: Teringat Seseorang
38 IRSM: Ternyata bercerai
39 IRSM: Akhirnya Tertangkap!
40 IRSM: Biarkan Aku Bahagia
41 IRSM: Beri Satu Kesempatan Lagi
42 IRSM: Kecemburuan Dafi
43 IRSM: Dipermainkan Keadaan
44 IRSM: Berusaha Meyakinkan
45 IRSM: Saya Milikmu Indira
46 IRSM: Lupakan Masa Lalu
47 IRSM: Bercak Merah Pagi Hari
48 IRSM: Patah Hati
49 IRSM: Membuka Lembaran Baru
Episodes

Updated 49 Episodes

1
IRSM: Terlalu Cinta
2
IRSM: Di Renggut Paksa!
3
IRSM: Ancaman Majikan
4
IRSM: Benih yang Tak Dinginkan
5
IRSM: Demam Tinggi
6
IRSM: Jangan Di Gugurkan
7
IRSM: Ajuan Pernikahan
8
IRSM: Pernikahan Siri
9
IRSM: Teman Sekampung
10
IRSM: Pernyataan yang mengejutkan
11
IRSM: Cemburu
12
IRSM: Tak Peduli
13
IRSM: Dia Hanya Pembantu!
14
IRSM: Hasrat yang Direndam
15
IRSM: Fantasi Liar Dafi
16
IRSM: Cemburu?
17
IRSM: Menginginkanmu
18
IRSM: Tertangkap Basah
19
IRSM: Hanya Sebatas Tanggungjawab
20
IRSM: Kenyataan menyakitkan
21
IRSM: Indira Yang Malang
22
IRSM: Hati Yang Terbakar
23
IRSM: Terlalu Gengsi
24
IRSM: Apakah Aku Penting?
25
IRSM: Dia Hamil?
26
IRSM: Melarikan Diri
27
IRSM: Antara khawatir dan Menyesal
28
IRSM: Permohonan Indira
29
IRSM: Kembali Ke Jakarta
30
IRSM: Keegoisan Dafi
31
IRSM: Mencari Pekerjaan
32
IRSM: Kejujuran Yang Menghancurkan
33
IRSM: Hancurnya Seorang Wanita
34
IRSM: Faza Bayu Irawan
35
IRSM: Permohonan Arum
36
IRSM: Pergi Jalan-Jalan
37
IRSM: Teringat Seseorang
38
IRSM: Ternyata bercerai
39
IRSM: Akhirnya Tertangkap!
40
IRSM: Biarkan Aku Bahagia
41
IRSM: Beri Satu Kesempatan Lagi
42
IRSM: Kecemburuan Dafi
43
IRSM: Dipermainkan Keadaan
44
IRSM: Berusaha Meyakinkan
45
IRSM: Saya Milikmu Indira
46
IRSM: Lupakan Masa Lalu
47
IRSM: Bercak Merah Pagi Hari
48
IRSM: Patah Hati
49
IRSM: Membuka Lembaran Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!