Malam ini Alya sulit memejamkan mata, sejak tadi dia hanya berbaring miring lalu terlentang dan kembali miring. Akhirnya Alya beranjak dari ranjang dan berpindah ke ruang depan karena tidak ingin mengganggu tidur ibunya. Tinggal hanya berdua di rumah petak, bahkan harus berbagi ranjang dengan ibunya.
Alya membuka buku pelajaran berharap dengan membaca akan membuatnya mudah mengantuk, tapi tidak. Sebenarnya ada hal lain yang membuatnya sulit tidur, yaitu Guntur. Pria itu akhir-akhir ini mengganggu pikiran dan fokusnya.
Beberapa momen interaksi bersama Guntur menimbulkan perasaan asing di hati Alya. Guntur yang awalnya begitu menyebalkan, bahkan menjadi salah satu orang yang harus dihindari ketika berada di sekolah kini beda cerita. Alya malah merasa nyaman berada di dekat pria itu.
“Aku kenapa sih? Kok malah mikirin Guntur,” gumam Alya.
Alya menutup buku pelajaran dan melepaskan kacamatanya lalu meletakkan di atas meja. Lagi-lagi dia teringat Guntur yang menyarankan mengganti kaca matanya dengan yang lebih menarik.
“Ish, Guntur lagi,” ujar Alya lalu beranjak dan kembali ke kamarnya.
...***...
Karena ponsel Alya yang rusak dan belum ada ganti, Guntur jadi susah menghubunginya. Tentu saja hal ini menjadi sesuatu yang dirindukan juga oleh Alya. Biasanya Guntur selalu menyusahkan dengan perintahnya, tapi kali ini tidak. Seperti pagi ini, Alya sudah duduk manis di kursinya menunggu pelajaran dimulai.
Dua pelajaran sudah berakhir dan saatnya istirahat, Alya berniat ke toilet.
“Alya.”
Gadis itu menoleh, ternyata Doni. Siswa yang sama dengan dirinya, penerima beasiswa.
“Besok ada seleksi untuk kelanjutan beasiswa pendidikan tinggi dari beberapa donatur tetap sekolah, kamu sudah dengar ‘kan?”
Alya mengangguk.
“Kamu mau ikut?” tanya Doni.
“Hm, entahlah. Aku belum putuskan.”
Alya dan Doni masih membicarakan kegiatan seleksi tersebut dan tidak jauh dari tempat mereka ada seseorang yang memperhatikan interaksi keduanya. Bahkan dari tatapan wajah orang itu terlihat tidak menyukai apa yang dia lihat.
Penampilan Alya kali ini terlihat berbeda, dengan rambut terurai tidak dikuncir seperti biasa bahkan kacamata yang membingkai wajahnya berganti model lebih simple membuatnya terlihat lebih … menarik. Ditambah Alya tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya.
Dia tersenyum, tapi bukan untuk gue, batin Guntur yang semakin kesal dengan pria yang berbicara dengan Alya.
“Beraninya main api sama gue,” ujar Guntur lalu pergi.
Pria itu mencari Jati dan Kanta lalu menyampaikan apa yang baru saja dia lihat.
“Bawa kemari tuh laki!” titah Guntur.
Tidak lama Kanta kembali membawa Doni yang bingung ada urusan apa sampai dia dipaksa ikut.
“Oh jadi nama lo Doni?” tanya Guntur.
“Iya gue Doni. Ini sebenarnya ada urusan apa?”
Guntur terkekeh mendengar pertanyaan Doni, Jati yang berdiri di samping Doni menepuk bahu pria itu.
“Lo udah main-main sama berandal sekolah kita,” cetus Jati.
Doni tahu siapa Guntur dan dia sadar berada dalam masalah karena berusaha dengan pria itu, walaupun tidak tahu penyebab masalahnya.
“Ada urusan apa lo sama Alya?” tanya Guntur.
“Alya?”
“Iya Alya, masa Aldo. Kuping lo masih normal ‘kan?” Guntur mulai ngegas.
“Aku tidak ada urusan apapun, kami kenal karena sering bertemu terkait beasiswa,” tutur Doni.
Namun, Guntur tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Doni malah mencengkram kerah kemeja laki-laki itu.
“Lo jangan bohong. Nggak mungkin nggak ada urusan, tapi kalian bisa ngobrol sedekat itu. Bahkan Alya tersenyum. Lo suka sama Alya ‘kan?”
Doni menggelengkan kepalanya. Walaupun dia ada perasaan dengan gadis itu, situasi kali ini mengharuskan dia mengatakan bahwa dia tidak ada perasaan dengan Alya.
“Ngaku lo!” teriak Guntur.
“A-aku tidak suka dengan Alya. Kami murni berteman,” jawab Doni terbata-bata.
Guntur menghempas tubuh Doni sampai tersungkur ke lantai.
“Gue lihat lo ngobrol dengan Alya kayak tadi, lo berurusan dengan gue,” ancam Guntur.
“Pergi lo!” usir Jati pada Doni.
Setelah Doni pergi, Kanta bersiul dan bersenandung. “Inikah rasanya cinta, oh inikah cinta terasa bahagia saat jumpa dengan dirinya.”
Guntur berdecak melirik sinis pada Kanta. “Lo jatuh cinta sama cowok tadi?”
“Bukan gue, tapi lo,” jawab Kanta lalu mengerlingkan matanya kepada Jati dan keduanya ber cie cie.
“Sakit lo berdua,” seru Guntur.
“Sepertinya sudah ada lope-lope di sini,” ejek Jati.
“Bukannya bikin Alya lope ke dia malah dia yang lope ke Alya,” tambah Guntur.
“Heh, gue bukan suka sama Alya. Justru gue berusaha agar Alya nggak suka dengan yang lain, tapi sukanya sama gue.”
“Terserah lo deh, mending balik ke kelas. Kita belajar yang bener, biar cepet lulus terus lo bisa cepet kawin sama Alya,” ejek Jati.
“Ngapain gue kawin sama dia? Urusan gue Cuma sampai dia jatuh cinta, setelah itu kelar.”
...***...
Pelajaran telah usai, Alya sengaja keluar dari kelas belakangan menunggu koridor lebih lenggang. Saat melewati meja piket, dia melihat Doni.
“Doni,” panggilnya.
Doni yang menoleh dan melihat Alya berjalan ke arahnya. Dia masih ingat betul ancaman Guntur.
“Don ….”
“Maaf aku buru-buru.” Doni bergegas meninggalkan Alya.
“Dia kenapa sih?” gumam Alya.
“Eh lo Alya ‘kan?” tanya seorang siswi sambil menepuk bahu Alya.
“Iya.”
“Guntur nungguin lo di parkiran,” ujar siswi tersebut. “Lain kali pake hp untuk komunikasi, jangan nyusahin orang. Kayak hidup di zaman purba aja.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Dian Wati
😄😄😄😄😄
2025-01-10
0
reza indrayana
🤔🤔🤔🥰🥰🥰🥰😘😘😘😘💙💙💛💙💙
2024-01-18
1
Astri
hahahahahah
2023-12-25
0