“Udah jangan sedih terus,” ujar Guntur.
Pagi ini Alya terbangun berada di kamar Guntur, lalu teringat Ibunya. Biasanya wanita itu akan bangunkan Alya sebelum pergi ke pasar. Namun, kali ini berbeda. Alya terbangun di kamar suaminya tidak ada lagi nasihat keluar dari mulut ibunya.
Gadis itu merasa sangat bersalah karena penyebab awal kepergian ibunya karena masalah dengan Guntur.
“Al,” panggil Guntur yang melihat Alya masih terisak.
Alya sudah berseragam dan hendak memakai sepatunya. Guntur tidak tega melihat gadis itu kembali bersedih, dia pun menghampiri dan duduk di samping Alya.
“Ada gue, lo aman di sini,” ujarnya sambil mengusap punggung Alya.
“Yakin? Kamu nggak akan usir aku?”
Guntur menghapus air mata di wajah Alya lalu menangkup wajah itu.
“Kenapa harus gue usir, lo banyak manfaatnya buat gue,” ejek Guntur dan berhasil mendapatkan cubitan di perut dari Alya.
Pria itu mengaduh sambil mengusap perutnya, “Sakit Al.”
Saat ini Alya dan Guntur sudah berada di meja makan. Jika Guntur menikmati sarapannya, berbeda dengan Alya karena ada Anggi di sana.
“Ck, kamu pasti dibod0hi Guntur ya. Kalau nggak mana mungkin kamu bisa terjebak dan suka sama dia,” ujar Anggi.
Alya tersedak mendengar ucapan Anggi. Gadis itu menyadari perasaannya untuk Guntur, pernikahan terpaksa yang mereka lakukan meskipun membawa luka karena diiringi kepergian Ibunya tapi ada rasa bahagia di sudut lain hatinya. Tidak disangka, ternyata Mami Anggi bisa membaca perasaan Alya untuk Guntur.
“Pelan-pelan makannya,” ujar Anggi lagi.
“Mami ngomong apa sih, jangan jelek-jelekin anak sendiri deh,” protes Guntur kemudian mengakhiri sarapannya.
“Eh, temui Papi kamu. Mami nggak mau dia marah-marah karena hal ini. Ingat Alya sekarang tanggung jawab kamu.”
“Iya, bawel bener. Alya, ayo,” ajak Guntur.
Alya pun berdiri dan menyalami Anggi. Tentu saja wanita itu terkejut, putranya saja tidak pernah melakukan hal itu tapi ini Alya ... menantunya.
Guntur dan Alya tidak berangkat bersama, karena tidak ingin sampai diketahui sekolah kalau mereka sudah menikah. Alya berangkat menggunakan taksi, walaupun sempat menolak dan ingin naik angkutan umum yang lebih murah. Sampai di sekolah Guntur memastikan kalau Alya sudah tiba dan masuk ke kelasnya dengan aman.
...***...
“Lo pesan makanan ke cupu nggak? Gue lapar,” tanya Jati.
“Gue gorengan aja nggak apa-apa,” seru Kanta.
“Kampreet lo pada, beli sendiri di kantin. Kalaupun Alya bawa, ya untuk guelah,” pekik Guntur.
Saat ini jam istirahat dan trio gaje itu ada di tempat biasa, pojok parkiran di mana ada deretan kursi tunggu yang dimonopoli oleh ketiganya. Guntur memang menunggu Alya membawakan makanan untuknya, tidak akan menghentikan perintah itu agar Alya tidak dimanfaatkan oleh siswa lain.
“Yang ditunggu datang juga,” seru Jati menghampiri Alya merebut kantong yang dibawa gadis itu.
“Eh, punya gue itu,” ujar Guntur.
Jati dan Kanta tidak peduli dengan teriakan Guntur dan fokus pada makanan. Sedangkan Guntur menepuk kursi di sampingnya agar Alya duduk.
“Nggak mau orang tahu hubungan kita, tapi panggil aku ke sini,” ujar Alya lirih.
“Ck, itu lain cerita.” Guntur menyampaikan pulang sekolah akan langsung menemui Papinya, jadi Alya bisa langsung pulang ke rumah.
“Kalau papi kamu menentang pernikahan kita, gimana?” tanya Alya pelan agar tidak ada yang mendengar apa yang mereka bicarakan. Jati dan Kanta pun tidak mendengar jelas apa yang dibicarakan Guntur dan si Cupu.
“Itu urusan gue.”
Ternyata interaksi Guntur dan Alya menjadi perhatian para penggemar Guntur yang sengaja berada di sekitar Guntur.
Terdengar arahan bahwa seluruh kelas dua belas harus kumpul di auditorium. Alya yang akan kembali ke kelas pun beranjak, Guntur cs mengekor walaupun berjarak. Sampai di ruangan, Alya yang akan duduk di salah satu kursi tersungkur karena didorong oleh seorang siswi.
“Ups, sorry. Gue nggak lihat lo, karena emang lo nggak pantes ada di sini.”
“Hooh, ngaca loh. Ngapain juga deket-deket sama Guntur. Sok kecakepan.”
Bukan mendapat pertolongan, Alya malah dicecar dengan ejekan dan hinaan. Gadis itu malas berdebat dan membalas perbuatan teman-temannya. Apalagi di depan sudah ada beberapa dewan guru dan kepala sekolah.
“Itu ada apa rame-rame, ayo cepat duduk!” terdengar arahan lewat pengeras suara.
Guntur hendak menghardik dan membalas ulah iseng yang diterima Alya pun urung, karena ditarik oleh Jati agar segera duduk.
“Lo belain si cupu di sini hanya menambah masalah,” bisik Jati.
Guntur sengaja duduk tepat di belakang Alya dan mengawasi sekitar termasuk cibiran dan para siswi dan bisikan mengejek Alya. rasanya Entah mengapa ada rasa murka di hati Guntur, tidak terima alya diperlakukan seperti itu.
“Gue kenapa sih? Kenapa rasanya mau belain dan ngelindungin Alya,” ucap Guntur dalam hati.
Cukup lama arahan terkait kegiatan Ujian yang akan diselenggarakan sekolah, termasuk banyaknya kegiatan tambahan belajar.
“Kurang-kurangin tuh kegiatan lo jadi joki,” bisik Kanta.
“Berisik!” hardik Guntur.
“Siapa yang berisik?” tanya kepala sekolah terdengar di pengeras suara. “Kamu atau saya yang berisik?”
Guntur pun disoraki oleh sebagian siswa yang adalah dalam ruangan, bahkan Alya pun ikut tertawa.
“Lanjut, Pak,” teriak Guntur.
“Saya atau kamu yang mau lanjut?” tanya kepala sekolah.
“Yaelah ribet banget nih orang,” ujar Guntur lirih.
Akhirnya pengarahan pun selesai, siswa berebut keluar dari auditorium untuk kembali ke kelas. Guntur beranjak berdiri di belakang kursi Alya, agak membungkuk dan … mencium pipi gadis itu. Bukan hanya Alya yang terkejut, teman-teman Alya dan Guntur menyaksikan momen tersebut.
“Gue duluan ya sayang, nggak usah takut ada yang iseng lagi. Kecuali mereka bosan hidup,” teriak Guntur lalu mengusap kepala Alya. “Kalian dengar ya, ada lagi yang usil sama pacar gue berarti lo cari gara-gara.”
“Denger tuh, Alya pacar Guntur,” ujar Jati. “Eh, apaan pacar lo?”
“Cabut!” titah Guntur pada Jati dan Kanta.
Refan yang ikut menyaksikan ulah Guntur menunggu di luar gedung sambil bersedekap, sedangkan Mona sudah diusir karena dia ingin bicara dengan Guntur.
“Woy, gimana sih. Kenapa malah jadi pacaran? Perjanjian kita nggak begini loh,” seru Refan.
“Tenang aja, tinggal tunggu waktu dia bilang suka sama gue atau kami akan berakhir di ranjang,” sahut Guntur beralasan.
“Gue tunggu ya, segera!” titah Refan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Fani Indriyani
Dan saat Alya tau kalo dia jd bahan taruhan pasti dia akan pergi,tinggallah kamu yg merana Guntur wkwkwk
2024-10-02
0
reza indrayana
🥰🥰🥰🩷🤍💘🤍🩷😘😘😘
2024-01-18
2
Alea
dirumah dianggurin disekolah malah cium🤦
2023-09-22
5