"Siapa Mbok?" tanya seorang wanita dari dalam rumah. Terdengar langkah kakinya berjalan menuju pintu.
"Ini Nyonya. Mbak ini datang mencari seseorang," kata ibu ART itu.
Ia juga menjelaskan semuanya pada majikannya.
Perempuan cantik yang kira-kira berumur empat puluh tahunan itu. Memperhatikan Shareen lekat dari atas sampai kebawah. Kemudian ia meminta Shareen untuk memperlihatkan foto itu. Kemudian ia mengajak Shareen untuk duduk
"Kamu siapanya Keenan? Saya tantenya. Dulu Keenan dan keluarganya emang tinggal di sini. Tapi semenjak Keenan meninggal mereka menjual rumah ini pada suami saya. Emangnya kamu tidak tau kalau Keenan sudah meninggal?"
Shareen sedikit bernafas lega. Ternyata ia bertemu dengan orang yang masih sekeluarga dengan Keenan. Itu artinya ia masih punya kesempatan bertemu Alan. Shareen yakin tantenya pasti tau dimana rumah Keenan sekarang.
Tapi tadi tantenya bilang Keenan sudah meninggal. Itu berarti tantenya belum tau kalau Keenan sudah kembali.
"Saya Shareen Bu, saya istrinya Keenan."
Tante Keenan mengerutkan keningnya. Ia tau Rhania adalah istrinya Keenan.
Shareen lalu menjelaskan semuanya.
"Kamu tidak berbohong, kan?"
"Tidak Bu, buat apa saya jauh-jauh kesini, jika hanya untuk mengarang cerita."
"Berarti Keenan selamat dari kecelakaan itu. Selama ini dia amnesia. Dan sekarang ingatannya sudah kembali pulih."
Shareen menganggukkan kepalanya.
Untuk memastikan perkataan Shareen, tantenya Keenan menelpon suaminya dan menanyakan kebenaran tentang Keenan yang sudah kembali. Kebetulan suaminya bekerja di perusahaan yang sama dengan papa Keenan.
Ternyata suaminya juga tidak mengetahui itu. Ia menyarankan sang istri untuk kesana bersama Shareen, ternyata rumah Keenan yang sekarang tidak terlalu jauh dari rumah tantenya.
***
Di sinilah Shareen sekarang. Ia baru saja turun dari mobil tante Serly, tantenya Keenan. Mereka baru saja sampai di halaman sebuah rumah besar, yang menurut Shareen tidak ubahnya seperti sebuah istana. Ia takjub dan juga terkesima melihat bangunan itu.
"Ayo," kata tante Serly.
Ia berjalan duluan ke arah pintu rumah. Shareen mengikutinya dengan hati yang deg-degan.
Jantung Shareen makin deg-degan saat pintu rumah dibuka dari dalam. Seketika pemandangan dalam rumah membuat Shareen makin takjub. Sesaat kemudian Shareen kembali tersadar kalau tujuannya kesini adalah untuk menjemput Alan.
"Tante Serly, ehh ini bukannya perempuan yang waktu itu ya? Kok Tante bisa bersama dia?" tanya Gisella. Kebetulan saat itu cuma ada Gisella di rumah.
Tante Serly pun menceritakan semuanya pada Gisella. Saat mereka bercerita. Shareen yang masih berdiri tiba-tiba jatuh pingsan.
Karna sudah beberapa lama Shareen belum juga siuman. Tante Serly dan Gisella memanggil Dokter untuk memeriksa Shareen. Mereka takut terjadi sesuatu pada Shareen.
****
"Mmmmm."
Shareen mencoba membuka matanya yang terasa sangat berat.
Hal pertama yang terlihat oleh mata Shareen adalah infus yang tergantung di sampingnya.
Shareen mencoba untuk duduk, tapi kepalanya terasa sangat pusing.
"Syukurlah kamu sudah bangun."
Shareen menoleh, ternyata tante Serly yang berbicara. Shareen memperhatikan sekeliling, ternyata banyak orang duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat Shareen berbaring. Dan di sana, ia melihat Keenan dan juga Rhania. Tapi ia tidak melihat Alan bersama mereka.
Melihat itu, Shareen langsung berdiri, ia mengabaikan kepalanya yang terasa pusing. Ia juga melepas jarum infus yang melekat di pergelangan tangannya.
"Mas, dimana Alan? Kembalikan anakku Mas? Setelah itu aku akan pergi jauh dari hidup mu. Aku tidak akan mengganggu mu," ucap Shareen sambil berlutut di depan Keenan yang duduk di sofa.
"Heh, apa yang kamu lakukan? Jangan pegang-pegang suami saya," kata Rhania. Ia sedikit mendorong Shareen. Tapi Shareen tidak menghiraukannya. Ia tetap memohon pada Keenan untuk mengembalikan Alan padanya.
Rhania akan mendorong Shareen lagi. Tapi seseorang menghentikannya.
"Rhania, jangan!"
"Tapi, Pa ...."
Papa Keenan menggelengkan kepalanya. Rhania pun menghentikan aksinya dan duduk kembali di samping Keenan dengan hati kesal.
" Nak, tenang lah! kamu duduk dulu. Kita akan membicarakan masalah ini baik-baik," ucap papa Keenan. Ia menyuruh Shareen duduk di sofa yang kosong.
Shareen pun duduk di tempat yang ditunjuk papa Keenan. Ia deg-degan dengan apa yang akan dikatakan papa Keenan. Sedangkan mata Shareen terus menyusuri sekeliling rumah. Ia mencari keberadaan Alan. Tapi sayang ia tidak menemukannya. Bahkan suaranya saja tidak terdengar.
"Siapa nama kamu?"
"Shareen Pak," jawab Shareen sopan. Papa Keenan menganggukkan kepalanya.
"Begini Nak. Saya sudah mendengar semua ceritamu dari Serly. Kamu kesini untuk menjemput Alan. Tapi maaf Nak, saya tidak mengizinkan kamu untuk membawa cucu saya pergi dari sini."
"Pak tolong saya. Saya hanya punya Alan. Bapak pasti juga tau bagaimana rasanya dipisahkan dengan anak sendiri,"kata Shareen.
Rhania tersenyum mengejek pada Shareen. Ia senang papa mertuanya tidak memihak Shareen.
"Pak, tolong saya, biarkan saya dan anak saya pergi dari sini. Bapak bisa minta cucu pada menantu Bapak. Karna sekarang mas Keenan sudah kembali," kata Shareen sambil berjongkok di dekat kaki papanya Keenan.
Sedangkan Rhania sakit hati mendengar perkataan Shareen. Ada yang nyeri di hati Rhania saat Shareen mengatakan itu. Keenan pun menggenggam tangan sang istri. Ia paham dengan apa yang dirasakan sang istri saat ini.
"Berdirilah, saya tidak mengatakan akan memisahkan mu dengan Alan. Kamu akan tetap disini bersamanya."
"Papa!"
Rhania tidak terima dengan keputusan papa mertuanya.
"Pak, saya tidak menginginkan tinggal di sini. Biarkan saya dan Alan pergi, saya mohon."
"Tidak Nak. Kamu masih istrinya anak saya. Lagi pula sekarang kamu sedang hamil," ucap papa Keenan yang mampu membuat orang-orang yang ada di sana kaget. Tak terkecuali Shareen. Ia tidak menyangka papa Keenan mengetahui kehamilannya. Padahal ia berniat menyembunyikannya dari Keenan.
Papa Keenan mengetahui kehamilan Shareen dari Serly adiknya.
Saat ia datang tadi, ia kaget ada Serly di ruang keluarga dan yang makin membuatnya kaget ada seorang perempuan yang sedang terbaring di sofa dengan selang infus yang tergantung disampingnya.
Serly pun menceritakan semuanya termasuk tentang perkataan Dokter yang mengatakan Shareen hamil.
"Mas," kata Rhania, ia melihat pada Keenan, ia meminta penjelasan pada Keenan.
"Mas juga tidak tau," jawab Keenan.
"Bagaimana bisa Papa mengatakan kalau dia hamil?" tanya Keenan.
"Tadi Dokter yang memeriksanya yang mengatakan. Tante pikir kamu sudah tau, makanya tante diam saja." Tante Serly yang menjawab.
"Tapi belum tau itu anaknya mas Keenan. Bisa jadi anak laki-laki lain. Kemarin saja, saat kami kesana, kami menemukannya sedang berduaan dengan lelaki lain didalam rumah," kata Rhania. Ia tidak terima jika Shareen harus tinggal disini.
"Jangan memfitnah saya. Bukankah sudah saya katakan kamu tidak berhak mengatakan apapun tentang saya," ucap Shareen. Ia sekarang sudah berdiri lagi.
"Lagi pula, saya kesini bukan untuk meminta pengakuan tentang anak saya. Saya hanya menjemput Alan. Biarkan saya dan Alan pergi. Kalian tidak perlu memfitnah saya."
"Tidak, tetap lah disini. Rhania, jangan mengatakan apapun jika kamu sendiri tidak tau kebenarannya. Nanti jatuhnya menjadi fitnah. Lagi pula sampai saat ini Shareen masih istrinya Keenan."
"Mereka bisa bercerai Pa. Iya kan, Mas. Kamu pasti akan menceraikan dia kan?" tanya Rhania pada Keenan.
"Iya, kamu harus menceraikannya Nak. Mama tidak setuju dia tinggal disini," kata mama Lucy. Ia baru saja datang dan duduk di sebelah suaminya.
"Hanya Keenan yang bisa memutuskannya. Bukan papa, mama atau siapa pun.
Nak, bagaimana pendapat mu? Shareen ini sedang mengandung anakmu. Kalian tidak bisa berpisah. Paling tidak sampai bayinya lahir.
Satu lagi, papa selalu mengajarkan mu untuk bertanggung jawab. Papa mendidik mu bukan untuk jadi laki-laki pengecut."
Semua mata tertuju pada Keenan. Mereka deg-degan menunggu jawaban Keenan. Sedangkan Shareen hanya menunduk saja. Ia tidak tau harus berharap apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments