Ambyar

Intan tak menyangka kalau suaminya bisa berbuat seperti itu dan ia langsung menangis terisak-isak hingga marah kepada suaminya, "Pak Budi jahat, kenapa tega menjual istrinya sendiri kepada laki-laki lain? Pak Budi tidak punya hati nurani dan tega menceraikan istrinya hanya demi uang!"

Pak Budi menjawab, "Sudah kamu jangan banyak bicara, lebih baik Intan pergi dari rumah ini dan menikahlah dengan Pak Dani karena Intan sudah saya jual kepada pria tampan ini!"

Intan dengan air mata berlinang, menjawab dengan tegas, "Tidak Pak Budi, tidak mau!"

Pak Budi menyatakan, "Kamu harus mau, Intan!" sambil menampar keras pipi istrinya.

Dan seketika Intan berteriak lantang, "Tidak mau, Pak Budi!"

Hingga Intan menjerit kencang meminta pertolongan, "Tolong.. tolong.. tolong..." agar rintihan suara Intan terdengar oleh warga tetangga setempat.

Tak lama kemudian warga setempat pun datang dan menghampiri rumah Pak Budi itu.

Lalu, Intan menceritakan masalahnya kepada tetangga yang datang ke rumah Pak Budi dan Ketua RT juga, langsung menelepon polisi setempat hingga tak lama polisi datang ke rumah Pak Budi, serta membawa kedua tersangka yaitu: Pak Budi dan laki-laki bernama Pak Dani itu.

Akhirnya setelah kejadian malam itu, keesokan harinya Intan pergi ke kampus dan mengambil beasiswa pendidikan jurusan ilmu pemerintahan di perguruan tinggi.

Kini mimpi Intan untuk belajar di perguruan tingginya tercapai, namun sayang ayah kandungnya itu tertangkap polisi di halaman rumahnya, karena terciduk sedang bermain judi bersama teman-teman ayahnya dikampung halaman.

Hati Intan sungguh sedih, merasa terpukul karena dia jadi tinggal berdua bersama Desi yang masih sekolah.

Intan setiap hari seperti biasanya, ia membeli gorengan dan kue kering di warung dekat rumahnya, untuk dijual kembali ke teman-teman di kampus barunya. Di kampusnya itu, Intan bertemu dengan teman-teman barunya dan ia bisa beradaptasi dengan lingkungan kampus.

Intan menyukai mata kuliah pendidikan kewarganegaraan karena ia sangat mencintai negara Indonesia, yang sudah merdeka dari penjajahan Jepang dan Belanda.

Intan pun adalah mahasiswa yang aktif dan mengikuti Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa di kampusnya itu. Pada jam istirahat bel berbunyi, Intan segera membereskan buku-buku pelajarannya dan dimasukkan ke dalam tasnya.

Setelah itu, Intan keluar dari ruang kelasnya dan bergegas ke loker tempat penyimpanan barang-barang, untuk mengambil kue kering dan gorengan untuk dijualnya di kantin.

Pada saat di kantin, Intan menawarkannya ke semua mahasiswa yang lewat kepadanya dan ada beberapa temannya yang membeli barang dagangannya itu.

Intan sudah tidak malu lagi untuk jualannya itu, karena ia sudah terbiasa dengan mental bajanya. Dan Intan jualan pun, untuk menyambung hidup dirinya dengan adik perempuannya yang masih sekolah.

Berani karena benar, takut karena salah ialah kata-kata motivasi yang didapat dari mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia, semenjak ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Intan adalah orang yang pantang menyerah, ia selalu mengikuti berbagai macam perlombaan yang diadakan di kampusnya itu.

Intan dengan semangat juangnya, tak kenal lelah untuk bisa sampai diikutsertakan lomba badminton tingkat nasional. Karena Intan ingin berusaha sekuat tenaga mengharumkan nama baik keluarganya dan juga kampusnya melalui kemampuannya dalam bermain bulu tangkis.

***

Intan mengikuti lomba bulu tangkis, untuk pertama kalinya ia ikut lomba badminton tingkat nasional. Intan sebagai perwakilan dari kota Bandung, yang mewakili semua teman-teman kuliahnya di kampus barunya untuk mengikuti lomba badminton.

Lomba bulu tangkis pun, berlangsung dipertandingkan oleh Intan di depan orang banyak yang disaksikan acara tersebut dari berbagai macam: suku, ras, dan agama yang berbeda.

Para penonton dari warga provinsi Jawa Barat dan khususnya dari kelompok mahasiswa kampusnya Intan, bersorak ria saat penampilan Intan begitu indah menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan lentur dan bagus.

Dan sampai akhirnya, Intan memenangkan lomba bulu tangkis tersebut. Sorakan pun, semakin keras terdengar saat pengumuman lomba badminton di umumkan.

Ternyata saat sedang di umumkan, nama Intan disebutkan kalau ia dari lomba bulu tangkis, Intan juara pertama dari lomba bulu tangkis tingkat nasional. Intan pun terharu, ketika namanya dia dipanggil ke depan untuk diberikan penghargaan.

Dipanggung kejuaraan, Intan diberikan mendali emas dan uang penghargaan serta di foto bersama untuk diabadikan serta di dokumentasikan oleh pihak yang berwenang. Dan dari para dosen hingga teman-teman Intan dari kampusnya, mengucapkan selamat atas prestasinya yang diraih Intan.

Intan pun, mengucap syukur kepada Tuhan karena melalui doanya, ia mampu mewujudkan mimpinya itu. Namun Intan belum merasa hidupnya tenang, karena ia ingin membebaskan ayah kandungnya dari jeruji besi penjara.

***

Keesokan harinya, Intan datang ke kantor polisi untuk menemui ayah kandungnya itu. Lalu, Intan ingin membebaskan ayahnya dari penjara, dengan menebus membayar uang tahanan ke pihak polisi, supaya pihak berwenang bisa membebaskan ayah kandungnya itu dari jeruji besi.

Setelah membayar tebusan tahanan ke pihak yang berwenang, akhirnya ayahnya Intan dibebaskan dari dalam penjara.

Uang yang di dapatnya dari penghargaan prestasinya Intan, sebagian dibayarkan untuk membebaskan ayahnya dari tahanan kantor polisi dan sebagiannya lagi dari uang tersebut, akan Intan di sumbangkan ke Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu.

Intan pun, berucap syukur kepada Tuhan karena bisa mewujudkan mimpinya dan hidupnya untuk menjadi pemuda Indonesia yang berbakat. Hingga bisa membanggakan nama baik kota tempat tinggalnya, serta bisa mengharumkan nama baik kampusnya, dan keluarganya.

Kini hidup Intan menjadi bahagia bersama ayah dan adik perempuannya. Namun saat kebahagiaan menerpa hidup Intan, tiba-tiba setelah beberapa hari dibebaskan dari penjara, ayahnya mulai merasa sakit ginjal.

Pada waktu siang hari, ayahnya Intan sedang mengepel lantai bersama Desi. Saat mengepel lantai, ayahnya terjatuh pingsan ke lantai.

"Ayah, kenapa ayah?" ucap Desi seraya langsung memegang tangan ayahnya. Ternyata detak urat nadinya masih berdenyut dan ayahnya masih hidup, hanya pingsan biasa. Lalu, Desi segera mengambil ponsel seluler ke kamarnya.

Dan Desi segera menelepon kakaknya, "Halo, Kak? Ini Desi adikmu!"

"Iya halo, Desi ada apa tumben kamu menelepon?" tanya Intan.

"Itu Kak Intan, Desi mau memberi kabar kalau ayah sekarang pingsan, Kak!" jawab Desi saat menelepon Kakaknya.

"Ya sudah, Desi segera secepatnya bawa ayah ke rumah sakit setempat dan minta bantuan Kak Rudi ya, tetangga samping rumahmu itu. Nanti Kak Intan langsung secepatnya pulang dari kampus dan mau meminta ijin dulu ke dosen. Hati-hati ya!" ungkap Intan ditelepon sambil menutup teleponnya.

"Baik, Kak Intan!" pungkas Desi seraya menutup ponsel seluler dan langsung ia simpan di saku celananya.

Lantas apa yang akan terjadi dengan Ayah kandungnya Intan?

Ikuti terus kisah serunya!

Terpopuler

Comments

Rapa Rasha

Rapa Rasha

intan kamu hebat lanjutkan kak

2022-12-25

0

Reza Eza

Reza Eza

Sangat Wajib di adaptasi jadi WEB SERIES DAN Juga Komik ya team Mangartoon, sangat Rekomendasi di promosikan terus menerus oleh Noveltoon ya karena ini Novel Inspiratif banget bertema Wanita inspirasi.

2021-09-12

4

ferdyan

ferdyan

Perlu diadaptasi jadi audiobook ini novel keren banget dan populer. Ceritanya sangat menarik.

2021-03-27

9

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!