Arsen melanjutkan dengan menjelaskan bahwa sebelum tempat itu selesai dibangun, telah terjadi satu kasus bunuh diri yang menyerupai kasus yang terjadi setelah pembangunan. Semuanya tewas dengan cara yang sama, yaitu dengan melompat dari gedung tersebut. Kasus itu pun ditutup sebagai kasus bunuh diri.
"Bukannya aneh kalo itu dari sebelum pembangunan? Berarti uang itu gak ada sangkut pautnya doang walaupun punya tanda 666. Jadi bisa aja mereka itu sebenernya tumbal proyek, kalian tau kan proyek besar itu biasanya butuh tumbal buat hilangin sial," papar Viona dengan pandangan tajamnya.
Namun, David merasa tidak yakin dengan penjelasan Viona. "Lu mah aneh-aneh aja, anjir gue jadi merinding. Kalo tuh pekerja itu jadi tumbal proyek terus kenapa 5 orang yang tinggal disitu juga mati? Tumbal proyek itu cuman pas pembangunan doang kan?" tanya David dengan wajah penuh ketakutan.
"Mungkin tumbalnya terus akan berlanjut sampai roh di gedung itu tenang," jawab Viona dengan pikiran kreatifnya.
"Udah. Sebelum kita berpikir yang makin aneh, mending kita cari bukti dan balik lagi ke sini pas hari senin, kebetulan besok udah sabtu. Kita bisa masukin ini sebagai agenda klub," ujar Rolan dengan bijak.
Dia kemudian membagi tugas kepada anggota klub detektif lainnya. Arin, Viona, Riri, dan David akan mencoba mengunjungi rumah susun itu untuk mencari petunjuk lebih lanjut. Sella dan Arsen akan mencari informasi dari kakak Arsen mengenai kasus-kasus bunuh diri yang telah terjadi sebelumnya. Sedangkan dia dan Anton akan ke perusahaan konstruksi yang membangun ulang gedung tersebut.
Saat Sella menunjukkan ekspresi imutnya dan menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan David, Rolan dengan tegas menyuruhnya untuk bergabung dengan Arsen dalam misi itu. Dia mengetahui bahwa Sella memiliki kemampuan untuk mendapatkan informasi dengan cepat, terutama dari kakak Arsen yang sudah dikenalnya.
"Udah, kamu sama Arsen aja. Kamu kan kenal sama kakaknya. Pasti gampang buat dapet informasi, apalagi kalo kamu yang nanya. Cari aja alasan supaya dia mau membantu, misalnya bilang aja ini buat tugas. Jangan sampe ada yang tahu tentang penyelidikan kita. Jika ada yang nanya, berikan saja alasan yang masuk akal," tambah Rolan memberikan saran bijak kepada Sella.
Setelah berdiskusi, mereka pun bubar dari ruangan klub detektif dan pulang ke rumah masing-masing. Dengan tekad yang bulat, mereka siap untuk menghadapi tantangan selanjutnya dalam menyelidiki kasus misterius tersebut. Senin pagi yang akan datang menandai awal dari petualangan baru mereka dalam mencari kebenaran di balik tragedi bunuh diri di rumah susun itu.
****************
Setelah rapat klub detektif selesai, Rolan dan David melangkahkan kaki mereka menuju parkiran sekolah. Langit senja mulai terhampar di atas mereka, menciptakan suasana yang hangat meski angin malam mulai berhembus sejuk.
"Gue main ke rumah lu ya. Rumah gue lagi gak ada orang. Yah? Yah?" Kata David agak lebih memaksa, seolah itu bukan permintaan, tapi lebih seperti sebuah pernyataan.
Rolan tersenyum mengangguk. "Datang aja, biasanya juga datang. Rumahku lagi kosong. Bokap ama nyokap juga belum balik dari luar kota. Kakakku kayaknya juga gak ada di rumah," jelasnya.
Mereka berdua berjalan menuju motor masing-masing yang terparkir rapi di samping sekolah. Dengan sigap, mereka mengenakan helm dan bersiap pulang. Tanpa perlu berbicara banyak, seperti biasanya, mereka sudah tahu kemana arah motor mereka.
