bab 5. pertemuan dengan kaluarga Keenan

Semenjak tadi, Aditya seperti merasakan ada yang mengikutinya. Mulai dari ia keluar rumah sampai ia di pasar. Instingnya merasakan jika ia sedang diawasi.

Hati-hati Aditya memperhatikan sekeliling, tapi ia tak menemukan orang yang mencurigakan. Aditya marah, ia percaya jika Shareen lah yang sedang mengikutinya. Aditya berfikir, jika Shareen pasti melakukan itu karna masih curiga dengan dirinya.

"Awas saja, jika sampai aku menangkap basah, aku tidak akan pernah memaafkan mu. Sudah didiami, bukannya introspeksi diri malah makin menjadi," umpat Aditya dalam hatinya.

Saking kesalnya, Aditya menjadi tidak bersemangat untuk bekerja. Ia kembali ke rumah dengan kondisi hati yang panas.

"Sial," ucap Aditya sambil menendang pintu yang ternyata dikunci. Sekarang dugaan Aditya makin kuat, jika benar Shareen yang dari tadi mengikutinya. Buktinya sekarang ia tidak di rumah.

Dari kejauhan Shareen melihat Aditya berdiri di depan pintu. Shareen yang menggendong ke dua anaknya berusaha mempercepat langkahnya.

"Assalamualaikum, Mas. Kok kamu udah pulang?" tanya Shareen heran.

"Cepat buka pintu!" teriak Aditya.

Tanpa menunggu lama, Shareen langsung membuka pintu. Sebenarnya ia ketakutan, ia melihat dengan jelas kilat kemarahan di mata sang suami.

"Sini kamu! Kamu ini sekarang makin kurang ajar ya. Apa kamu kurang kerjaan? Apa maksud kamu memata-matai aku kerja, ha?" teriak Aditya.

Shareen ketakutan sekaligus juga heran, kenapa Aditya menuduhnya seperti itu.

"Jawab!" bentak Aditya lagi karna tidak juga ada jawaban dari Shareen.

"Aku tidak ada memata-matai kamu, Mas," jawab Shareen jujur. Ia mendekap erat ke dua anaknya yang mulai menangis.

"Sekarang kamu juga pintar berbohong ternyata. Itu buktinya kamu tidak ada di rumah saat aku pulang. Kamu pasti dari pasarkan, memata-matai aku. Otak kamu itu isinya cuma curiga, curiga dan curiga saja," teriak Aditya.

"Aku dari rumah kak Allia, Mas. Aku habis minjam uang buat beli beras. Beras habis, sedangkan kamu tidak mau berbicara dengan aku. Aku gak tega melihat si kembar kelaparan."

Aditya tidak terima dengan alasan Shareen. Ia masih yakin Shareen tadi habis memata-matainya. Apalagi saat ditanya mana bukti Shareen pergi meminjam uang. Shareen tidak bisa memberikannya. Karna memang Allia tidak mau memberinya pinjaman.

"Assalamualaikum."

Seseorang mengucapkan salam di pintu rumah Shareen. Serentak mereka melihat ke sana.

Di sana berdiri tiga orang perempuan dan satu orang laki-laki. Hanya satu orang yang Shareen tau, yaitu Rhania, sedangkan tiga orang lagi entah siapa.

Shareen menghampiri mereka. Ia marah, entah apa maksud kedatangan mereka ke sini.

"Pergilah! Kami tidak mengenal kalian," usir Shareen. Ia mencoba menutup pintu rumah, tapi ditahan oleh Rhania.

"Maaf Mbak, kami datang ke sini baik-baik. Bukan untuk ribut, jadi tolong izinin kami bertemu Mas Keenan," jawab Rhania, yang membuat Shareen makin murka.

Shareen tetap kekeh tidak mengizinkan mereka masuk. Aditya yang juga mulai kesal dengan keributan itu langsung menghampiri mereka. Ia juga ingin mengusir mereka karna merasa terganggu.

"Keenan," ucap mama Lucyana saat melihat Aditya berjalan ke arah mereka.

Tidak hanya mama Lucyana, Gisella dan Andrew pun kaget mendapati Aditya benar-benar mirip dengan Keenan. Bahkan Andrew sampai mundur berapa langkah sangking kagetnya melihat Aditya.

Tanpa diduga oleh Shareen dan Aditya mama Lucyana langsung mendekat dan memeluk Aditya.

