bab 4. diacuhkan Aditya

"Hai sayang, cantik banget sih anak mama. Mama pangling loh lihatnya. Kamu terlihat sangat cantik dengan rambut seperti itu," puji mama Marsha pada Rhania anaknya.

Tidak berlebihan jika mama Marsha memuji Rhania seperti itu. Rhania memang anak yang cantik. Apalagi sekarang ia merubah rambutnya yang biasanya dibiarkan lurus, sekarang dibikin sedikit bergelombang di ujungnya. Rambutnya juga dibikin sedikit bervolume dari biasanya.

"Mama kok lihatin aku seperti itu, apa ada yang salah dengan dandanan aku?" tanya Rhania, karna merasa mata sang mama tidak berhenti memperhatikannya.

"Tidak Sayang, dandanan kamu sangat cantik. Mama cuma penasaran aja, dari kemarin mama lihat kamu sangat bahagia, dan hari ini kamu juga berdandan cantik sekali. Ada apa sih Sayang? Atau kamu mau ada acara?" tanya mama Marsha lagi.

"Iya Ma. Aku mau ke rumah mama Lucyana, bukannya Mama sama papa juga diundang ke sana, ya?"

"Oh iya, mama lupa. Kemaren malam mereka menelpon, minta kita ke sana. Kira-kira ada apa ya?"

"Ntar di sana Mama juga tau. Ya udah mending sekarang Mama siap-siap, ajak papa juga. Gak enak kalau mereka kelamaan nunggu kita."

Rhania tidak ingin mengatakan pada mamanya jika mereka ke sana untuk membahas tentang laki-laki yang diyakininya sebagai Keenan itu. Karna ia yakin pasti orang tuanya akan menolak.

***

Dengan mengendarai mobil, yang disopiri langsung oleh papanya Rhania, mereka berangkat ke rumah mama Lucyana.

Perjalanan ke sana memakan waktu sekitar satu jam.

Sekitar pukul dua belas siang, mereka tiba di kediaman mama Lucyana. Di Sana mereka langsung disambut oleh mama Lucyana.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam, ayo, langsung masuk aja," ajak mama Lucyana pada tamunya.

Rhania dan keluarganya mengikuti sang tuan rumah dari belakang.

Di ruang tamu ternyata sudah menunggu papanya Keenan, Gisella sang kakak, dan juga Andrew yang merupakan tunangan Gisella.

Setelah saling bertanya kabar dan berbasa basi sebentar. Mama Lucyana langsung menceritakan semuanya. Mulai dari pertemuan Rhania dengan laki-laki yang mirip Keenan sampai rencana mereka untuk menyelidikinya.

Mama Marsha tampak melirik pada Rhania untuk menanyakan kebenarannya. Tapi Rhania mencoba pura-pura tidak melihat.

"Maaf, Jeng Lucyana, kami bukannya tidak mau, hanya saja, kami takut jika itu bukan Keenan. Maka akan membuat Rhania kembali terpuruk. Bukankah kita sudah sepakat untuk mengikhlaskan kepergian Keenan," ucap mama Marsha mengemukakan pendapatnya.

Bukan apa-apa, ini udah kali kesekian mereka menyelidiki orang yang mirip dengan Keenan, hasilnya hanya membuat Rhania kembali terpuruk.

"Mama!" teriak Rhania, ia protes dengan sikap mamanya.

"Rhania, mama melakukan ini demi kebaikan kamu, Nak. Mama ingin kamu bahagia. Kamu harus terima kalau Keenan tidak mungkin hidup lagi. Kamu harus melanjutkan hidup," ucap mama Marsha dengan lembut.

Bukannya luluh, Rhania makin marah dengan mamanya.

Akhirnya, setelah melalui perdebatan panjang, orang tua Rhania mengalah. Tapi mereka tidak mau ikut menyelidiki. Mereka menyerahkan semuanya pada keluarga mama Lucyana.

***

Sedangkan di rumah Shareen. Ia sedang bingung, hari ini terasa sangat lama baginya. Ia ingin segera cepat sore, agar Aditya cepat pulang dan ia bisa berbicara dengannya. Ia ingin menyelesaikan masalah mereka dengan baik-baik.

Shareen juga ingin minta maaf, jika ia sudah keterlaluan pada Aditya.

Selalu diabaikan oleh suami sangatlah tidak enak dirasakan Shareen, terlebih ia harus mengalah demi kebaikan si kembar.

Shareen masih ingat kejadian tadi pagi.

Pagi tadi, ia sengaja tidak membangunkan Aditya, ia ingin Aditya tau, kalau ia kecewa dan sakit hati dengan sikap Aditya akhir-akhir ini. Shareen ingin Aditya sadar jika ia terluka dengan sikap Aditya yang seperti itu.