Sebenarnya, tanpa perlu minta izin pun, David akan langsung ke rumah Rolan jika ingin menginap. Kebetulan mereka berdua adalah tetangga sejak kecil, dan tak perlu kata-kata untuk memahami satu sama lain. Pertemanan mereka sudah tertanam seiring dengan waktu yang telah mereka habiskan bersama sejak masa kecil.
Melaju di jalanan kota yang sudah mulai padat, mereka merasakan hembusan angin yang sejuk menerpa wajah mereka. Sorak canda mereka terdengar semarak di malam yang mulai gelap.
Sesampainya di depan rumah, David menyadari bahwa mobil abang Rolan terparkir di halaman. "Lah, ada kakak lu ternyata," kata David sambil menunjuk sebuah mobil dengan dagunya.
"Tumben dia pulang, biasanya lebih suka di rumah sakit," balas Rolan, David hanya menganggukkan kepalanya.
"Motor gue simpan di sini dulu ya, males masukin ke garasi. Gue mau ganti baju dulu, takut diomeli lagi sama abang lu karena pake seragam," ucap David sambil melangkah menuju tembok pembatas antara rumahnya dan rumah Rolan. Dengan lincah, dia memanjat tembok dan langsung masuk ke kamarnya yang berada di lantai dua. Rolan hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan temannya yang penuh semangat.
"Kelakuan udah kayak monyet," gumam Rolan sambil tersenyum sendiri. Memang, David selalu memberikan keceriaan dalam setiap momen, tak peduli seberapa sederhana situasinya.
Selang beberapa lama setelah menganti bajunya dia kembali dan langsung masuk ke rumah Rolan tanpa permisi. Dan langsung masuk menuju kamar Rolan. Tapi ternyata Rolan malah berada di ruang tamu membantu kakaknya membersihkan. Kakak Rolan –Henry adalah orang yang terlalu bersih menurut Rolan dan David. Karena sudah terlanjur masuk David pun terpaksa membantu temannya itu membereskan dari pada di marahi oleh Henry. Sebenarnya itu memang salah mereka berdua. Ia membantu agar cepat selesai dan mereka bisa cepat bermain. Setelah semuanya bersih dan mengkilap akhirnya mereka bisa istirahat, mereka setidaknya membersihkan sekitar satu jam, waktu yang cukup lama.
Namun, ini bukan kali pertama mereka membuat keributan di rumah itu. Orang tua Rolan sedang dalam perjalanan bisnis selama satu minggu, sehingga kedua sahabat ini tinggal bersama tanpa pengawasan orang tua. Mereka berdua sering kali membuat kekacauan di rumah tanpa peduli membereskan sampah bekas makanan atau barang-barang yang berserakan.
Henry, kakak Rolan, kembali muncul dengan nada kesal dan mengomeli mereka berdua. Dia memperingatkan mereka untuk merapikan rumah dan berhati-hati dengan sampah yang mereka buang.
"Kalian berdua setelah makan setidaknya beresin sampahnya doang." Kata Henry.
"Awas kalo kalian berdua nyampah lagi." Kata Henry memperingatkan mereka berdua. Lalu masuk ke kamarnya.
"Dia kok ada di rumah si. Ngungsi aja deh ke rumah mu." Kata Rolan memberi saran agar mereka kabur saja dari kakaknya itu, sebelum kakaknya melihat dapur.
"Kak, aku ke rumah David dulu ya buat nginep," ujar Rolan sambil meneriaki kakaknya. Suara sahutan "iya" terdengar sebagai persetujuan dari Henry.
Tak lama kemudian, mereka berdua keluar dari rumah Rolan dan menuju rumah David yang tepat berada di sebelahnya. Rumah David menjadi tempat perlindungan mereka dari omelan Henry yang terlalu perfeksionis tersebut.
Rolan melangkah masuk ke kamar David, memperhatikan angka-angka yang tertulis di dinding kamar temannya. "Rumah mu emang ada hawa-hawa anehnya," kata Rolan sambil merasa tertarik dengan apa yang ada ditembok kamar David.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments