"Kalian, mau apa lagi kalian ke sini? Kamu juga Mas Adit, masih punya muka kamu untuk datang kesini?" tanya Shareen marah. Ia bahkan mendorong tubuh lelaki itu.
"Ehh kamu, dengar baik-baik, nama anak saya itu Keenan bukan Adit," kata mama Lucy pada Shareen.
"Mau siapa pun itu, saya tidak peduli. Saya minta sekarang kalian pergi dari sini," usir Shareen.
"Shareen ... Shareen. Kenapa kamu ngebet banget ngusir kami? Apa kami mengganggu acara kalian? Lihat Mas, wanita yang pernah kamu nikahi ini. Baru saja seminggu kamu tinggalin, ia sudah dapat penggantinya."
Kali ini Rhania yang berbicara.
"Diam kamu! Saya tidak ada urusan dengan kamu. Lagi pula, kamu tidak berhak mengatakan apapun tentang saya. Puas kamu membuat keluarga saya berantakan," kata Shareen pada Rhania.
"Sayang, sudah!" kata Aditya pada Rhania. Ia menggenggam tangan Rhania.
Shareen melihat pada tangan Keenan dan Rhania yang saling bertautan. Hatinya sakit melihat itu.
Mengetahui Shareen memperhatikannya, Rhania makin mendekatkan tubuhnya pada Keenan.
"Alan, sini Nak. Sama papa," kata Keenan pada Alan.
Bukannya senang dengan kedatangan sang papa. Alan yang berada di gendongan Shareen makin mengeratkan pelukannya. Seperti tidak ingin dipisahkan dengan sang mama.
"Sayang, sini sama papa, kamu kangen sama papakan. Ayo, papa mau belikan mainan untuk Alan."
Melihat tidak ada tanda-tanda Alan mau dengannya. Aditya memaksa mengambilnya dari gendongan Shareen. Seketika Alan langsung menangis histeris. Dengan sekuat tenaganya, Shareen berusaha mempertahankan Alan.
"Mas, tolong jangan paksa Alan. Kamu lihat sendirikan dia tidak mau dengan kamu."
Keenan tidak mau mendengarkan Shareen, ia kembali merebut Alan. Sehingga terjadi tarik menarik Alan antara Shareen dan Keenan.
"Mas, lepaskan! Kamu menyakiti Alan," teriak Shareen.
Mendapati Alan yang semakin histeris, Keenan melepaskannya.
"Makanya, kalau tidak mau dia kesakitan, berikan saja pada Keenan baik-baik," kata mama Lucy.
"Maaf Bu, saya tidak akan memberikan Alan pada orang yang telah membunuh Alana," kata Shareen lagi. Ia sudah tidak tahan untuk mengatakan isi hatinya.
Mama Lucy marah, ia tidak terima dengan perkataan Shareen yang menuduh Keenan membunuh anaknya sendiri.
Ia beralasan tidak mungkin Keenan melakukan itu pada anaknya sendiri.
"Haha ... haha. Kenapa Ibu tidak terima? Ibu tidak tau ceritanya. Makanya Ibu membela anak Ibu," kata Shareen lagi.
Shareen menceritakan pada mereka kejadian yang menimpa Alana. Keenan cukup kaget mendapati kenyataannya. Sesungguhnya ia sangat menyayangi Alana.
Sedangkan mama Lucy balik menuduh Shareen yang tidak becus mengurus Alana, sehingga menyebabkan Alana meninggal. Ia meminta Shareen, untuk tidak mempersulit Keenan mengambil Alan. Karna Keenan adalah papanya Alan.
"Papa? Dengar Bu! Papa mana yang dengan tega meninggalkan anaknya? Lagi pula saya tidak akan membiarkan Alan digendong oleh seorang pembunuh."
Plak.
Shareen memegangi pipinya yang perih. Tapi belum seperih luka di hatinya.
Mama Lucy menampar Shareen karna terus mengatakan Aditya pembunuh.
"Tampar! Tampar lagi Bu. Tampar sampai hati Ibu puas. Tapi itu tidak akan membuat saya berhenti mengatakan dia pembunuh. Karna memang dia yang menyebabkan Alana meninggal."
Shareen terus berteriak sambil menunjuk-nunjuk Aditya.
Mama Lucy kembali mengangkat tangannya untuk menampar Shareen. Bukannya menghindar Shareen malah mendekatkan pipinya pada mama Lucy.
"Mama, sudah, jangan kotori lagi tangan mama, dengan memukul wanita seperti dia. Tidak perlu diladeni, mungkin dia sudah tidak waras karna ditinggal anaknya," kata Rhania.
"Haha ... ha. Apa kamu bilang? Saya tidak waras. Ya, saya memang sudah tidak waras. Kamu mau tau apa yang bisa dilakukan oleh orang yang tidak waras?" tanya Shareen.
Shareen menatap Rhania penuh amarah. Ia berjalan mendekat ke arah Rhania. Sehingga membuat Rhania ketakutan dan bersembunyi dibelakang Keenan.
Shareen yang sudah sangat marah, tidak kehabisan akal, dengan satu tangannya. Shareen meraih rambut Rhania dan menariknya.
"Auhhhh ... Mas, tolong aku, kepala aku sakit Mas," teriak Rhania.
Keenan berusaha melepaskan tangan Shareen dari rambut Rhania. Karna Shareen hanya menggunakan tangan kirinya sehingga dengan mudah Keenan melepaskannya.
"Dasar perempuan tidak waras," kata Rhania lagi. Dengan cepat Shareen kembali menari rambut Rhania.
"Hentikan!"
plak.
Jika tadi pipi kirinya yang ditampar mama Lucy. Sekarang Keenan menamparnya disebelah kanan.
Shareen memegangi pipinya.
"Haha ... haha ... ha."
Saking sakitnya hati Shareen, disela tangisnya, ia bahkan tertawa mendapatkan perlakuan seperti itu. Lebih tepatnya mentertawakan dirinya sendiri.
Jangan ditanya keadaan Alan, ia sudah sangat histeris dari tadi di gendongan Shareen.
"Lihat, hanya orang tidak waras yang tertawa sambil menangis," kata mama Lucy lagi.
"Pergilah! Sebelum orang tidak waras ini kembali menyerang kalian," kata Shareen. Ia sudah lelah. Lagi pula ia kasihan dengan Alan yang sepertinya sangat ketakutan. Ia takut akan terjadi sesuatu yang buruk pada Alan. Seperti yang terjadi pada Alana.
Kerasnya suara yang ditimbulkan oleh pertengkaran mereka. Ditambah tangisan Alan yang histeris, beberapa warga berlarian datang ke rumah Shareen. Mereka takut terjadi hal buruk dengan Shareen dan anaknya.
Mendapati sudah banyak warga yang datang. Mama Lucy langsung menyuruh Keenan merebut Alan. Shareen yang sedikit lengah membuat Keenan dengan mudah merebut Alan.
Setelah mendapatkan Alan, mereka langsung berjalan keluar rumah.
Shareen berusaha mengejar. Tapi Keenan menahannya. Keenan memberikan Alan pada Lucy dan menyuruhnya untuk membawa Alan ke mobil.
Beberapa warga mencoba untuk menghalangi mama Lucy. Tapi mama Lucy mengancam akan melaporkan mereka ke polisi, karna menghalangi seorang ayah bertemu anaknya.
Warga yang mendengar itu langsung takut. Sehingga mereka memberi jalan pada mama Lucy dan Rhania.
Keenan yang melihat mamanya dan Rhania sudah di mobil. Langsung berjalan menyusul mereka. Shareen berlari dan menahan kaki Keenan.
"Mas, tolong jangan bawa Alan. Aku mohon, jangan pisahkan aku dengan Alan. Kamu tau aku baru saja kehilangan Alana. Aku bisa mati kalau harus berpisah dengan Alan. Kasihani Alan juga. Dari tadi ia terus menangis histeris. Ia tidak terbiasa dengan orang lain."
Shareen memohon, ia bersimpuh sambil memegang satu kaki Keenan. Ia berharap lelaki yang masih berstatus suaminya itu luluh dan memberikan Alan lagi padanya.
"Jangan berdrama Shareen. Kamu tau saya ini bukan orang asing buat Alan. Saya ini papanya. Kamu tidak perlu mencemaskan itu. Alan akan lebih baik bersama saya. Saya tidak ingin Alan bernasib sama dengan Alana jika berada di tanganmu."
Shareen makin menangis. Ia tidak menyangka Keenan akan berkata seperti itu padanya.
"Tidak Mas. Jangan lakukan ini. Aku tidak sanggup. Aku akan melakukan apapun yang kamu pinta, tapi tolong kembalikan Alan. Kamu mau kita bercerai? Ya sudah, aku akan menerimanya Mas. Ceraikan aku sekarang
Tapi tolong kembalikan Alan."
Dengan suara dan tubuh yang gemetar, Shareen masih berusaha membujuk Keenan.
"Lepaskan, saya harus pergi," kata Keenan. Ia menarik kakinya dengan keras. Sehingga membuat tubuh Shareen terdorong kebelakang. Shareen terduduk di tanah.
Keenan langsung berlari ke mobil. Ia langsung melajukan mobilnya dengan cepat.
Shareen berusaha mengejar mobil itu. Hatinya sangat sakit dipisahkan dengan Alan. Bahkan yang membuat hati Shareen makin teriris adalah, saat Shareen melihat dari kaca mobil, Alan terus melihat kebelakang seperti memanggil-manggil dirinya disela tangisan histerisnya.
"Alannnn ... jangan tinggalkan mama, Nak. Kembalikan anakku Mas. Huhu ... huhu ...."
Shareen menjatuhkan tubuhnya di aspal, saat mobil Keenan tidak kelihatan lagi oleh matanya.
"Tega kamu Mas. Kenapa tidak kamu bunuh saja aku? Kenapa menyiksaku seperti ini? Apa salah aku sama kamu Mas. Huhu ... huhu.
***
Dari belakang, bu RT datang menghampiri Shareen. Ia berusaha membantu Shareen untuk berdiri dan membawanya kepinggir jalan.
"Alan Bu, mereka membawa Alan. Huhu ...hu."
Bu RT memeluk Shareen. Ia berusaha untuk menenangkan Shareen.
"Kamu yang sabar. Sekarang kita pulang dulu, nanti kita cari cara untuk mengambil Alan kembali," ucap bu RT.
Setelah Shareen sedikit tenang, bu RT mengajaknya pulang. Beruntung warga yang tadi berkerumun sudah pulang. Saat Shareen dan bu RT akan masuk rumah, ia melihat Dion berdiri di pintu. Shareen tidak mau menyapanya.
"Shareen, kamu yang sabar ya. Nanti aku--."
"Diam! Pergilah dari sini dan jangan pernah kembali lagi. Saya tidak tau ada keperluan apa Mas Dion ke sini? Saya tegaskan sekali lagi, tidak perlu bersimpati pada saya. Jadi, pergilah!"
Setelah mengatakan itu, Shareen langsung masuk ke dalam. Dion mau mengejar Shareen, tapi ditahan oleh bu RT.
Ia menyuruh Dion pergi karna Shareen butuh waktu untuk sendiri. Dengan terpaksa Dion meninggalkan rumah Shareen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments