bab 7. Tanda lahir

Pagi harinya Shareen beraktifitas seperti biasa. Paginya sudah kembali membaik seperti dahulu. Aditya juga sudah bangun, ia sedang dikamar mandi untuk mandi wajib. Tidak berapa lama, Aditya keluar dari kamar mandi.

Shareen memperhatikan suaminya. Aditya terlihat sangat gagah, kadang Shareen juga bingung, Aditya memiliki wajah yang sedikit bule. Itu sangat kontras dengan wajah kedua mertuanya.

Dulu Shareen sangat bangga dengan wajah tampan suaminya itu. Tapi semenjak kejadian beberapa hari lalu, ia sedikit cemas. Ia takut jika suaminya benar-benar memiliki keluarga lain. Apalagi Shareen melihat ada kemiripan antara Aditya dan ibu-ibu yang mengaku mamanya Aditya.

"Hayo, pagi-pagi udah melamun aja. Lagi mikirin yang semalam ya," goda Aditya. Ia sudah dari tadi memperhatikan Shareen yang melamun.

"Ehh ... Mas Adit. Enggak kok Mas. Apaan sih Mas? Mana ada aku ngelamun."

Shareen gelagapan sekaligus tersipu mendengar perkataan Aditya. Ia langsung pergi ke dapur, untuk menyembunyikan rasa gugupnya. Sudah lama rasanya Aditya tidak menggodanya. Itu membuat Shareen salah tingkah.

Shareen bergegas membuatkan kopi untuk suaminya. Sebenarnya ia ingin menghidangkan sesuatu untuk teman ngopi Aditya, tapi mau gimana lagi, ia tidak punya uang untuk membelinya.

"Ini Mas, kopinya. Diminum dulu sebelum ke pasar."

"Makasi ya, oh ya, aku lagi gak pegang uang, nanti kalau udah dapat uang, langsung aku beliin beras, aku akan anterin pulang untuk kamu masak," kata Aditya. Ia terlihat sedih saat mengatakan itu.

"Gak apa-apa Mas. Beras yang kemarin masih tersisa sedikit. Nanti aku bikinin bubur aja untuk makan si kembar," jawab Shareen.

"Syukurlah, makasi ya sayang, kamu udah ngertiin aku. Maaf belum bisa membuat kamu dan anak-anak bahagia," ucap Aditya lagi.

Shareen menganggukkan kepalanya. Ia bersyukur, Aditya benar-benar sudah kembali seperti dulu lagi. Shareen berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan membuat Aditya marah lagi. Ia ingin keluarganya kembali baik seperti dulu.

Aditya pun pergi ke pasar, Shareen mengantar Aditya keluar dengan hati yang gembira. Aditya pun berjanji akan lebih fokus bekerja, agar ia memperoleh uang untuk makan keluarganya.

***

"Hai Bro ... cepetan sini, udah kayak perempuan aj Loe. Lambat banget jalannya," kata Dion saat Aditya baru sampai di tempat kerjanya.

"Ini juga udah cepat, ada apa? Udah ada barang yang mau diangkut?" tanya Aditya.

"Udah, tapi udah gue kerjain tadi."

"Terus, kenapa berisik banget nyuruh gue cepat?"

"Ada yang cariin Loe. Sini gue anterin," kata Dion lagi. Ia langsung menarik tangan Aditya, tanpa menunggu jawaban Aditya dulu. Ternyata Dion mengajaknya ke sebuah warung makan yang terletak di dekat parkiran pasar.

Aditya kaget saat melihat siapa yang mencarinya. Mama Lucy dan Rhania yang melihat kedatangan Aditya langsung tersenyum. Mereka berdiri dan berjalan menghampiri Aditya.

Aditya berniat untuk pergi, karna malas untuk berurusan lagi, tapi Dion langsung menahannya.

"Maaf Bro, saran gue lebih baik Loe dengarkan mereka dulu. Loe selesaikan dulu masalahnya. Dari pada Loe tidak bisa fokus bekerja karna mereka akan terus mengejar Loe karna penasaran," kata Dion.

Aditya memang sudah menceritakan masalahnya pada Dion, tadi mama Lucy dan Rhania juga menjelaskan kenapa mereka mencari Aditya. Bahkan mereka memberi Dion uang agar Dion mau membawa Aditya dan membujuknya untuk berbicara dengan mereka.

Aditya berfikir apa yang dikatakan Dion itu ada benarnya. Lebih baik masalahnya cepat diselesaikan, itu akan lebih baik juga agar Aditya bisa kembali fokus bekerja.

