"Kenapa orang yang ada di foto ini sangat mirip dengan saya?"
Aditya bertanya-tanya dalam hatinya. Diakui Aditya siapa pun yang melihat foto ini pasti akan mengira jika itu adalah fotonya.
"Keenan Alexander."
Aditya membaca nama yang tertera di belakang foto itu.
Kemudian Keenan mengambil satu lagi foto yang ada di dalam map itu. Ada empat orang dalam foto itu. Sepasang suami istri dengan dua orang anaknya, satu laki-laki dan satu perempuan.
Aditya ingat dua orang perempuan yang ada di foto ini adalah dua orang yang tadi datang kerumahnya. Ia sempat memperhatikan mereka tadi. Sekarang Aditya tau merekalah yang telah menitipkan map ini pada pemilik warung.
Ada tiga buah foto dalam map. Aditya mengambil yang terakhir. Foto sepasang pengantin yang tersenyum sangat bahagia. Aditya memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing.
"Happy wedding, Rhania and Keenan."
Keterangan yang tertulis di belakang foto itu.
"Ehh ... kembalikan, apaan sih Bro, main ambil aja," ucap Aditya pada Dion yang menarik paksa foto itu dari tangannya.
"Dit, gila ... Loe nikah lagi Bro. Pantes saja kemaren Shareen mencurigai Loe. Ternyata Loe beneran selingkuh," ucap Dion.
Aditya cepat merebut foto itu dan menutup mulut Dion. Beruntung warung itu tidak rame. Hanya pemilik warung yang memandang Aditya dengan tatapan aneh mendengar perkataan Dion.
"Loe itu baru datang, udah nyambar aja. Sok tau lagi. Nanti kalau orang dengar. Dikiranya beneran lagi. Bisa berabe jadinya."
"Lah, tapi kan itu beneran Loe. Wah, sepertinya gue kalah banyak nih. Satu aja belom. Loe udah dua aja," ucap Dion sambil duduk di depan Aditya.
Tidak mau Dion salah paham. Aditya akhirnya menceritakan semuanya. Lagi pula ia butuh orang untuk dimintai pendapat tentang permasalahannya.
"Jangan-jangan ini beneran Loe lagi Dit. Soalnya mirip banget, hanya beda penampilan aja. Gue yakin kalau rambut lo di potong, pasti mirip banget."
"Gak mungkin lah, mana bisa seperti itu."
"Bisa aja kali Dit. Mana tau Loe hilang ingatan gitu. Emangnya mereka bilang apa sama Loe?" tanya Dion bersemangat.
"Alah, Loe kebanyakan nonton sinetron sih. Gue belum pernah ngomong apa-apa sama mereka," jelas Aditya.
"Nah itu, kenapa Loe gak dengerin dulu mereka bicara. Soal benar atau tidaknya itu mah belakangan. Paling tidak Loe sama mereka sama-sama enak. Loe gak penasaran begitupun mereka," usul Dion.
Aditya berfikir, apa yang dikatakan Dion ada benarnya. Dari pada hal ini terus membuatnya uring-uringan lebih baik secepatnya diselesaikan. Tapi sekarang Aditya tidak tau harus menemui mereka kemana. Lagi pula, ia tidak yakin Shareen akan mengizinkannya berbicara dengan mereka. Yang ada Shareen akan makin menuduhnya yang tidak -tidak.
Aditya merasakan kepalanya semakin pusing, disimpannya kembali foto itu ke dalam map. Kemudian Aditya memasukkannya ke dalam tas kecil yang selalu dibawanya.
"Gue cabut dulu ya Bro, sekalian bayarin dulu minuman gue," ucap Aditya.
Ia langsung berdiri dan meninggalkan Dion.
***
Mama Lucy yang masih di mobil, ingin kembali mengikuti Aditya. Ia ingin secepatnya bisa berbicara dengan Aditya. Tapi Andrew dan Gisella melarangnya, mereka ingin memberi Aditya waktu untuk berfikir, setelah itu baru mereka akan menemuinya lagi.
Setelah diyakinkan, akhirnya mama Lucy luluh juga. Meski sedikit kecewa, ia tetap berdoa semoga secepatnya bisa kembali bertemu.
"Mas, aku mau minta maaf, jika akhir-akhir ini aku sering membuat mu marah, tapi tadi aku beneran tidak mengikuti mu, Mas," ucap Shareen saat Aditya sampai di rumah.
Aditya diam sejenak, sebenarnya ia juga tidak ingin terus mendiamkan Shareen. Lagi pula sekarang ia yakin, bahwa yang mengikutinya tadi pagi adalah Rhania dan keluarganya.
"Baiklah, Mas sudah memaafkan mu. Tapi mas minta pada mu, jangan lagi menuduh mas yang macam-macam. Kamu tau bagaimana mas selama ini. Mas hanya bekerja. Bukan main-main," ucap Aditya. Ia menyambut uluran tangan Shareen, dan mencium pucuk kepala wanita yang telah memberinya sepasang anak itu.
Hari itu, tak ada lagi pertengkaran. Aditya yang tadi merasa kepalanya pusing memilih untuk tidur di samping si kembar yang juga sedang tidur siang.
"Alhamdulillah, terima kasih ya, Allah."
Tidak henti-hentinya Shareen bersyukur. Hari ini ia bisa kembali merasakan hangatnya kasih sayang sang suami.
Shareen ingin memasak sesuatu kesukaan Aditya. Ia ingin membuat Aditya senang. Tapi sayang, ia tidak punya uang untuk membeli sesuatu. Ingin meminta pada Aditya, orangnya sudah tidur.
Shareen pergi ke warung, mencoba mencari utangan. Meski ia yakin, akan mendapat penolakan. Tapi Shareen tetap berusaha untuk mencobanya. Bersyukur di warung sedang sepi. Biasanya siang-siang orang-orang pada istirahat makanya sepi.
"Assalamualaikum Mbak Ning," ucap Shareen pada pemilik warung.
"Waalaikum salam, eh Shareen, mau beli apa?" tanya mbak Ning.
Shareen ragu untuk berbicara. Ia hanya senyum kecil aja.
"Aduh, kamu ditanya malah nyengir-nyengir. Ya udah, kamu pasti mau hutang, kan. Pusing saya, ditolak balek lagi, balek lagi. Ambil dah, dari pada saya pusing, udah kayak diteror sama kamu. Tapi nanti dibayar. Diangsur juga gak apa-apa," ucap mbak Ning lagi.
Shareen tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia langsung membeli beras dan beberapa lauk untuk Aditya dan anaknya. Tidak mahal, Shareen hanya akan membuat sambal kentang dan hati kesukaan Aditya. Juga memberi telor untuk si kecil. Untuk sayur, nanti Shareen akan petik di belakang rumahnya.
"Makasi banyak Mbak Ning, semoga rezki Mbak Ning berlimpah terus," ucap Shareen tulus.
Mbak Ning yang sedang mencatat hutang Shareen, hanya geleng-geleng kepala. Namun ia tetap mengaminkan doa Shareen. Sebenarnya ia juga tidak tega menolak Shareen, tapi ia juga tidak mau nanti yang lain ikut-ikutan ngutang karna mengikuti Shareen.
"Tolong ... ahhh, tolong ...."
Shareen yang baru masuk rumah, kaget mendengar Aditya minta tolong dari dalam kamar. Shareen hanya meletakkan belanjaannya di sembarang tempat. Ia langsung berlari ke kamar.
"Tidak ... ahh tolong. Tolong ...."
"Mas, Mas Adit, bangun Mas."
Shareen berusaha menggoyangkan tubuh Aditya yang terus berteriak.
"Mas Aditya ... bangun Mas."
"Ahhh ... hah ... hah ...."
Aditya bangun dari tidurnya, nafasnya ngos-ngosan. Seluruh tubuhnya dibasahi oleh keringat. Ia tidak ubahnya seperti orang selesai berolahraga.
Shareen berlari ke dapur mengambil air minum.
"Ini Mas. Minum dulu!"
Aditya meminum air itu sampai habis, nafasnya masih ngos-ngosan. Shareen sedikit khawatir melihat kondisi suaminya.
"Kamu kenapa Mas? Kamu mimpi apa, sampai seperti ini?" tanya Shareen.
"Entahlah, mungkin karna tidak biasa tidur siang, sekalinya tidur, malah mimpi," jawab Aditya asal.
Aditya kembali melanjutkan tidurnya, apalagi sekarang kepalanya terasa makin pusing. Shareen yang melihat Aditya kembali tidur. Memutuskan untuk pergi memasak.
Hai ini Shareen merasa seperti ada yang baru dalam hidupnya. Sudah berapa hari belakangan ini ia selalu bersedih dan menangis. Berbeda dengan hari ini, ia memasak dengan hati gembira.
Sekitar satu jam lebih, semua masakan Shareen sudah selesai. Ia menghidangkan di meja makan sederhana yang dimilikinya. Hanya nasi, sambal goreng kentang dan hati, dua buah telor ceplok dan sayur bening bayam.
Meski sederhana, aroma masakan Shareen sangatlah nikmat, karna memang Shareen pintar memasaknya.
"Wah, masak nih. Ngakunya tadi gak ada uang untuk beli beras. Eh ternyata masakannya lengkap. Pintar berbohong kamu ya."
Shareen dikagetkan dengan kedatangan Allia di rumahnya. Shareen tidak mendengar kedatangan Allia, karna memang kebiasaan Allia yang tidak pernah membaca salam kalau masuk ke rumahnya.
"Dikasih utangan sama Mbak Ning, kan mbak gau kasih pinjaman," jawab Shareen jujur.
"Alah, baru itu aja diungkit," jawab Allia enteng.
"Mbak, mau ngapain ke sini?" tanya Shareen lagi. Ia malas meladeni Allia.
"Itu, tadi ayah minta tolong sama Aditya untuk betulin genteng gudang yang bocor," ucap Allia. Tangannya mulai nyemil sambal ati yang sudah disajikan Shareen.
"Iya. Nanti aku bilangan Mas Adit. Sekarang dia lagi tidur. Sepertinya Mas Adit kurang sehat," jawab Shareen.
"Duhh, bangunin dulu sana. Ayah maunya sekarang. Nanti kalau hujan gimana? Bisa basah semua yang ada di gudang."
"Gak bisa Mbak. Kalau nanti mungkin bisa. Tunggu bangun dulu."
Allia kesal. Sebenarnya tadi ayahnya meminta untuk memanggilkan pak Mamat, tukang yang biasanya sering membantu ayahnya. Hanya saja, tadi saat lewat di depan rumah Shareen, Allia melihat motor Aditya.
Ia kepikiran untuk minta tolong Aditya saja. Lumayan nanti upah pak Mamat bisa masuk ke kantongnya. Untuk Aditya ia tidak perlu mengeluarkan uang. Cukup terima kasih saja.
Sekarang ia gagal menyuruh Aditya. Artinya ia juga gagal mendapat uang. Tidak mau terlalu rugi. Dengan alasan memberi ayahnya. Allia meminta Shareen untuk membungkus kan sambal goreng kentang dan hati.
Meski masakannya sudah banyak dicemilin Allia, Shareen tetap membungkusnya sesuai permintaan Allia. Bagi Shareen, ia akan sangat senang jika apa yang dibuatnya disukai oleh orang lain.
"Cuma segini, pelit amat, pantas aja hidup kamu susah. Memberi orang tua aja perhitungan," protes Allia.
"Bukan begitu Mbak, tapi memang adanya sedikit. Ini cuma tinggal untuk mas Aditya aja," jelas Shareen.
"Yaya ... terserah kamu ajalah," ucap Allia sambil berlalu keluar rumah.
Shareen hanya mengelus dada melihat tingkah kakaknya. Bagaimana pun, Shareen tidak pernah sakit hati atau membenci sang kakak.
Hari ini ia sangat bahagia, ia tidak ingin merusaknya hanya karna hal sepele.
Setelah semua selesai Shareen membangunkan Aditya untuk makan. Ternyata si kembar juga ikut terbangun karenanya. Jadilah mereka siang itu makan bersama. Hal yang sudah sangat jarang mereka lakukan. Terlebih berapa hari belakangan.
"Alhamdulillah, alhamdulillah, semoga setelah ini tidak ada lagi masalah di keluarga ini. Semoga selamanya seperti ini," ucap Shareen berdoa dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments