Tak sekali pun pernah terbayang oleh Shareen rumah tangga yang begitu dicintainya, akan jadi seperti ini. Bertahun ia membangun dan mempertahankan agar rumah tangganya tetap utuh dan berjalan dengan baik. Dan hanya butuh waktu kurang dari satu bulan untuk menghancurkannya.
Bu RT masih setia menemani dan juga menenangkan Shareen. Ia benar-benar tidak tega membiarkan Shareen sendirian.
"Saya harus bagaimana Bu RT? Saya tidak akan sanggup jika harus kehilangan Alan. Saat ini, hanya dia satu-satunya yang jadi penyemangat saya untuk hidup," tanya Shareen pada bu RT.
Bersyukur saat ini kondisi Shareen sudah sedikit tenang.
"Hubungan rumah tangga kalian bagaimana? Kamu tetap mau memperjuangkan atau bagaimana?"
"Tidak Bu, saya tidak ingin lagi bersamanya. Saya hanya ingin Alan kembali."
"Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu?"
"Saya sangat yakin Bu, mereka sudah sangat menyakiti hati saya. Lagi pula dia sudah kembali pada istri pertamanya. Saya yakin dia tidak menginginkan saya lagi," ucap Shareen sedih.
Walau bagaimana pun sakitnya hati Shareen. Tetap tidak akan mudah untuknya begitu saja melupakan suami yang sudah membersamai nya beberapa tahun ini. Pastinya rasa itu masih ada walaupun tidak sebanyak dulu lagi.
"Kalau begitu, kamu ajukan saja perceraian kamu ke pengadilan. Nanti kamu bisa menuntut hak asuh Alan. Saya yakin hak asuh Alan akan jatuh pada kamu, karna Alan masih dibawah umur."
Shareen sangat setuju dengan usulan bu RT. Hanya saja, Shareen pesimis itu akan terlaksana dengan mudah. Ia tidak punya uang untuk membayar pengacara. Lagi pula Keenan pasti akan melakukan berbagai cara untuk menghalanginya.
Bu RT menyarankan Shareen untuk minta tolong pada ayahnya. Karna kenyataannya ayah shareen tidaklah orang susah. Ia punya toko bangunan yang lumayan besar dan juga ramai pengunjung.
Pastilah ayah Shareen punya uang yang cukup kalau hanya untuk sekedar membayar pengacara. Apalagi ayah Shareen sudah tidak punya tanggungan lagi. Entahlah kalau ia membantu Allia. Karna mereka tinggal bersama.
"Entahlah Bu, rasanya tidak akan mungkin ayah mau membantu saya. Karena mereka tidak akan peduli. Lagi pula saya sudah bertekad untuk tidak lagi mengeluh pada mereka," kata Shareen. Ia sudah sangat kecewa dengan sikap keluarganya.
Bertubi-tubi musibah menimpa Shareen akhir-akhir ini, tapi tidak sedikit pun rasa peduli ditunjukkan oleh ayah dan juga kakaknya. Jangankan membantu, bertanya keadaannya saja tidak. Bahkan orang lain yang lebih peduli dengannya.
"Terus mau bagaimana lagi? maaf, Shareen saya tidak bisa membantu lebih, saya juga bingung. Kecuali kalau kamu tau alamat mereka, kita bisa kesana untuk mengambil Alan," kata bu RT. Ia merasa sedih, tidak bisa membantu Shareen.
"Ya Allah Bu. Kenapa Bu RT yang meminta maaf. Ibu sudah sangat membantu saya. Saya yang harusnya meminta maaf karna sudah merepotkan Ibu," kata Shareen. Air matanya kembali jatuh. Ia terharu karna masih ada orang baik yang sangat peduli dengannya.
Kadang kehidupan ini memang lucu. Keluarga sendiri seperti orang lain. Sedangkan orang lain sudah seperti keluarga sendiri. Mereka merepotkan diri mereka sendiri untuk membantu kita, tanpa kita minta.
Shareen terdiam, tiba-tiba ia ingat sesuatu karna perkataan bu RT tadi. Ia ingat, pagi hari saat sebelum Dion datang ke rumahnya, mengatakan kalau suaminya janjian dengan Rhania.
Shareen yang sedang membersihkan rumah, melihat tas suaminya ketinggalan.
Entah dorongan dari mana Shareen memeriksa tak suaminya. Padahal selama ini ia tidak pernah melakukan itu.
Betapa kagetnya Shareen saat menemukan foto yang sangat mirip dengan suaminya. Saat itu Shareen sempat berfikir apa mungkin suaminya benar Keenan seperti yang dikatakan Rhania.
Saat itu Shareen sangat ketakutan memikirkan itu. Kemudian ia melihat ada banyak tulisan dibelakang foto itu. Saat ia akan membaca. Pintu rumahnya diketuk dari luar. Shareen sempat berfikir kalau suaminya yang datang. Sehingga ia bergegas menyimpan foto itu kembali ke dalam tas. Ternyata saat pintu dibuka, Dion lah yang datang.
"Ini apa?" tanya bu RT, saat Shareen memberikan foto itu padanya.
"Ini foto suami saya dulu sebelum ia hilang ingatan, saya lupa, kalau waktu itu pernah menemukannya di tas kerjanya. Ibu lihat dibelakang foto itu ternyata tertulis alamat mereka. Saya akan kesana menjemput Alan," kata Shareen semangat.
Bu RT memperhatikan foto itu, kemudian ia membaca alamat yang tertera di belakang foto itu.
"Baiklah, kapan kamu akan pergi ke sana? Nanti saya akan tamani kamu."
"Tidak usah, Bu. Saya pergi sendiri saja. Saya tidak mau merepotkan Bu RT lagi."
"Tapi ini lumayan jauh, saya takut melepas mu sendirian. Saya takut nanti di sana mereka memperlakukanmu tidak baik."
Shareen benar-benar tidak mau merepotkan bu RT lagi. Ia kukuh akan kesana sendirian.
Karna Shareen tetap tidak mau ditemani, Bu RT juga tidak memaksanya. Tapi Shareen minta tolong pada Bu RT untuk menjualkan barang-barang yang ada di kontrakannya. Barang yang masih mungkin bisa menghasilkan uang, seperti beberapa peralatan dapur dan juga lemari.
Bukan tanpa alasan Shareen melakukan itu, ia sudah memikirkan untuk tinggal di situ lagi, karna memang waktu kontrakannya sudah habis beberapa hari yang lalu.
Bersyukur orang yang punya kontrakan tidak langsung mengusirnya karna sudah tidak punya uang untuk melanjutkan kontrakan. Ia memberi waktu beberapa hari untuk Shareen tetap tinggal disitu.
Soal uang hasil jualan barang itu, akan digunakan Shareen untuk ongkos. Karna saat ini ia tidak memegang uang sepersen pun. Jika harus meminjam, ia tidak yakin akan bisa menggantinya.
Bu RT sudah setuju membantu Shareen. Bu RT dan Shareen mulai menawarkan barang-barang itu pada tetangga sekitar dan juga di sosial media. Dan Shareen akan pergi, jika ia sudah mendapatkan uang dari hasil penjualan itu.
***
Semua barang-barang sudah habis terjual dalam waktu sehari saja. Uang yang didapat tidaklah banyak. Shareen menjualnya dengan harga murah saja, karna kondisi barang yang sudah tidak baru lagi. Bahkan ada beberapa barang yang hanya laku di tukang rongsokan.
Tapi Shareen bersyukur, ia rasa uang itu cukup untuk ongkos kesana. Setelah kontrakan bersih dan kosong. Shareen memberikan kunci kontrakan pada yang punya. Kebetulan rumahnya masih berdekatan dengan kontrakan Shareen. Shareen juga berterima kasih karna sudah dibiarkan tinggal di sana beberapa hari.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam, Shareen, ayo masuk," kata bu RT.
"Tidak usah Bu, saya disini saja. Saya cuma sebentar. Saya mau pamit Bu. Hari ini saya akan menjemput Alan, doakan saya Bu, agar saya bisa berkumpul kembali dengan Alan" kata Shareen. Bahkan baru saja berbicara air matanya sudah jatuh.
"Baiklah, saya akan selalu mendoakan mu. Setelah itu, kamu bisa membawa Alan kesini, sebelum mendapat kontrakan baru."
"Terima kasih Bu, tapi sepertinya saya tidak akan kembali kesini lagi. Saya akan membawa Alan pergi ketempat yang tidak bisa ditemukan mereka lagi."
"Baiklah, kalau memang itu keputusanmu. Dimanapun kamu tingga setelah ini. Saya berdoa agar kamu dan anakmu selalu sehat dan bahagia."
Bu RT memeluk Shareen. Mereka saling berpelukan. Bu RT berat melepas Shareen, karna selama ini Shareen sangat baik padanya. Shareen juga sering menolongnya jika ia butuh bantuan. Bahkan sering kali Shareen menolak saat bu RT membayar tenaganya.
****
Empat jam lamanya Shareen diperjalanan. Ia bahkan harus beberapa kali berganti bus sebelum akhirnya benar-benar tiba di alamat yang dicarinya.
"Maaf, saya mencari mas Aditya, ehh maksud saya mas Keenan. Ini benar rumah mas Keenan kan?" tanya Shareen pada seorang ibu-ibu yang membukakan Shareen pintu. Sebelumnya ibu itu menanyakan pada Shareen, ia mencari siapa.
"Maaf Mbak, sepertinya Mbak salah alamat. Di rumah ini tidak ada yang bernama Keenan. Bos saya bernama pak Burhan dan bu Serly. Mereka juga tidak punya anak yang bernama Keenan."
Shareen menangis, ia juga putus asa karna tidak bisa menemukan Keenan. Ia memperlihatkan foto itu pada ibu-ibu tadi yang ternyata ART di rumah ini.
"Maaf Mbak, ini memang betul alamat rumah ini. Tapi saya tidak kenal dengan orang yang ada di foto ini," kata ibu itu lagi.
Tangis Shareen makin kuat, ia tidak punya petunjuk lain untuk menemukan alamat Keenan. Ia juga tidak tau harus kemana. Ia tidak mau pergi tanpa membawa Alan.
Shareen memegangi perutnya yang terasa sakit. Dari tadi pagi ia belum makan apa pun. Ia tidak membeli makanan, karna uangnya tinggal sedikit. Ia takut uangnya tidak cukup untuk ongkos.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments