CHAPTER 10

Setelah berpamitan dengan Hana, mereka segera pulang. David mengantarkan Arin, Riri, dan Viona ke rumah masing-masing. Perasaan campur aduk bercampur dengan rasa penasaran tentang misteri kematian Dea. Mereka tahu bahwa ini hanya awal dari penyelidikan mereka dan masih banyak rahasia yang harus diungkap.

...****************...

Structors adalah perusahaan yang telah berdiri kokoh selama lebih dari 30 tahun di dunia jasa konstruksi. Sebagai pemain utama di industri ini, mereka telah membangun reputasi yang solid dan diakui oleh banyak pihak. Mereka dikenal sebagai ahli dalam membangun beragam proyek properti, mulai dari hunian, hotel, hingga kompleks komersial yang megah. Tidak hanya itu, mereka juga berperan aktif dalam membangun fasilitas publik yang memadai bagi masyarakat, serta ikut serta dalam konstruksi gedung bertingkat dan proyek-proyek pemerintahan yang strategis.

Salah satu proyek terakhir yang menarik perhatian mereka adalah pembangunan ulang rumah susun, yang saat ini tengah menjadi sorotan dan jadi target penyelidikan mereka. Dengan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki Structors, tidaklah sulit bagi mereka untuk menemukan informasi terkait proyek ini. Bantuan dari Ayah Anton, yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan di kota kecil ini, menjadi kunci dalam menemukan lokasi dan data-data penting yang terkait dengan rumah susun tersebut.

Hari ini adalah hari yang sibuk bagi Rolan. Ia telah sampai di kantor perusahaan Structors, tempat yang akan ia selidiki hari ini. Duduk di atas motornya yang setia menemani setiap hari, ia menunggu di parkiran gedung megah itu. Matahari pagi yang cerah menyinari wajahnya, dan suara angin sepoi-sepoi membawa kesegaran di sekitarnya.

Sambil menunggu, pandangan Rolan tertuju pada sebuah mobil Audi berwarna hitam yang datang mendekat. Ia tahu betul siapa yang akan keluar dari mobil mewah itu. Seorang cowok dengan hoodie hitam tampil dengan penuh sikap cool dan percaya diri turun dari mobil. Di sampingnya, seorang pria berjas hitam tampak sigap membukakan pintu mobil untuknya, menunjukkan bahwa orang ini adalah seseorang yang berpengaruh.

"Anton!" sapa Rolan dengan penuh antusiasme saat melihat sahabatnya keluar dari mobil.

Setelah Anton dan Rolan memasuki gedung megah itu, langkah mereka diiringi oleh langkah mantap pria berjas yang mengikuti di belakang mereka. Saat mereka tiba di lobi gedung, resepsionis yang anggun dengan senyuman ramah menyambut kedatangan mereka.

Sambil menunggu antrean di meja resepsionis, Rolan tak bisa menahan rasa keheranannya. Dalam hati, dia bertanya-tanya mengapa pria berjas itu ikut mengantar mereka. Dengan isyarat halus, dia bertanya pada Anton yang sedang berbicara dengan resepsionis.

"Lu ganti supir?" bisik Rolan dengan sedikit kebingungan.

Anton menoleh ke arahnya dan tersenyum, "Gak ganti supir gue, dia itu sekretaris bokap gue."

Rolan mengerutkan kening, tak sepenuhnya paham dengan jawaban Anton. "Ngapain sekretaris bokap lu ikut?" tanya dia penasaran.

Anton menjawab dengan penuh pengertian, "Anu... kemarin gue tuh bilang ama bokap gue, gue mau kesini terus dia bilang entar kalo gue yang bicara malah diusir. Makanya dia nyuruh sekretarisnya nganter gue."

Setelah percakapan pria berjas dengan wanita di meja resepsionis selesai, wanita itu segera menelpon sebentar sebelum mengundang kami untuk naik ke lantai atas. Gedung kantor yang megah ini tampaknya memiliki lima lantai, hal ini dapat dilihat dari tombol lift yang berjejer dengan angka-angka yang menyatakan setiap lantainya. Tanpa ragu, pria berjas itu dengan tegas memencet angka lima, menunjukkan bahwa tujuan kami berada di lantai paling atas.

Saat pintu lift terbuka di lantai lima, kami disambut oleh suasana tenang dan teratur. Hanya ada satu ruangan besar yang menarik perhatian kami. Didepan ruangan itu, seorang wanita cantik dan berwibawa duduk di meja yang sepertinya menjadi posnya. Dari papan nama di meja sekretaris itu, kami bisa melihat dengan jelas jabatan dan namanya: Antonina Polly, dan di pintu masuk ruangan tersebut, tertulis tulisan 'Direktur'.

Sekretaris itu berbincang sebentar dengan pria berjas yang tampaknya sudah familiar dengan lingkungan ini. Setelah selesai, dengan senyum ramah, dia mengantarkan kami masuk ke dalam ruangan direktur.

Ruangannya luas dan elegan, dengan dinding-dinding yang dihiasi lukisan-lukisan indah, menambah kesan prestise perusahaan ini. Di tengah ruangan, ada meja besar dari kayu mahoni dengan beberapa dokumen penting tersusun rapi di atasnya. Di belakang meja, sebuah kursi besar yang terlihat nyaman dihiasi dengan lapisan kulit kulit berkualitas tinggi, menjadi tempat duduk direktur yang perkasa.

Pria paruh baya yang duduk di balik meja berbingkai kayu berwarna gelap itu tersenyum menyambut kedatangan kami. Di atas meja, tercetak dengan jelas 'Direktur - Alexander Russel'.

"Tentu saja, Pak Adam. Ketua memang telah memberitahukan kepada saya bahwa tuan muda memiliki tugas sekolah yang melibatkan wawancara. Dan saya di minta untuk membantu dalam kerja sama ini," tutur Pak Russel dengan ramah. Senyumnya mengiringi setiap kata yang diucapkan, menggambarkan suasana akrab di antara mereka. Meskipun pria botak ini tampak tenang, namun senyumannya juga menyiratkan maksud tersendiri.

Pak Russel mengundang kami untuk duduk, dan kami dengan senang hati mengikuti ajakannya. Saat kami mengekorinya, sekretarisnya, Nina, dengan sigap menghadirkan empat cangkir teh hangat untuk kami. Suara angin yang berhembus lembut dari pendingin ruangan membuat suasana semakin nyaman.

"Silahkan, beri tahu saya bagaimana saya bisa membantu," ucap Pak Russel dengan sopan. Suaranya mengalun lembut, mencerminkan kebijaksanaan dan kehangatan dari seorang pemimpin.

Di ruang direktur yang terasa nyaman, suasana terisi oleh kehadiran keduanya, Rolan dan Anton, yang berusaha menyembunyikan tujuan sesungguhnya dari pertemuan ini. Dengan cerdik, mereka bermain peran untuk menyampaikan bahwa ini adalah sebuah tugas sekolah, wawancara mengenai pembangunan proyek besar yang pernah ditangani oleh perusahaan Structors.

Pria paruh baya yang duduk di balik meja itu, Pak Russel, tampak serius mendengarkan penjelasan mereka. Dia memberikan respon dengan berkedip sekilas, menunjukkan pemahaman atas alasan mereka hadir di sini. Pak Russel mengangguk sebagai tanda bahwa dia siap untuk menjawab pertanyaan yang mereka ajukan.

Rolan dan Anton mencoba mempertahankan akting mereka dengan baik. Mereka berpegangan pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya, agar terlihat seolah-olah ini adalah wawancara yang mereka lakukan hanya untuk tugas sekolah. Mereka berdua menghela napas lega karena persiapan mereka tampaknya berjalan lancar.

Anton memberi kode pada Rolan, dan dengan sigap, dia membuka pertanyaan pertama. Suara Anton terdengar tenang, meskipun di balik itu, detak jantungnya sedikit berdegup kencang karena ketegangan.

"Siapa ketua pelaksana proyek pembangunan ulang rumah susun itu?" tanya Anton sambil mengacungkan ponselnya yang berisi pertanyaan yang sudah diatur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!