bab 17. nasi goreng buatan Shareen

Shareen terpaku mendengar suara yang sangat di rindukannya itu. Ia langsung berbalik badan. Air matanya kembali jatuh melihat siapa yang berlari ke arahnya.

"Ohhh ... Sayang, mama sangat merindukan Alan. Mama senang akhirnya bisa ketemu Alan lagi. Jangan tinggalin mama lagi ya, Nak."

Shareen terus saja menciumi pipi Alan. Mengacak-acak rambutnya dan juga memeluknya dengan erat.

Pengasuh Alan yang tadi datang bersamanya sangat senang. Karna semenjak datang ke rumah ini, ia belum pernah melihat Alan tersenyum. Bahkan anak laki-laki itu terus saja murung dan tidak mau makan. Sehingga membuat pengasuhnya itu cemas.

Shareen melihat pada wanita yang datang bersama anaknya itu. Wanita yang bernama Ranti itu tersenyum, ia sudah mendengar dari papa Keenan kalau Shareen adalah mamanya Alan.

Shareen balas tersenyum pada Ranti. Kemudian ia berdiri sambil menggendong Alan.

"Saya Ranti, Bu. Pengasuhnya Alan," kata Ranti pada Shareen.

"Saya Shareen, mamanya Alan. Terima kasih sudah menjaga Alan," balas Shareen.

"Itu sudah pekerjaan saya, Bu."

"Bagaimana keadaannya selama tidak ada saya?" tanya Shareen lagi.

Ranti menceritakan pada Shareen kondisi Alan yang sebenarnya. Meski sudah menduga itu. Tetap saja Shareen sedih mendengarnya.

"Alan mau makan?" tanya Shareen lagi. Karna Ranti mengatakan kalau Alan susah makan, bahkan Ranti sering memaksanya agar perut Alan tetap terisi.

Alan menganggukkan kepalanya. Shareen makin gemas melihatnya. Ia kembali menciumi pipi dan juga perut Alan. Saat Shareen mencium perutnya. Alan langsung tertawa karna kegelian. Bukannya berhenti Shareen makin jadi menciumi perut Alan. Jadilah Alan tertawa keras karna kegelian.

Dari tangga menuju lantai dua rumah, papa Keenan tersenyum melihat itu. Baru kali ini ia melihat cucunya itu tertawa. Dan itu membuatnya bahagia.

Kemaren ia sempat cemas dengan kondisi Alan. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada cucunya itu. Meski baru beberapa hati ketemu. Papanya Keenan sudah sangat menyayangi Alan.

***

"Ehh Mbak Shareen, Mbak Shareen butuh sesuatu?" tanya bik Rum, saat Shareen datang ke dapur.

"Bik Rum, panggil nama aja Bik. Tidak perlu manggil Mbak," kata Shareen.

Ia tidak suka di panggil begitu, karna bik Rum lebih tua darinya. Menurut Shareen kurang sopan rasanya seperti itu.

"Tapi kan Mbak Shareen ini istri mas Keenan juga. Masak saya harus panggil nama saja," jawab bik Rum lagi.

"Tidak apa Bik."

"Baiklah, ngomong-ngomong Mbak, eehh Shareen butuh apa? Kenapa datang ke dapur?"

Shareen lalu menjelaskan pada bik Rum kalau ia ingin memberi Alan makan. Bik Rum memperlihatkan pada Shareen makanan apa saja yang ada.

Shareen melihat makanan yang ada semuanya pedas. Ia minta izin pada bik Rum untuk membuatkan makanan untuk Alan. Bik Rum pun mempersilahkan, ia juga membantu Shareen menyiapkan bahan-bahan yang di perlukan Shareen.

***

Keenan yang baru saja keluar bersama Rhania dari kamarnya, mencium aroma nasi goreng, yang sangat menggugah seleranya. Bau itu mengingatkannya saat dulu tinggal bersama Shareen.

Keenan dan Rhania akan pergi keluar untuk makan. Diruang keluarga, papanya duduk sambil tersenyum dan melihat ke arah meja makan. Keenan penasaran dengan apa yang dilihat oleh papanya. Ia pun melihat kearah pandangan papanya.

Ternyata papanya sedang menyaksikan Shareen yang menyuapi Alan makan. Alan makan dengan lahap. Dari mulutnya yang penuh dengan makanan terdengar anak laki-laki itu mengoceh. Tapi yang dikatakannya tidak jelas.

Keenan ikut tersenyum melihat itu. Sedangkan Rhania merasa iri pada Shareen. Ia meremas tangannya sendiri karna marah. Ia merasa papa mertuanya, mulai perhatian dan sayang pada Shareen. Ditambah lagi Keenan yang juga ikut tersenyum.

"Mas."

"Mmmm ...."

"Aku mau ke kamar dulu, Mas."

"Loh, kok ke kamar? Kan kita mau ke luar."

"Gak jadi Mas. Aku berubah pikiran, tiba-tiba aku merasa kurang sehat," kata Rhania lalu pergi ke kamar dengan sedikit berlari.

Keenan tidak sadar, kalau Rhania sedang merajuk. Ia pikir istrinya itu benar-benar kurang sehat. Sehingga ia mengambilkan obat di kotak P3K yang terletak di lemari dekat meja makan.

Saat melewati meja makan, perut Keenan merasa keroncongan karna mencium bau nasi goreng. Kebetulan ia belum makan. Makanya ia dan Rhania berencana makan di luar. Meski akhirnya harus gagal.

Keenan melewati Shareen dan Alan, ia sengaja tidak menengok. Tapi Shareen yang sengaja mencuri-curi pandang pada Keenan, tau kalau Keenan ngiler dengan nasi goreng buatannya. Itu terlihat dari Keenan yang menelan ludah saat ia melewati mereka.

Shareen sengaja tidak menawari Keenan, biar saja ia tersiksa dengan itu. Shareen tau Keenan sangat menyukai nasi gorengnya. Selain ingin membuatkan masakan enak untuk Alan. Shareen memang sengaja memasak itu, agar Keenan kangen dengan masakannya.

Meski ia tau Keenan tidak akan mau memakannya, karna Shareen yakin Rhania akan melarangnya.

Papa Keenan hanya geleng-geleng kepala, melihat tingkah anaknya itu.

***

"Sayang, ini Mas bawakan obatnya. Kok bisa kamu tiba-tiba sakit? Atau biar Mas panggilin dokter untuk memeriksa kamu. Mas takut kamu kenapa-napa," kata Keenan pada Rhania. Ia sudah berada dikamar sambil membawa obat.

"Sayang, ayo duduk dulu," kata Keenan lagi. Tapi Rhania masih tetap berbaring, kini ia beralih membelakangi Keenan.

Melihat itu, Keenan mulai paham kalau istrinya itu bukan sedang sakit, tapi kembali merajuk.

Keenan tersenyum lalu naik ke atas kasur, ia ikut berbaring dan memeluk istrinya dari belakang. Ia membelai lembut rambut Rhania. Lalu menciumnya.

Keenan membalikkan tubuh Rhania untuk menghadap padanya. Rhania pun menurut saja.

"Kenapa? Mas yakin terjadi sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Kamu membatalkan pergi bukan karena sakitkan? Ayo, jujur sama Mas," kata Keenan lagi.

"Huhu ... huhu ...."

Bukannya menjawab, Rhania malah menangis. Keenan tidak memaksanya untuk berbicara. Ia yakin pusat masalah Rhania tidak jauh-jauh dari Shareen.

Keenan kembali memeluk erat Rhania, ia membenamkan kepala Rhania ke dadanya. Sekarang Rhania tidak lagi menangis, ia sudah melupakan masalah tadi karna perlakuan indah Keenan padanya. Bahkan sekarang mereka berdua sudah berlayar mengarungi indahnya surga dunia.

***

"Mas."

Rhania meraba sisi sebelah tempat ia tidur, ia tidak menemukan Keenan di sana. Ia melihat ke sekeliling kamar.

Jendela dan gorden sudah di tutup. Lampu juga sudah dihidupkan. Ia mengambil ponsel di nakas untuk melihat jam. Ternyata hari sudah malam. Ia tertidur cukup lama, setelah kejadian tadi.

Rhania langsung turun dari tempat tidur,kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Kemudian bergegas keluar mencari suaminya. Ia takut Keenan akan dekat-dekat dengan Shareen.

Rhania tersenyum saat Keenan sedang makan di meja makan. Ia bersyukur apa yang dipikirkannya tidak jadi kenyataan.

"Mas, kok kamu gak bangunin aku sih, kan aku juga lapar?" tanya Rhania. Ia langsung ikut menyendok nasi goreng yang sedang dimakan Keenan.

Sedangkan Keenan sedikit tegang. Ia takut Rhania akan marah kalau sampai tau ia memakan masakan Shareen.

Tadi Keenan terbangun karna perutnya sangat lapar. Ia bergegas mandi lalu pergi keluar setelahnya. Ia langsung menuju meja makan.

Ternyata di meja makan sudah terhidang berbagai jenis makanan. Tapi Keenan malah salah fokus pada nasi goreng yang ada di mangkok. Nasi itu tinggal sedikit saja. Keenan yakin itu nasi goreng buatan Shareen tadi.

"Bik Rum, yang lain pada kemana?" tanya Keenan pada bik Rum yang kebetulan ada di dapur. Dapur dan ruang makan memang hanya dibatasi pembatas yang rendah saja. Sehingga orang yang ada di dapur bisa terlihat dari meja makan.

"Oh itu, Bapak sama Ibu tadi keluar, Den. Katanya ada urusan sebentar. Tapi mereka udah pada makan kok. Kalau non Gisella belum pulang. Apa Den Keenan butuh sesuatu?"

"Tidak. Oh ya Bik, ini nasi goreng punya siapa?"

"Itu tadi Shareen yang buat untuk Alan. Masih tersisa sedikit."

Karna kebetulan tidak ada orang dan Rhania juga masih tidur. Keenan langsung memakan nasi goreng itu. Kebetulan dimeja juga ada telor ceplok. Keenan hanya mengambil kuningnya saja dua buah. Jadilah ia makan dengan lahapnya.

Dan sekarang ia was-was karna Rhania tiba-tiba datang dan ikut makan bersamanya.

"Tumben bik Rum bikin nasi goreng sederhana seperti ini. Tapi rasanya sangat enak. Hanya saja sudah dingin. Kok gak dipanasin dulu Mas?"

"Oh itu, Mas sudah kelaparan Sayang," jawab Aditya sedikit gugup.

"Bik. Besok pagi bikin nasi goreng seperti ini lagi ya. Untuk sarapan, rasanya enak banget" teriak Rhania pada bik Rum yang sedang mencuci piring.

Keenan langsung menggaruk kepalanya. Ia berharap bik Rum tidak mengatakan kalau ini buatan Shareen. Ia berusaha memberi kode pada bik Rum untuk diam. Tapi bik Rum tidak memahaminya.

"Baik Non. Nanti saya tanya sama Shareen resepnya. Itu tadi Shareen yang buat," jawab bik Rum santai.

Mata Rhania melotot, ia langsung menatap lekat pada Keenan.

"Mati aku. Bik Rum sih, tidak mengerti meski sudah dikode," kata Keenan dalam hatinya.

"Mas!"

"Hahh."

Keenan pura-pura tidak tau dan cuek dengan apa yang dimaksud Rhania.

"Mas! Jangan bilang kamu kangen dengan masakan wanita itu. Aku lihat kamu sangat lahap makannya."

"Aku tidak tau apa-apa Sayang. Tadi Mas lihat ada nasi goreng di meja. Karna lapar, Mas langsung makan aja," kata Keenan berbohong.

"Beneran? kamu tidak bohong kan, Mas?"

"Beneran, ayo duduk lagi. Kamu mau makan apa? Biar mas yang ambilkan."

Meski sedikit ragu dengan perkataan Keenan. Rhania mencoba untuk percaya. Ia langsung duduk, ia jadi senang saat Keenan benar-benar melayaninya makan.

Dari balik pembatas ruangan, Shareen masih berdiri di sana. Tadi ia akan mengambil air minum ke dapur. Tapi saat itu juga Keenan lewat ke arah meja makan. Jadilah Shareen ngumpet dulu di sana. Ia pikir Keenan cuma sebentar. Ternyata ia malah duduk di meja makan.

Dan sekarang ada Rhania juga di sana.

Shareen tertawa melihat perlakuan Keenan pada Rhania. Lebih tepatnya mentertawakan sendiri nasibnya. Ia melihat bagaimana tadi Keenan harus sampai berbohong demi tidak membuat Rhania marah.

"Begitu Sayangnya kamu sama Rhania Mas. Bahkan kamu rela berbohong, agar dia tidak marah," ucap Shareen dalam hatinya.

Tidak mau, hatinya makin sakit, Shareen urung mengambil air minum. Ia kembali ke kamarnya.

***

Mata Shareen belum juga mau tidur. Ia teringat pada Alana. Bahkan ia sudah selesai mengaji untuk menenangkan hatinya. Namun ia masih saja belum bisa tenang. Ia sangat kangen dengan Alana.

Untuk mengurangi rasa kangennya. Shareen pergi ke kamar Alan yang terletak disebelah kamar Shareen. Tadi Shareen sudah menidurkannya.

Tadinya Shareen ingin tidur dengan Alan, tapi mama Lucy melarangnya. Ia beralasan agar Alan mandiri. Ia melarang keras Shareen untuk tidur di sana.

Shareen tidak membantah, toh apa yang dikatakan mama Lucy ada benarnya. Tapi sekarang ia harus kembali kesana untuk melepas rindunya pada Alana.

Shareen tidur disamping Alan. Ia memeluk tubuh Alan yang telah tertidur dengan nyenyak. Shareen sangat bersyukur sekarang Alan bisa tidur di tempat tidur yang layak.

Kasurnya sangat empuk, kamarnya juga luas dan wangi. Berbeda dengan dulu. Kasurnya saja sudah keras. Kamarnya juga sempit dan panas. Sedangkan sekarang dikamar Alan sudah terpasang pendingin udara.

Krieet.

Shareen kaget mendengar pintu kamar Alan dibuka. Cahaya lampu tidur yang redup membuat Shareen tidak bisa melihat siapa yang datang. Ia juga tidak tau harus bersembunyi dimana.

Langkah kaki itu makin dekat, Shareen takut kalau mama Lucy yang datang. Ia menutup matanya saat orang itu mulai mendekat ke tempat Alan tidur.

"Kamu!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!