Saat, Shareen menjemur pakaian, ia mendengar Alana menangis. Dengan gerak cepat, Shareen menyiapkan jemurannya. Setelah itu ia langsung ke kamar untuk menggendong Alana.

Ternyata Aditya sudah bangun, ia sekarang di kamar mandi. Terdengar suara air di dalam sana. Shareen berfikir Aditya mungkin berwudhu.

Sambil menggendong Alana, Shareen tetap menyiapkan kopi untuk diminum Aditya sebelum ia pergi ke pasar. Baru saja selesai, Aditya keluar dari kamar mandi. Ia langsung meraih kunci motor yang tergantung di dinding dan bersiap untuk keluar rumah.

"Mas, kamu mau kemana? Kok gak sholat dulu," tegur Shareen.

"Kerja," ucap Aditya sambil berlalu.

"Tapi kamu belum sholat, Mas. Aku juga udah bikinin kamu kopi. Di minum dulu kopinya, Mas."

Aditya seperti tidak berminat untuk menjawab. Ia langsung menuju motornya.

"Mas," panggil Shareen lagi sambil meraih tangan Aditya yang sedang membelakanginya.

Aditya berbalik, Shareen pun ingin meraih telapak tangan Aditya untuk disalaminya. Tapi Aditya seperti menghindar, ia malah mencubit gemas pipi Alana.

"Dah cantiknya papa," ucap Aditya pada Alana.

Tanpa menghiraukan Shareen yang kembali menyodorkan tangannya. Aditya langsung naik ke motornya dan langsung tancap gas dari sana. Ia mengendarai sepeda motor dengan sangat kencang. Bahkan Alana sampai menangis karna kaget mendengar suara motor yang keras.

Shareen hanya bisa mengelus dada, air matanya kembali menetes mendapat perlakuan seperti itu.

Sekarang sudah sore, Shareen bersiap menunggu Aditya. Ia bahkan berdandan sedikit untuk menyenangkan hati sang suami.

Waktu berlalu Aditya belum juga datang, bahkan sekarang sudah lewat waktunya sholat isya. Shareen mencoba menelpon, tapi ponselnya tidak aktif.

Shareen masih mencoba berfikir positif, meski hatinya khawatir, takut terjadi sesuatu pada lelaki yang masih sangat dicintainya itu.

Shareen menidurkan si kembar, karna sudah waktunya mereka untuk tidur, karna kecapekan Shareen ikut tertidur sebentar. Saat ia bangun ternyata Aditya belum juga pulang.

Kini Shareen diliputi oleh ketakutan, ia takut terjadi apa-apa pada sang suami. Apalagi akhir-akhir ini di tempat tinggalnya sering terjadi begal. Saking cemasnya, Shareen sampai mengabaikan perutnya yang sudah sangat kelaparan.

"Oeekkk ... oekkk."

"Astaghfirullah, aku ketiduran lagi," ucap Shareen yang terbangun saat mendengar tangisan anaknya. Ternyata ia tertidur sambil duduk di kursi tempat makan.

Dilihatnya jam menunjukkan pukul dua dini hari. Dan Aditya belum juga pulang. Shareen benar-benar takut Aditya kenapa-napa.

Shareen bergegas ke kamar untuk melihat anaknya.

Shareen tertegun saat membuka pintu. Ia kaget mendapati Aditya sudah terlelap di kasur disamping anaknya.

Dengan langkah gontai, di dekatinya sang suami. Beruntung anaknya sudah berhenti menangis dan kembali tertidur.

"Sayang, bangun! Maaf ya, kamu pasti menunggu Mas. Sampai-sampai ketiduran di kursi," ucap Aditya membangunkan istrinya.

"Tidak apa-apa, Mas. Aku cuma takut, kalau tidur di kamar nanti gak dengar kalau Mas manggil," jawab Shareen.

"Mas kan bawa kunci cadangan."

"Oh iya, aku lupa."

"Ya sudah, sekarang kita ke kamar aja. Kamu udah makan, kan?" tanya Aditya lagi.

Shareen menganggukkan kepalanya. Aditya menggandengnya ke kamar dan mencium pipinya sebelum mereka kembali tidur.

Shareen mengingat kembali saat dulu, dirinya sering ketiduran karna menunggu Aditya yang terlambat pulang, karna ada yang minta tolong padanya. Itu akan menjadi tambahan penghasilan buat mereka.

Tapi lihatlah sekarang. Ia sama sekali tidak peduli pada Shareen. Ia membiarkan Shareen ketiduran di luar. Sedangkan ia tidur di kamar.

Shareen tak mampu lagi membendung kesedihannya. Air mata yang tadi di tahannya. Kini seolah tumpah membasahi pipinya.

"Kenapa Mas? Apa segitu bencinya kamu sama aku sekarang," lirih Shareen disela-sela tangisnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!