“Udah? Ayo,” ajak Kanta ketika melihat Jati.
“Belum, tapi mules gue udah hilang. Ternyata toilet pojok yang katanya angker beneran angker,” ungkap Jati sambil memakai helmnya.
“Angker, gimana?”
“Ada suara-suara gitu dari toilet cewek.”
“Perasaan lo doang kali. Hobi nonton film mafia, tapi denger suara aja ketakutan,” ejek Kanta.
“Eh iya, tadi Guntur belum ketemu Alya ya?”
“Belum, udah cepet naik,” titah Kanta yang sudah duduk ganteng di atas motor.
“Nanti dulu bro, tadi gue dengar cewek-cewek bilang nggak bakalan ada yang nemuin Alya dan kemungkinan besok dia bakal ditemukan. Maksudnya apa ya?”
“Mana gue tahu, kenapa nggak lo tanya sama yang ngomong masalah itu,” seru Kanta.
“Gue kasih tahu Guntur aja deh,” usul Jati.
Sedangkan di toilet tempat Alya berada. Dia sudah lelah menggedor pintu karena usahanya sia-sia sebab penghuni sekolah tentu saja sudah pulang. Alya membersihkan lantai lalu mengalasi dengan lembaran kertas dari buku tulisnya. Duduk bersandar pada dinding toilet, berharap ada yang datang dan mengecek kondisi di dalam.
Gadis itu memandang ponselnya yang sudah mati karena kehabisan daya, bahkan dia tidak membawa charger.
“Sebelumnya ada Geng Mona yang sering buat aku susah, tapi kali ini Guntur bukan hanya sekedar bikin susah tapi juga membahayakan,” gumam Alya. Terdengar bunyi perutnya yang lapar dan haus. Dia juga memikirkan ibunya yang sudah tentu khawatir karena sampai sekarang belum juga pulang.
“Ya Tuhan, kirimkan pahlawanmu. Tolong aku,” ujar Alya lirih.
...***...
“Nanti malam pada mau balap di lokasi baru,” ujar Refan.
Guntur yang mendengar info tersebut belum komentar apapun. Saat ini dia dengan Refan sedang bersama anggota geng motor lainnya, berkumpul di tempat biasa. Lapangan dengan taman kota, yang dekat dengan kawasan penduduk.
Guntur melirik jam tangannya sudah hampir jam delapan malam, sebentar lagi geng motor itu akan bergerak menuju lokasi yang Refan maksud.
“Mau nggak?”
“Nggak, gue off dulu balap liar bareng kalian. kekalahan kemarin aja belum gue tuntasin,” jawab Guntur menolak permintaan Refan.
“Halah, lemah.”
“Terserah. Perasaan gue lagi nggak enak, kalau dipaksain khawatir ada sesuatu yang nggak pernah kita duga,” tutur Guntur lalu menghidupkan mesin motornya bahkan memasang helm di kepala.
“Mau ke mana?” tanya Refan.
“Balik. Lagi nggak mood gue ikut yang beginian.”
Guntur menggerakan motornya meninggalkan tempat itu dan pulang ke rumah. Jati dan Kanta yang absen kegiatan geng motor malam ini, ikut berpengaruh dengan moodnya. Sampai di rumah, Guntur mengecek ponselnya. Bahkan dia masih berdiri di beranda rumah ketika membaca pesan dari Jati.
[Tadi gue dengar cewek-cewek bilang nggak akan ada yang nemuin Alya. Paling besok. Lo bisa hubungi Alya. Takutnya dia diumpetin atau masih ketiduran di kelas]
Guntur menghubungi nomor Alya tapi tidak aktif. Sepulang sekolah pun gadis itu tidak menemuinya, padahal menjawab iya ketika dirinya memberikan beberapa perintah.
“Jati nggak ngot4k amat sih, kenapa nggak dia cek dari tadi.” Guntur kembali menaiki motornya untuk kembali ke sekolah.
Entah apa yang membuatnya begitu khawatir kalau yang dimaksud Jati adalah Alya terkunci salah satu ruangan di sekolah. Dengan caranya mengendarai motor kecepatan kencang tentu saja membuat dia cepat sampai di tujuan.
“Loh, ngapain kamu malam-malam ke sekolah?” tanya bagian keamanan.
“Buka pak, kayaknya temen saya terkunci di salah satu ruangan,” ujar Guntur.
Setelah memarkir motornya, salah satu penjaga keamanan mengekor langkah Guntur memasuki area sekolah.
“Terkunci di mana?”
“Nah itu yang saya nggak tahu. Memang nggak ada pengecekan ruangan setelah siswa pulang?” tanya Guntur sambil melongok ke dalam ruang kelas yang dia lewati.
“Ada, tapi kayaknya formalitas doang.”
Dengan cara mendatangi ruangan satu persatu, akan menghabiskan waktu dan tenaga. Apalagi sekolahnya cukup luas.
“Heh, maksudnya gimana? Gue udah di sekolah nih,” seru Guntur ketika menghubungi Jati.
“Gue Cuma denger cewek-cewek ngomongin Alya.”
“Ck, nggak ada clue lain?”
“Sempat bilang toilet gitu, yang jauh dari ruang guru. Perasaan gue semua toilet siswa memang jauh dari ruang guru ya,” sahut Jati di ujung telpon.
Guntur mengakhiri panggilannya lalu bertanya pada penjaga keamanan letak toilet siswa. Bergegas dia menuju arah pertama, tapi nihil. Yang kedua pun sama, tidak ada Alya bahkan pintu toilet tidak terkunci.
“Hoax kali, mungkin aja Cuma informasi iseng.”
Guntur mengernyitkan dahinya, lalu menuju lokasi ketiga. Toilet di ujung koridor dekat lapangan basket. Benar saja, pintu toilet tertutup dan … terkunci.
“Pegang kuncinya?” tanya Guntur.
“Nggak.”
Guntur memukul pintu dan berteriak.
“Alya, lo di dalam?”
Kembali menggedor pintu dan ….
“Iya, tolong aku.”
“Hah. Beneran ada orang,” seru petugas keamanan.
“Gue dobrak aja,” usul Guntur. “Lo mundur, gue mau dobrak pintunya!” teriak Guntur lagi.
Hentakan ketiga, akhirnya pintu pun berhasil dibuka paksa.
“Alya ….”
“Guntur. Sumpah aku terkunci di sini, bukan tidak mau penuhi permintaan kamu,” ungkap Alya lirih.
Guntur menatap lantai di mana berserakan kertas yang tadi dijadikan Alya alas duduk. Lalu beralih pada penampilan Alya yang kusut dan lelah.
“Ikut gue, kita pulang.”
“Loh, ini pintunya gimana?” tanya petugas keamanan.
“Urus sama lo.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
reza indrayana
akhirnya sang pahlawan DTG sesuai doa Alya ..👍🏻👍👍🏻🩵🩵💛🩵🩵😘😘😘😘
2024-01-18
4
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
yehhh muali dah tuh kwatir..
2023-12-22
0
Becky D'lafonte
udah hawatir aja guntur sm alya
2023-09-19
3