"Huhu ... huhu ... Keenan. Mama rindu kamu, Nak," ucap mama Lucy disela tangisnya. Ia makin erat memeluk Aditya.

Aditya berusaha untuk melepaskan diri, tapi pelukan mama Lucy semakin kuat saja.

Melihat itu, Shareen berusaha melepaskan pelukan mama Lucy.

Ia menarik tangan mama Lucy. Saking kerasnya tarikan Shareen, membuat tangan mama Lucy sakit dan memerah.

"Ehh ... hati-hati dong, jangan kasar sama orang tua. Kamu menyakiti mama saya," ucap Rhania sambil mendorong Shareen.

Keributan tidak dapat dielakkan lagi. Bahkan Shareen makin marah, saat Rhania berusaha untuk mendekati Aditya.

Aditya pusing dengan keributan yang terjadi di rumahnya. Ia memilih pergi dari sana. Apalagi beberapa tetangga sudah ada yang datang karna mendengar keributan.

Saat Aditya akan menaiki motornya, Andrew datang menemuinya.

"Hai Bro ... perkenalkan gue Andrew. Loe beneran bukan Keenan kan?" tanya Andrew hati-hati.

Aditya diam saja, ia merasa tidak perlu menjawab pertanyaan Andrew.

"Maaf, maksud gue, gue hanya ingin memastikan saja."

Andrew tergagap saat Aditya menatapnya tajam. Hatinya deg-degan saat berhadapan langsung dengan Aditya. Di akuinya, Aditya sangat mirip dengan Keenan.

Tidak mau meladeni Andrew, Aditya tancap gas dari sana.

"Mas ... kamu ngapain di sini," tanya Gisella yang datang menghampiri Andrew.

"Aku ... aku mencoba mencari tau langsung, tapi sepertinya ia bukan Mas Keenan deh Sayang. Lebih baik sekarang kita ajak mama pulang."

Karna Aditya sudah pergi dari sana, Gisella dan Andrew pun mengajak mama Lucy dan Rhania pulang. Mama Lucy menolak, entah mengapa ia sangat yakin jika itu Keenan. Apa lagi tadi ia sempat melihat tanpa di tangan Aditya yang mirip dengan tanda lahir di tangan Keenan.

"Pergi! Kenapa kalian masih di sini," teriak Shareen yang masih dipenuhi amarah. Ia bahkan mendorong Rhania dan mama Lucy keluar. Setelah itu ia menutup pintu rumahnya.

Mama Lucy tidak terima diperlakukan seperti itu. Ia sakit hati dengan sikap Shareen. Ia memilih pulang dan berjanji akan membuat Keenan kembali mengingat dirinya. Apa pun akan dilakukannya demi membuat ingatan Keenan kembali.

Di Perjalanan pulang, mereka melihat Aditya duduk di sebuah warung kopi pinggir jalan. Senyuman terbit di bibir merah mama Lucy. Ia meminta Andrew menghentikan mobil. Kemudian mama Lucy turun, lalu berjalan ke warung tempat Aditya duduk.

Mama Lucy mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ia memberikan pada pemilik warung itu dan memintanya untuk memberikan pada Aditya. kemudian mama Lucy kembali ke mobil.

Selepas kepergian mama Lucy, pemilik warung itu langsung memberikan map coklat itu pada Aditya.

Aditya ragu untuk menerimanya, namun pemilik warung itu tetap meninggalkannya dihadapan Aditya.

Setelah menimbang-nimbang, Aditya akhirnya memutuskan untuk membuka map itu. Iya juga penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Dengan hati-hati, Aditya langsung membuka map itu.

Deg ...

Aditya kaget, hal pertama yang dilihatnya di dalam map itu, mampu membuatnya tertegun dan kebingungan. Ia melihat sekitar, siapa sebenarnya yang memberikan map itu untuknya.

Sedangkan, dari dalam mobil, mama Lucy terlihat senang sekaligus sedih saat Aditya membuka map itu. Ia sengaja menunggu sampai Aditya membukanya. Ia ingin melihat reaksi Aditya.

Mata mama Lucy mulai berembun, dipeluknya Rhania yang juga fokus memperhatikan Aditya.

"Sayang, mama yakin, kalau itu adalah Keenan. Kamu tenang saja. Mama akan lakukan apapun untuk mengembalikan ingatan Keenan. Mama tidak akan membiarkan Keenan hidup menderita dengan wanita kasar itu," ucap mama Lucy.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!