Intan dengan mata kepala sendiri, ia melihat orang-orang telah beres menguburkan jasad adik kandungnya.
Hatinya Intan sungguh terpukul dan menjerit batinnya melihat adik satu-satunya yang di biayai sekolah dari Sekolah Dasar sampai tamat Sekolah Menengah Atas oleh Intan sendiri sebagai tulang punggung keluarga.
Harus mau tak mau, merelakan adiknya itu pulang ke pangkuan Illahi.
"Desi, adik kesayanganku!" ucap Intan dengan berjalan cepat menemui makam kuburan adiknya.
Andrew dan juga Rudi segera berjalan menyusul ke arah makam Desi hingga mereka berdua melihat Intan jongkok di tanah, dekat makam kuburan adiknya itu.
"Kamu yang tegar ya, Intan!" ungkap Rudi seraya dirinya jongkok menghadap makam kuburan Desi.
"Ya benar itu, sayang kamu harus tabah dan ikhlaskan kepergian adikmu itu. Supaya Desi bisa tenang di alam sana!" ucap Andrew dengan jongkok di samping istrinya itu.
"Tentu Dewi harus kuat menerima kenyataan ini dan semoga Desi dilapangkan di alam kuburnya, Amin." ungkap Intan dengan mengusap air mata yang membanjiri pipi wajahnya itu, oleh tangan kanannya.
"Amin," pungkas Andrew.
"Awan sudah mendung, ayo mari kita semua pulang!" ujar Pak RT dengan menyuruh orang-orang yang hadir untuk pulang.
Semua orang meninggalkan kuburan makamnya Desi, hingga yang belum pulang hanya Andrew, Intan dan juga Rudi.
"Sayang lihatlah, awan sudah mendung. Mari kita pulang!" pinta Andrew dengan kedua tangannya merangkul Intan agar berdiri.
"Betul itu, lihatlah ternyata sudah hujan gerimis!" ucap Rudi dengan yang awalnya jongkok akhirnya ia berdiri.
"Kamu lagi hamil sayang, mari pergi dari sini supaya baju tidak basah kuyup karena air hujan!" ungkap Andrew dengan membujuk Intan agar pulang meninggalkan kuburan makam adiknya itu.
"Baik, Kak Andrew!" jawab Intan dengan segera ia pergi meninggalkan makam adiknya itu.
Rudi, Andrew dan juga Intan mulai berjalan meninggalkan kuburannya Desi, namun hati Intan terbesit untuk menoleh ke belakang makam Desi.
Namun saat itu yang ia lihat adalah sosok bayangan hantu wanita berwajah seram. Hingga ia menjerit ketakutan.
"Apa itu, Kak Andrew?" tanya Intan dengan suaranya menjerit dan ekspresi wajahnya ketakutan.
"Ada apa kok menjerit, Intan?" ucap Andrew dengan menengok ke belakang melihat ke makamnya Desi.
"Itu ada sosok bayangan hantu di depan makamnya, Desi!" ujar Intan dengan bulu kuduknya merinding.
Rudi dan juga Andrew, langsung melirik ke belakang yang ternyata pas di lihat oleh Intan itu memang tidak ada sosok bayangan hantu itu.
"Mana Intan, tuh kan tak ada? Kamu jangan melamun oke!" ungkap Rudi dengan menenangkan hatinya Intan.
"Ya sudah, mari kita pulang dan jangan menengok lagi ke belakang karena ini di kuburan!" ucap Andrew dengan merangkul Intan untuk berjalan bersama.
"Baik," pungkas Intan dengan tersenyum.
Mereka bertiga dari tempat kuburan pergi menuju rumahnya Rudi.
Tak dapat di pungkiri kalau hatinya Rudi dari dulu saat Intan masih kanak-kanak hingga sekarang, Rudi ingin tetap menjadi teman curhatnya dikala Intan sedang berduka.
Namun sekarang persahabatan mereka berdua harus terpisah karena Intan dibawa suaminya tinggal di Jakarta.
***
Saat sampai rumahnya Rudi, Ibu Gina membukakan pintu masuk kepada mereka bertiga.
"Gimana sudah dikuburkan jasadnya, Desi?" tanya Ibu Gina dengan hatinya bersedih.
"Tentu sudah, Bu Gina kenapa tidak ikut dengan kami tadi?" ucap Intan dengan hatinya penasaran.
"Mohon maaf, Intan karena Ibu lagi sakit perut. Semoga Desi di terima iman dan islamnya!" ujar Ibu Gina.