"Gue pergi dulu, semoga masalahnya cepat selesai," ucap Dion. Ia menepuk pundak Aditya dua kali, lalu pergi dari sana.

"Mas, terima kasih, kamu udah mau menemui kami," ucap Rhania saat sudah berada di dekat Aditya.

Ia tersenyum pada Aditya. Aditya terpaku melihat senyuman itu, sesaat kemudian ia kembali bisa mengendalikan dirinya, suasana canggung pun seketika terjadi diantara mereka.

Menyadari kecanggungan itu, mama Lucy langsung mengajak Aditya untuk duduk bersama mereka.

"Mas, nasi gorengnya satu lagi ya. Pakai telur mata sapi dua. Tapi kuningnya saja. Kuningnya harus masak sempurna ya, Mas. Minumnya teh panas saja, gulanya sedikit," pesan Rhania pada pemilik warung.

Aditya seketika menatap Rhania. Pesanan Rhania sama dengan seleranya. Aditya sempat berfikir Rhania memesankan untuknya. Tapi kenapa bisa sama persis dengan kebiasaannya.

Melihat perubahan di wajah Aditya. Mama Lucy menjadi senang. Ia makin yakin kalau Aditya adalah Keenan anaknya. Ia dan Rhania memang sudah merencanakan itu.

Saat pemilik warung mengantar makanan, Rhania memberikannya pada Aditya. Aditya ingin menolak karna segan, tapi bagaimana lagi, sudah terlanjur dipesankan.

"Silahkan dimakan, Nak. Nanti kami yang bayar," ucap mama Lucy saat melihat Aditya ragu untuk menyentuhnya.

"Iya, Mas. Kan kami yang ngajak kamu ke sini," timpal Rhania.

Pertamanya mereka makan dalam diam, tapi kemudian mama Lucy mampu mencairkan suasana. Aditya yang semulanya canggung, entah kenapa sekarang ia merasa nyambung berbicara dengan Rhania dan mama Lucy.

Selesai makan, mama Lucy mengajak Aditya untuk ke suatu tempat, ia ingin berbicara banyak pada Aditya. Tak enak juga lama-lama duduk di warung makan. Karna memang tempatnya yang tidak terlalu besar. Sehingga orang yang mau makan di sana harus mengantri untuk duduk.

Aditya pertamanya menolak, ia beralasan akan bekerja. Tapi karna mama Lucy memohon, entah kenapa Aditya menjadi tidak tega. Jadilah sekarang mereka bertiga berada di sebuah taman yang terletak di tengah kota.

"Nak, apa mama boleh bertanya?" ucap mama Lucy memulai pembicaraannya.

Tadi di mobil mama Lucy meminta izin pada Aditya, untuk meminta Aditya memanggilnya mama. Karna Aditya sangat mirip dengan anaknya yang sudah lama hilang. Aditya merasa kasihan dan mengizinkannya. Di mobil mereka sudah membahas sedikit tentang kemungkinan Aditya adalah Keenan

Aditya menganggukkan kepalanya.

"Mama melihat ada tanda di tanganmu. Kalau mama boleh tau itu kenapa ya?"

Aditya langsung melihat tanda di tangannya. Ia tidak bisa menjawab, karna ia memang tidak tau kenapa. Orang tuanya juga tidak pernah bercerita.

"Keenan juga mempunyai tanda lahir persis seperti itu. Itulah kenapa saat melihat tanda itu di tanganmu, mama yakin kamu adalah anak mama," ucap mama Lucy lagi.

Mata mama Lucy berkaca-kaca saat mengatakan itu. Ia menceritakan pada Aditya saat dulu ia sangat bahagia saat melahirkan Keenan. Ia juga menceritakan bagaimana susahnya dulu ia mendapatkan Keenan. Empat tahun menunggu, barulah Keenan hadir dalam rumah tangga mereka.

Mama Lucy tergugu karna menangis, Aditya yang melihat itu merasa tak tega, Hati kecilnya tersentuh.

Dengan sedikit ragu, Aditya meraih tangan mama Lucy, ia menggenggam tangan itu dengan erat, seolah memberi kekuatan pada mama Lucy.

Mendapat perlakuan seperti itu, air mata mama Lucy makin deras menetes. Kerinduannya akan Keenan membuatnya hilang kendali. Ia meraih tubuh Aditya dan memeluknya dengan erat. Aditya tidak menolak. Ia bahkan merasakan ketenangan saat di pelukan mama Lucy.

Rhania yang duduk di samping mama Lucy itu ikut menetaskan air mata, ia terharu sekaligus sedih menyaksikan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!