20.pov Keenan

Aku tidak percaya, setelah aku tersadar dari pingsan, aku menjadi ingat semua masa lalu ku. Ternyata selama ini aku mengalami amnesia. Dan yang paling parahnya lagi, saat aku amnesia, aku menikah lagi, dan sekarang sudah memiliki dua orang anak, mereka kembar.

Aku melihat pada wanita yang duduk di samping ku, wajahnya terlihat sangat cemas. Aku langsung menolak saat dia akan memelukku, aku bisa melihat dia sangat kebingungan dengan itu.

Mau bagaimana lagi, tiba-tiba saja, aku merasa asing dengan nya. Aku tau, dia adalah istriku sekarang. Tapi aku tak bisa memaksakan diri, saat ini hatiku sedang tidak baik-baik saja.

Sebenarnya aku merasa kasihan melihatnya. Tapi hatiku juga tidak bisa di paksa. Sekarang aku lebih memikirkan Rhania, wanita yang beberapa hari ini hadir, meyakinkan ku, dia adalah istriku. Wanita yang sangat ku cintai.

Rasanya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Rhania. Aku teringat besok ada janjian bertemu dengannya. Aku tersenyum, aku akan memberinya kejutan, aku sudah tak sabar menunggu pagi. Aku membayangkan ekspresinya saat tau ingatanku telah kembali.

Pagi harinya, aku bergegas ke pasar. Setelah meminta izin pada tempat aku bekerja. Aku langsung menuju tempat dimana aku janjian ketemu dengan Rhania.

Aku deg-degan saat dari jauh melihatnya turun dari mobil. Rasa rinduku tiba-tiba membuncah melihatnya.

Sesuai dengan prediksiku, ia sangat senang, bahkan sampai menangis saat aku memeluknya dan mengatakan kalau ingatan ku sudah kembali.

Aku menahan saat Rhania akan memberi tahu mama. Aku ingin datang langsung dan memberinya kejutan. Aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah mama.

Rhania sempat mengingatkan ku tentang Shareen. Aku mengatakan akan menghubunginya nanti. Aku juga akan mengatakan kalau akan menceraikannya. Entahlah, kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Karna sekarang aku tidak mau memikirkan yang lain. Aku ingin cepat bertemu dengan mama dan papa.

Saat akan menaiki mobil, aku seperti mendengar, gadis kecilku, Alana, memanggil namaku. Aku pikir aku cuma berhalusinasi, karna tidak melihat dirinya.

Setelah mobil melaju, barulah, aku melihat Alana. Entah bagaimana ia bisa ada di sini. Ia mengejar mobil yang sudah berjalan. Karna aku sudah sangat rindu dengan keluargaku. Aku mengabaikannya.

"Maafkan papa Alana, papa janji akan menemui nanti. Andai pun papa gak bisa kembali dengan mamamu, papa akan mengajakmu pergi bersama mama," ucap ku di dalam hati.

Aku sangat mencintai anak-anakku. Tapi dari keduanya Alana memang sangat lengket dan manja dengan ku. Aku begitu gemas dengan sikapnya.

Selain itu, aku juga yakin Shareen akan bisa membujuknya. Karna di sana aku melihat ada Shareen yang mengejar Alana. Ia juga menggendong Alan. Tapi aku tidak habis pikir kenapa mereka bisa ada di sini? Dan kenapa ada Dion juga bersama mereka?

Ternyata sekarang mama sudah pindah rumah, mereka menjual rumah lama pada adik perempuan papa. Alasan mama karna ia sering sedih saat melihat setiap sudut ruangan yang penuh dengan kenangan masa kecilku.

Tapi rumah baru mama tidak begitu jauh dari tempat tinggal yang lama. Aku sempat kepikiran, Rhania harus jauh-jauh datang ke tempat tinggalku, demi bertemu denganku.

"Sayang, kamu berkendara sendirian sejauh ini?" tanyaku saat di atas mobil. Maklum saja perjalanan dari rumah mama ke tempat tinggalku memakan waktu berjam-jam.

"Tidak, Mas. Setelah pulang menemui Mas waktu itu. Mama sangat yakin, kalau mas itu adalah anaknya. Mama memutuskan untuk mencari hotel untuk menginap. Makanya waktu itu, kami bisa menemui mas lagi. Karna hari ini mama ada keperluan, makanya sekarang hanya aku yang datang," jawab Rhania.

Aku begitu terharu dengan perjuangannya dan mama. Apalagi dengan kesetiannya. Aku berjanji akan membuatnya bahagia.

Baru sampai di rumah. Shareen menelpon ku, tapi aku mengabaikannya. Aku yakin, ia akan mengintrogasi ku.

Semua keluarga ku sangat bahagia dengan kepulanganku. Mama bahkan histeris dan tidak mau melepaskan pelukanku.

Aku melihat ponsel yang kembali berdering, ternyata nomor tak dikenal. Aku mengangkatnya saja, mana tau penting. Tapi ternyata Shareen, aku langsung mematikannya, karna saat itu Rhania dan mama datang menghampiriku.

***

"Sebaiknya Keenan dan Rhania melakukan ijab lagi. Karna sudah berapa tahun Keenan pergi meskipun itu bukan kemauannya," saran salah seorang kerabat papa waktu itu.

"Baiklah, jika memang itu yang terbaik," jawabku waktu itu. Semua orang pun setuju.

Jadilah esok harinya aku dan Rhania kembali dinikahkan. Hanya ijab saja, dan itu dilakukan di rumah.

Tapi ternyata acaranya sudah seperti syukuran saja. Banyak keluarga yang datang. Mereka sangat senang, sekaligus penasaran dengan kehadiranku kembali. Meski tidak semuanya yang hadir. Termasuk tante Serly dan om burhan yang waktu itu sedang di luar negri.

Aku baru bisa beristirahat saat mau selesai magrib. Rhania memberikanku ponsel baru, ia memintaku untuk mengganti ponsel jadulku. Ternyata sudah banyak panggilan dan pesan yang masuk di ponsel jadulku.

Setelah membacanya. Salah satu pesan itu membuat duniaku terasa runtuh.

"Mas kamu kenapa, Mas?" tanya Rhania saat aku terduduk di lantai kamar. Aku memegangi kepalaku yang terasa sakit.

Tidak mendapat jawaban dari ku, Rhania memanggil papa dan mama. Kebetulan para keluarga lain sudah pulang semua.

"Keenan, kamu kenapa, Nak?"

Bukannya menjawab, aku langsung memeluk mama erat, bahkan aku menangis di pelukan mama. Rasanya baru kali ini aku menangis seperti ini.

"Alana, Ma. Alana meninggal, hu ... hu."

"Apa maksud kamu, Nak? Kenapa bicara begitu?" tanya papa.

Aku pun menceritakan dan memperlihatkan pesan masuk di ponselku.

"Bagaimana mungkin?" tanya papa lagi.

Aku yakin papa juga terpukul dan tidak percaya dengan itu. Apalagi papa sangat antusias saat kemarin aku menceritakan tentang anakku. Papa bahkan sangat ingin bertemu mereka. Aku Pun sudah berjanji akan mempertemukan papa dengan anak-anakku. Aku tidak tau kenapa papa sangat bahagia waktu itu.

Setelah berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk datang melayat besok pagi. Tapi ternyata gagal, karna Rhania ingin pergi bulan madu.

Atas nasehat dari mama aku memutuskan untuk menunda datang dan memenuhi keinginan Rhania.

"Aku berangkat ya, Ma. Doakan secepatnya kami bisa memberi mama cucu," kataku saat itu.

Tidak ada jawaban dari mama. Ia hanya terdiam dan yang membuat aku heran, Rhania menangis dan lari ke kamar.

"Keenan," kata mama sambil menahan tanganku. Aku ingin menyusul Rhania.

Mama meminta ku untuk duduk, dan menceritakan kenapa Rhania menangis. Ternyata perkataanku menyakiti hatinya.

Rhania tidak bisa memiliki anak, karna rahimnya sudah diangkat karna kecelakaan waktu itu. Kerasnya benturan membuat Rhania yang waktu itu tengah hamil muda, harus merelakan kehilangan anak dan juga rahimnya.

Kami akhirnya batal pergi. Karna alasan itu juga aku memutuskan menjemput Alan untuk tinggal bersama kami. Lagi pula, aku juga merasa kecewa dengan Shareen, baru saja sehari aku pergi, ia sudah tidak bisa menjaga Alana, sehingga mengakibatkan anakku itu pergi untuk selamanya. Aku tidak ingin kehilangan Alan juga.

Berapa hari setelahnya, akhirnya kami mendatangi Shareen, tapi betapa kagetnya aku saat menyaksikan Shareen sedang bersama Dion di dalam rumah. Bisa-bisanya mereka berduaan, pikiranku berkelana jauh, apalagi saat itu Shareen juga bersama Dion.

Aku mencoba untuk tidak peduli. Aku hanya ingin mengambil Alan. Meski Shareen menolak dan memohon agar tidak membawa Alan, aku tidak mempedulikannya.

Mungkin ceritanya akan lain. Jika aku tidak menemukan Dion di sana. Tanpa menghiraukannya. Kami membawa Alan pergi.

Berapa hari setelahnya, entah bagaimana ceritanya, Shareen datang ke rumah. Bahkan aku mendapat kabar mengejutkan kalau Shareen hamil.

Pastinya aku senang, hanya saja aku tidak memperlihatkannya. Selain masih kecewa, aku juga menjaga perasaan Rhania. Aku senang bukan karna kedatangan Shareen, tapi karna akan memiliki anak lagi. Aku memang begitu mencintai anak-anak, apalagi anakku sendiri.

Karna berbagai pertimbangan, aku membiarkan Shareen tinggal bersama kami. Alasan utamanya karna aku tidak tega melihat Alan yang selalu murung. Berbeda dengan Alana, Alan lebih lengket dengan Shareen dari pada aku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!