"Amin, semoga Ibu Gina cepat sembuh ya!" sahut Intan dengan tersenyum.
"Amin, oh ini ada uang kematian duka wafat dari tetangga-tetangga disini yang memberikannya tadi pagi, saat kamu belum datang kesini. Dan ini amplop-amplop dari mereka, serta ini dari kami selaku keluarga Pak RT untuk kamu!" ungkap Ibu Gina dengan tangannya memberikan amplop-amplop pada Intan.
"Terima kasih Bu sebelumnya, akan Intan sumbangkan semua amplop yang berisi uang ini ke Panti Asuhan Yatim Piatu!" jawab Intan dengan menerimanya amplop-amplop tersebut dan memasukkannya ke dalam tas Intan.
"Ya tentu boleh," pungkas Ibu Gina dengan tersenyum.
"Oh ya, waktunya kami berdua berpamitan pada Ibu Gina dan juga Rudi. Kami berdua tidak bisa lama-lama disini, Bu!" sahut Andrew dengan memberikan tangan kepada Ibu Gina untuk berjabat tangan.
"Baik, Ibu doakan semoga kehamilannya Intan selalu sehat ya!" ujar Ibu Gina.
Andrew dan Intan pun, akhirnya bersalaman berjabat tangan dengan Ibu Gina dan juga Rudi.
Mereka berdua setelah berpamitan, langsung masuk ke mobil dan mulailah Andrew menyetir mobilnya.
Di tengah perjalanan, ponsel milik Andrew berdering ada panggilan masuk dari Dina.
"Halo, saya sudah berhasil memimpin dalam acara rapat dengan klien!" ungkap Dina dengan menelepon kepada Andrew.
"Halo juga, ya sudah kamu memang bendaharaku yang bisa aku andalkan!" jawab Andrew dengan ekspresi wajahnya tersenyum.
"Ya sudah, tunggu kejutan selanjutnya ya!" ucap Dina dengan menutup teleponnya.
"Memang kejutan apa sih? Halo, kok malah di matikan teleponnya!" ujar Andrew dengan hatinya penasaran.
Akhirnya, mereka berdua sampai ke tempat Panti Asuhan Yatim Piatu karena sebelum pulang Intan meminta Andrew untuk mengantarkan dirinya ke tempat tersebut.
Karena mau menyumbangkan semua uang kematian adiknya untuk di sedekahkan ke anak-anak yatim piatu.
Setelah dari Panti, mereka berdua langsung melanjutkan kembali perjalanannya untuk sampai ke rumahnya Andrew.
Intan mendengar suaminya sedang berbicara di telepon dengan Bima, kalau Dina memang benar mantan kekasihnya Andrew.
Dewi sungguh terkejut, dengan mendengarnya langsung dari Andrew yang sedang asyik menerima panggilan masuk dari Bima.
"Kak Andrew, apa maksudnya?" tanya Intan dengan hatinya penasaran.
"Maksudnya apa, oh itu memang benar!" jawab Andrew dengan segera menutup telepon dari Bima.
"Jadi Dina tuh, mantan kekasihmu?" ucap Intan dengan tak menyangka kalau dulu suaminya tidak mengatakan hal tersebut.
"Iya memang kenapa? Dan dia masih tetap sayang padaku walaupun aku sudah menikah denganmu!" ungkap Andrew dengan mencoba membuat istrinya cemburu.
"Apa Dina sampai sekarang masih sayang padamu?" tanya Intan dengan ekspresi wajahnya cemberut.
"Tentu, dulu kita menikah kontrak bukan karena cinta. Tapi karena kita sudah berjodoh maka aku putuskan untuk tidak akan selingkuh darimu karena kamu sudah hamil dari anakku!" ucap Andrew dengan menenangkan hatinya Intan supaya tidak emosi.
"Ya memang waktu itu, aku menikah kontrak denganmu karena terpaksa. Sekarang aku tulus mencintaimu hingga aku akhirnya bisa hamil dari anakmu dan jika kamu selingkuh dengan wanita lain, lebih baik jangan temui aku lagi!" ungkap Intan dengan hatinya kesal dan cemburu.
"Baik, tidak akan selingkuh jika kamu setia!" pungkas Andrew.
"Siap," sahut Intan dengan tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Rapa Rasha
duh kak lanjut terus
2022-12-25
0
ferdyan
Perlu diadaptasi jadi audiobook ini ceritanya sangat menarik.
2021-03-27
10