“Emang lo nggak bisa teriak?” tanya Guntur saat keduanya sudah berdiri dekat motor miliknya.
“Aku sudah teriak-teriak, tapi nggak ada yang dengar. Kayaknya udah pada pulang. Sudah sore waktu dibawa ke sana,” sahut Alya.
Guntur tidak habis pikir kalau dia tidak datang, apa Alya akan tidur di toilet itu dan tidak makan. Bagaimana kondisinya sampai besok ketika ditemukan, tapi untuk apa juga dia memikirkan hal itu. Bukannya Guntur sedang memanfaatkan kedekatan agar Alya menyukainya dan momen ini tentu saja akan membekas dihati Alya. Guntur akan dianggap sebagai superhero yang sudah menyelamatkannya.
Guntur hampir saja tersenyum membayangkan Alya yang memeluk atau bahkan menciumnya karena sudah menjadi pahlawan di hidupnya. Namun, saat menatap wajah Alya yang kusut dan rambut berantakan bahkan kacamatanya … Guntur malah bergidik membayangkan dipeluk oleh gadis itu.
“Kayak nggak ada perempuan lain aja,” gumam Guntur dan sudah berada di atas motor. “Naik!” titah pria itu pada Alya.
“Gimana naiknya?”
“Owh loncat aja.”
“Kok loncat sih, motor kamu tinggi banget,” keluh Alya.
“Pake cara normal orang naik motor aja, cupu. Lo nggak pernah dibonceng motor?”
“Pernah, tapi bukan motor kayak gini.”
“Udah cepet naik atau gue tinggal.”
Alya pun berhasil duduk di belakang tubuh Guntur, sesuai arahan dari pria itu. Namun, duduknya tidak nyaman karena rok yang dikenakan semakin naik memperlihatkan kedua paha putih dan mulus.
“Ck, ribet bener nih cewek,” seru Guntur lalu melepas jaketnya dan memberikan pada Alya. “Tuh, tutupin aset lo.”
Motor Pun melaju meninggalkan area sekolah. Dalam perjalanan, Alya bersyukur akhirnya bisa pulang. Ibunya pasti khawatir karena dia belum juga pulang dan tidak bisa dihubungi.
“Ke mana lagi?” tanya Guntur agak berteriak karena mengenakan helm.
“Di depan belok kiri,” jawab Alya sambil menunjuk arah dan dia tidak ingin diantar sampai rumah. Tempat tinggalnya terlalu kontras dengan kehadiran Guntur juga motornya. Alya tinggal di perkampungan dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Walaupun bukan area padat penduduk, tapi ini sudah cukup malam dan deru motor Guntur akan mengganggu para tetangganya.
“Di sini saja,” pinta Alya sambil menepuk bahu Guntur agar menepi. “Terima kasih,” ujar Alya sambil mengembalikan jacket milik Guntur.
“Makasih untuk apa?”
“Terima kasih karena sudah menolongku dan mengantarkan aku pulang.”
“Hm,” sahut Guntur sambil memakai lagi jaketnya.
“Tapi … jangan tambahkan masa hukumanku karena kejadian ini ya,” pinta Alya sambil menunduk.
“Aishh, seharusnya aku dapat sesuatu ini malah kamu minta sesuatu. Besok pagi temuin gue di tempat biasa!”
Alya memandang Guntur yang perlahan menjauh begitupun deru mesin motor yang semakin lama tidak terdengar.
...***...
Alya meletakan tasnya lalu mengeluarkan ponsel yang sejak tadi terasa bergetar.
“Ya ampun, apa dia sudah datang? Tumben amat nggak terlambat,” gumam Alya kemudian bergegas keluar kelas.
Saat berjalan di koridor, Alya berpapasan dengan tiga cewek yang kemarin menjahilinya. Ketiga cewek itu terkejut, bahkan salah satu bertanya untuk memastikan sesuatu.
“Lo masih hidup?”
“Memang ada yang dikurung di wc terus mati?” tanya Alya.
“Ya mungkin saja, kalau nggak bisa ditemukan,” sahut yang lainnya.
“Ini sekolah elite, ada banyak cctv kalau kalian lupa. Ada yang melihat kelakuan kalian, walaupun aku sampai mati di sana … kalian tidak akan bisa bebas macam sekarang,” tutur Alya. Entah keberanian dari mana dia bisa mengatakan hal itu.
“Eh cupu, kalau sampai sekolah tahu kalau kita bertiga udah ngurung lo. Balasannya akan lebih kejam dari yang kemarin,” ancam salah satu cewek bahkan sambil menunjuk bahu Alya dengan jarinya yang lentik. “Permintaan kita Cuma satu, jauhin Guntur. Karena lo nggak pantes, bahkan lo jadi kacungnya pun kita nggak rela.”
Alya hanya menghela nafasnya setelah ketiga cewek tadi berlalu.
“Kenapa sekarang banyak remaja yang sakit … jiwa.”
Guntur sudah nangkring di atas motornya dan dua sahabatnya pun ada pula tidak jauh dari pria itu. Alya bergegas menghampiri.
“Alya, jadi bener lo semalam terkunci?” taya Jati.
Gadis itu mengangguk kan kepalanya.
“Di toilet mana?” Kanta pun ikut bertanya, tapi dijawab oleh Guntur sekaligus menceritakan kronologi kejadian dia menemukan Alya. Tentu saja agar terlihat keren di mata gadis cupu.
“Hah, apa jangan-jangan suara pintu itu lo ya? Gue kabur waktu lewat dan dengar suara dari toilet itu,” ujar Jati lirih.
“Heran gue, kenapa betah temenan sama lo. Memang pikir itu bunyi apaan?” tanya Guntur dengan gemas bahkan dia melepaskan sepatunya dan dilempar ke arah Jati.
“Gue kira setan," jawab Jati melempar balik sepatu Guntur.
Guntur menggelengkan kepalanya. “Sini lo!” titah Guntur pada Alya. Posisi Alya kini hanya dua langkah dari Guntur. “Siapa pelakunya?”
Mengingat ancaman ketiga pelaku tadi, nyali Alya pun ciut. Pertanyaan Guntur pun tidak dijawab. “Cukup aku saja yang tahu siapa mereka, aku tidak ingin nantinya mereka akan lebih jahat lagi karena aku melaporkan kejadian ini,” tutur Alya.
“Ini yang bikin lo makin dibully, karena lo lemah. Kalau lo berani, nggak bakal ada yang menindas.” Jati dan Kanta setuju dengan pendapat Guntur.
“Kalau aku berani, kamu juga nggak bisa memanfaatkan aku ya,” tutur Alya lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan.
“Berani lo ke gue?” tanya Guntur.
Alya menggelengkan kepala. Jati terbahak karena Guntur kemakan omongannya sendiri.
“Udahlah percuma ngomong sama lo. Nih kerjain tugas punya gue, jangan sampai salah,” titah Guntur sambil menyerahkan dua buku tugasnya.
Alya baru akan membuka mulutnya, tapi di sela oleh Guntur. “Nggak usah protes. Lo boleh berani ke yang lain, tapi ke gue nggak boleh.”
“Mana bisa gitu?”
“Bisalah. Ayo cabut,” ajak Guntur pada Jati dan Kanta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
luiya tuzahra
hahah guntur
2024-02-04
2
reza indrayana
Huchh ..bner² penderitaan belum berakir...😥😥😭😭
2024-01-18
1
Sulaiman Efendy
AKU SBENARNYA MALAS BACA TOKOHNYA LMAH, PASRAH GK BSA NGELAWAN, MKIN BUAT JATUH HARGA DIRI ORG MISKIN...
ZAMAN AKU, MLH ANAK2 ORG KAYA YG AKU TEMPELENGIN KLO BELAGU HINA2 ORG MISKIN..
2023-10-29
1